Wisata

Diono Journey #2 Lalui Jalan Nasional Kalimantan Utara, Akses Masyarakat Perbatasan

Rabu, 29 Juni 2022, 21:42 WIB
Dibaca 1.241
Diono Journey #2 Lalui Jalan Nasional Kalimantan Utara, Akses Masyarakat Perbatasan
Binuang

Di pagi hari sebelum matahari terbit, suara burung pun sudah mulai terdengar berkicau, pertanda sudah pagi dan kami harus melanjutkan perjalanan, karena terlalu lelah sepanjang hari kemarin. Saya berusaha memejamkan mata untuk tidur kembali, dan saya sempat terlelap.

Ketika saya bangun langsung melihat jam di handphone menunjukkan pukul 07.10 WITA. Saya bergegas dari tempat tidur yang beralasakan dedaunan, saya menyalakan api untuk memasak air dan nasi untuk bekal dalam perjalanan. Akibat hujan hampir sepanjang malam membuat air disekitar tempat kami bermalam kurang bersih. Untungnya saya sudah mengatasinya sebelum tidur saya menampung air hujan untuk persiapan paginya. Salah satu cara bertahan dihutan.

Saya melihat ayunan tempat saudara Heri tidur, dia masih tidur sangat lelap, saya yakin dia sangat lelah sepanjang hari kemarin, karena pengalaman pertamanya mengikuti jalan yang seperti kami berdua lalui.

***

Awan-awan mulai berlomba-lomba naik membuka suasana disekitar kami membuat jarak pandang jauh kedepan. Cuacapun mulai mengeluarkan sinar matahari, kami berdua pun senang karena berharap jalan tempat kami lalui akan kering. Kami bergegas untuk melanjutkan perjalanan. Terdengar dari kejauhan bunyi lonceng dari Gereja di sebuah desa yang akan kami lewati yaitu Desa Long Semamu.

Seperti biasanya, sebelum kami dua melakukan perjalan saya biasanya memimpin kami berdua berdoa bersama, memohon penyertaan, kesabaran dan kekuatan dalam melakukan perjalanan. Singkat cerita, kami melewati Desa Semamu.

Mualilah, tantangan pertama pun didepan, yaitu sebuah gunung pertama dari Long Semamu, bagi saya gunung tersebut tidak terlalu tinggi, namun hanya tanahnya tanah liat yang membuat motor susah bergerak, karena sepanjang malam hujan dan kami berdua bergantian harus saling mendorong motor naik gunung tersebut. Aman tantangan pertama untuk hari itupun terlewati, kami sesekali bertemu dengan jalan yang beragregat membuat lajunya motor sangat cepat.

Disuatu tempat saya berhenti sebentar karena posisi saya paling depan, saya mengobrol dengan saudara Heri, “Ada orang didepan kami, bukan karena melihat ada jejak kendaraan atau jejak kaki orang.”

https://ytprayeh.com/wisata/p-4161804383686a9/napak-tilas-1-pengalaman-liburan-di-krayan

 Namun, saya mencium aroma yang bukan aroma yang biasa ada dialam perawan seperti yang kami lalui, sekitar kurang lebih seribu meter didepan kami sudah ada tim mobilisasi (PT. Vanca) alat berat dan bahan bangunan atau besi yang digunakan untuk membuat gorong-gorong jalan Nasional yang kami lalui.

Kami bertemu dan mengobrol sejenak, ternyata mereka sudah empat hari sudah bermalam di situ, dimana mereka tidak bisa bergerak karena alat berat yang mereka bawa ada komponennya yang rusak, pada saat mereka mendengar suara motor kami, menurut salah satu tim mobilisasi pak Seliki  itu mereka sangat senang karena bantuan sudah datang. Namun, keceriaan mereka sirna begitu saya menyampaikan tidak membawa komponen alat yang mereka tunggu-tunggu.

Kami bercerita tantangan yang kami lalui dalam perjalanan dan salah satu Bapak menawarkan daging yang sudah di keringkan dengan cara diasapkan dengan api (dalam bahasa Dayak Lengilo' Naral), sebenarnya saya hanya meminta satu potongan saja, karena bapak yang memberikan sangat tulus dan beliau mengambil sekitar 5-7 potong daging kepada kami berdua, sayapun mengucapkan banyak terima kasih kepada beliau, dalam hati saya daging yang enak ini cukup untuk menambah stamina melanjutkan perjalanan besoknya, dan akhirnya saya minta pamit dengan group PT. Vanca untuk melanjutkan perjalanan.

Dalam hitungan menit kami melanjutkan perjalanan, saya mulai mendengar suara tetesan hujan diatas dedaunan yang masih jauh dengan kami berdua, saya berusaha lebih cepat laju motor supaya saya tidak kehujanan dan dapat singgah dirumah yang disiapkan oleh penduduk setempat untuk beristirahat.

Untungnya, waktu yang tepat kami berdua sampai di rumah singgah, di Long Liku. Saat itu hujanpun turun begitu lebat. Saya sarankan kami berdua dapat makan siang dirumah singgah tersebut sambil menunggu hujan berhenti.

Kami berdua sempat berfoto supaya mendapat kenangan di rumah singgah Long Liku, dimana artis ternama seperti Ibnu Jamil dan kawan-kawan pernah juga singgah di rumah singgah tersebut. Waktu itu jam sudah menunjukan sekitar Jam 13.30 Wit hujanpun sudah berhenti, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, rintangan terus kami berdua lalui, sesekali menemui jalan yang boleh dikatakan baik.

***

Kami berdua sampai disebuah anak sungai yang menurut saya hanya ada dua pilihan, mengangkat motor lewat sungai atau mengendarai motor lewat kayu besar yang membentang diatas sungai. Dilihat model kayunya sangat kuat dan diatas batang kayu sudah tumbuh rumput dan ada tanah diatasnya, adapun jarak dari ujung kayu ke seberang anak sungai sekitar kurang lebih 10 meteran, kami berdua memutuskan untuk melalui kayu besar yang membentang tersebut membawa motor dengan hati-hati, tantangan melalui kayu besar dapat kami lalui dengan baik.

Sampailah kami berdua di sebuah gunung yang sangat indah pemandangan alam perawan Kalimantan Utara Indonesia, gunung ini disebut gunung “TT”, entah sampai sekarang saya tidak tau siapa yang  memberi nama gunung tersebut seperti itu, kemungkinan karena ada kemiripan dengan dua gunung kembar disitu. Kami berdua beristirahat sambil mengamati tumbuhan di gunung tersebut dan ada banyak kantong Semar (Telong Besuk) mengelilingi gunung dan tempat tersebut.

Singkat cerita, kami berdua melanjutkan perjalanan sambil melihat banyaknya jenis burung seperti burung walet dan burung lainnya berterbangan diatas awan. Sesekali kami berdua berhenti mengecek jalan didepan karena ada longsoran tanah ke jalan.

https://ytprayeh.com/wisata/p-c1622244c7036c9/diono-journey-1-lalui-jalan-nasional-berhari-hari-pulang-ke-kampung-ba-binuang-krayan-tengah

Disuatu anak sungai saya berhenti menikmati air yang dingin sekali untuk melepas lelah sepanjang hari ini, karena saya tau bahwa di depan kami sangat bagus untuk memasang tenda untuk bermalam, kami berduapun bermalam persis dibawah Gunung Selukut.

Kalau kita dari arah Binuang Ke Malinau Gunung ini dinamakan penduduk setempat Gunung Serbuui. Akhirnya, di bawah kaki gunung Serbuui ini kami berdua istirakat sejenak, sebab di depan masih ada tantangan yang akan dilalui.

 ***

Bersambung.....