Budaya

The Call of The Wild People of Borneo - Sejarah Penginjilan Di Kalangan Suku Dayak Lundayeh Krayan

Rabu, 10 Januari 2024, 10:13 WIB
Dibaca 550
The Call of The Wild People of Borneo - Sejarah Penginjilan Di Kalangan Suku Dayak Lundayeh Krayan
The Call of The Wild People of Borneo

Judul: The Call of The Wild People of Borneo – The Lundayeh Dayaks of The Krayan

Penulis: Jastin A. Michael

Tahun Terbit: 2023

Penerbit: PT. Sinar Bagawan Khatulistiwa

Tebal: 254

ISBN: 978-623-88581-4-9

Membaca perjumpan Kristus dengan suku-suku di Nusantara sangatlah menarik. Kristus yang membawa damai dan kasih itu datang bersama dengan rezim kolonial yang menjajah dengan kejam. Namun kasih dan damai itu tetap bisa sampai kepada suku-suku di Nusantara. Bahkan mengubah hidup mereka menuju kepada hidup baru yang berkemenangan.

Demikian juga dengan perjumpaan Kristus dengan Suku Dayak Lundayeh yang dikisahkan oleh Jastin A. Michael di buku ini. Perjumpaan yang diwarnai dengan banyak pengorbanan telah membawa orang-orang Lundayeh mendapatkan Terang.

Jastin memilih judul “The Call of The Wild People of Borneo: The Dayaks Lundayeh of Krayan.” Judul ini diambil dari tulisan Dr. Robert A. Jaffray tahun 1928. Jaffray menulis tentang manifestasi sebuah visi dari Dr. A.B. Simpson untuk menjangkau suku-suku di Hindia Belanda tahun 1887. Simpson adalah pendiri The Christian and Missionary Alliance (C&MC). Simpson mendapat pengilhatan beribu-ribu orang dari berbagai suku bangsa datang memandangnya tanpa bicara, seperti minta tolong. Berdasarkan penglihatan tersebut Simpson mengorganisir penginjilan ke pulau-pulau di Nusantara, termasuk Kalimantan.

Jastin tidak hanya menguri ulang apa yang ditulis oleh Jaffray, tetapi ia melengkapi perjalanan Injil di suku Lundayeh sampai dengan masa kini. Di buku ini Jastin juga memberikan paparan tentang suku Lundayeh secara komprehensif. Ia juga meringkaskan perjalanan misi C&MC di Indonesia. (Versi yang lebih lengkap tentang perjalanan misi C&MC ada di buku “Karya Kristus di Indonesia” yang ditulis oleh Rodger Lewis.)

Pemberitaan Injil di kalangan orang Dayak di Kalimantan bagian Timur dan Utara tak bisa dilepaskan dari tokoh yang bernama W. E. Presswood dan J. F. Willfinger. Dua tokoh inilah yang merintis masuknya Injil ke kalangan orang-orang Dayak di Kalimantan Timur dan Utara.

Presswood memulai misi di kalangan orang Dayak di Sesayap. Ia datang ke Sesayap di tahun 1932 saat semua orang di wilayah itu belum mengenal Injil Kristus. Setelah di Sesayap, Presswood melayani di Long Berang. Di Long Berang inilah Presswood harus kehilangan istrinya yang meninggal karena pendarahan akibat keguguran. Presswood sendiri meninggal akibat sakit di Tanjungselor. Willfinger sendiri baru bergabung di tahun 1939. Willfinger menjadi korban keganasan Jepang dan diperkirakan meninggal di kamp tahanan Jepang di Tarakan tahun 1942.

Uraian Jastin tentang suku Lundayeh di Krayan membantu saya dalam memahami bagaimana budaya dan kepercayan orang-orang Lundayeh sebelum mengenal kekristenan. Uraian Jastin ini membuat saya paham bahwa orang-orang Lundayeh begitu selaras hidup bersama alam. Peran-peran komponen ekosistem hutan belantara ditransformasikan menjadi sistem kepercayaan. Contohnya adalah tentang berbagai binatang, seperti buaya dan berbagai burung.

Seperti disampaikan oleh Jastin di buku ini, bahwa tujuan buku ini adalah untuk menuliskan secara sistematis perkembangan Injil di kalangan orang Lundayeh sampai dengan saat ini (tahun 2023). Untuk keperluan tersebut ia mengumpulkan informasi yang sudah tertulis dan mengumpulkan bahan tambahan dari berbagai pihak tentang perjalanan Injil di kalangan orang Lundayeh.                   

Jastin menyajikan tulisannya secara kronologis dari sejak pelayanan misi C&MA di daerah Sesayap dari tahun 1932, perkembangan awal jemaat Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia di Mentarang – Krayan, gerakan penginjilan local dan perkembangan sekolah Alkitab sebagai penunjang penginjilan dan pemeliharaan jemaat. Sajian kronologis ini membuat saya mudah menangkap bagaimana Injil diberitakan dan diterima oleh suku Dayak Lundayeh.

Jastin sangat sedikit menyinggung tentang peran Pemerintah (Belanda) dan Kesultanan Bulungan dalam penyebaran Injil di kalangan orang Dayak. Ia hanya menulis tentang Sultan Bulungan yang meminjamkan kapalnya untuk mengangkut jenasah Presswood yang meninggal di Tanjungselor untuk dibawa ke Tarakan. Tentang peran pemerintah Belanda bahkan hamper tidak terlihat dalam buku ini. Mungkin menarik untuk mengkaji lebih dalam peran Pemerintah Hindia Belanda dan Kesultanan Bulungan dalam menerima kehadiran C&MC. Sebab misi C&MC bukanlah berasal dari Eropa, seperti misi-misi lain di pulau Sumatra dan Jawa. Lagi pula, peran C&MC di Kalimantan tidak hanya membawa Injil, tetapi juga melalui sarana pendidikan, kesehatan dan membangun konektivitas antarwilayah melalui layanan pesawat kecil (Mission Aviation Fellowship).

Terima kasih kepada Bung Masri Sarep Putra yang telah menghadiahkan buku ini kepada saya. 808

Tags : budaya