Budaya

Piala Dunia Paling Menghibur Sepanjang Masa

Jumat, 23 Desember 2022, 23:42 WIB
Dibaca 828
Piala Dunia Paling Menghibur Sepanjang Masa
Messi 2022

Dodi Mawardi

Penulis senior


Saya sudah mengikuti pertandingan sepakbola putaran final Piala Dunia sejak 1986. Di Meksiko. Tentu tak hadir di sana. Hanya lihat di televisi (TVRI) dan liputan di koran (tabloid olahraga Bola dan tabloid Tribun).

Final saat itu. Argentina lawan Jerman (Barat). Skor 3-2 untuk tim tango. Nama Maradona, Valdano, dan Buruchaga, paling saya ingat. Final yang seru. Kedua tim layak final. Menghibur. Drama di lapangan terjadi murni karena strategi dan taktik kedua tim.

Sebagai pemain sepakbola cilik di kampung, nama-nama bintang dunia sering kami jiplak di lapangan. Ada yang kami juluki Maradona, karena badannya pendek dan kekar. Jago gocek juga. Nama Latin lebih kami sukai karena mudah diucapkan dibanding pemain bule Eropa. Matheus, Rummanige, Eikjaer, atau Laudrup, nama Eropa yang tak mudah disebut.

Hiburan sekelas itu hadir lagi dalam final PD 2022 Qatar, 18 Desember lalu. Pelakunya sama Argentina. Lawannya saja yang berbeda. Prancis. Final yang luar biasa. Babak pertama 2-0 untuk Argentina. Superior sekali. Bahkan Prancis tidak mampu menendang ke arah gawang Argentina pada babak pertama itu.

Sang pelatih Didier Deschamps harus mengganti dua pemain inti sebelum jeda. Giroud dan Dembele. Dembele paling melempem. Layak diganti. 6 kali salah passing! Di final, tak boleh bikin salah sebanyak itu. Pelatih berkelas yang berani ambil keputusan mengganti dua pemain sekaligus pada babak pertama.


Babak kedua, 20 menit terakhir, pergantian terus dilakukan Prancis. Tim ayam biru itu lalu nyaris berisi pemain-pemain yang biasanya jadi cadangan. Masih muda-muda pula. Hebatnya, Dalam rentang 3 menit, samakan skor 2-2. Pertandingan makin seru. Mental juara kedua tim diuji. Mereka punya itu.


Perpanjangan waktu 1, Tim Tango kembali unggul. Messi cetak brace. Babak ke-2, Mbappe bikin hattrick. Samakan skor lagi. Dua pemain PSG bergantian cetak gol. (Di Maria yang cetak gol juga, mantan pemain PSG). Skor 3-3 menggambarkan kekuatan kedua tim. Bukan skor kaca mata (0-0) yang acap kali bikin bosan.

Adu penalti hanya syarat harus ada satu pemenang. Mereka semua pemenang. Mereka memang juara. Penonton benar-benar terhibur. Sekaligus olahraga jantung. Martinez kiper Argentina punya catatan lebih apik dalam hal adu penalti dibanding Loris. Pemain matang tim Tango lebih tenang dibanding pemain-pemain muda Prancis. (PD 2006 Prancis juga kalah adu penalti di final dari Italia)

Sepanjang putaran final Piala Dunia yang saya tonton sejak 1986, inilah yang paling seru sejak pertandingan pertama sampai terakhir. Kejutan Arab Saudi menang lawan Argentina. Jerman, Belgia, dan Spanyol kandas di tangan tim semenjana. Sensasi Maroko sampai semifinal. Drama Ronaldo dan Portugal. Lengkap. Menghibur.


Jumlah gol di Qatar ini yang tertinggi dalam sejarah: 172 gol. Meski rata-rata gol per pertandingan masih kalah jauh dibanding PD 1954 di Swiss (5 gol per match).

Terima kasih Messi. Manusia dari planet lain yang jadi best player.
Terima kasih Mbappe. Top skorer dengan 8 gol. Masih muda. PD 2026 masih bisa kinclong. Kalau umur panjang.

Terima kasih atas hiburannya!

Artikel Bola lainnya dari Dodi Mawardi