Ekonomi

Without Borders - Pengalaman Anak Kalimantan Sukses di Australia

Rabu, 29 Juni 2022, 21:41 WIB
Dibaca 805
Without Borders - Pengalaman Anak Kalimantan Sukses di Australia
Without Borders

Judul: Without Borders

Penulis: Teguh Sri Pambudi

Tahun Terbit: 2016

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: 264

ISBN: 978-602-03-3647-3

Sukses di negeri orang, padahal berasal dari pelosok adalah sangat membanggakan. Iwan Sunito alias Ge Chen Huan adalah pendiri Crown International Holding Group, sebuah perusahaan pengembang kawasan perumahan di Australia. Salah satu proyeknya di Sydney diresmikan oleh Perdana Menteri John Howard.

Iwan Sunito memang seorang raja properti di Australia. Perusahaannya, yakni Crown International Holding Group semakin berkibar dalam membangun hunian modern di Australia.

Kisah dalam buku ini membuktikan bahwa seorang underdog dan berasal dari kampung mampu untuk menjadi pesohor di negeri orang. Iwan yang minder saat kecil ternyata mampu mengubah hidupnya menjadi orang yang percaya diri. Iwan yang nilainya pas-pasan saat SD, SMP dan SMA ternyata berhasil menyelesaikan kuliah di Sydney. Bahkan Iwan mampu mendirikan dan mengelola sebuah perusahaan holding di bidang properti kelas dunia.

Iwan bukan anak kota. Ia besar di Arut Selatan, di dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Ternyata anak kampung yang bekerja keras, mampu mengembangkan jaringan dan bisa dipercaya, bisa menjadi seorang yang sukses. Meski tidak lahir di Pangkalan Bun – Iwan lahir di Surabaya 29 Juli tahun 1966, ia dibesarkan di tepi Sungai Arut. Sejak umur setahun ia sudah dibawa oleh orangtuanya untuk pindah ke Pangkalan Bun. Iwan Sunito begitu cinta dengan Sungai Arut sehingga setelah 30 tahun merantau dan mencapai sukses, ia sempatkan untuk kembali menengok kampung halamannya tersebut. Kepulangannya ke Pangkalan Bun tersebut membuat warga Pangkalan Bun bangga. Sebab salah satu warganya ada yang menjadi orang sukses di Australia.

Perjalanan hidup Iwan tidaklah mulus. Ia mengalami pasang surut dalam hidup. Ia lahir saat ekonomi keluarganya sedang seret. Ayahnya sakit sehingga tidak bisa bekerja. Kelahiran Chen Huan (yang artinya gembira) membangkitkan rasa syukur bagi keluarga Handy Sunito (Ge Peng Kuang) dan Susana Satiowijaya (Tio Su Loen). Ayahnya yang kelahiran Pangkalan Bun terpaksa pindah dari Surabaya kembali ke kota di ujung selatan Kalimantan ini. Handy terpaksa meninggalkan istri dan anak pertamanya untuk membantu bisnis ayahnya.

Setelah merintis dari bawah, Handy berhasil menjadi pebisnis yang cukup berhasil di Pangkalan Bun. Ia dipercaya menjadi penyuplai barang-barang keperluan perusahaan kayu dari Korea Selatan - Korindo. Handy bahkan berhasil membeli kapal yang digunakan untuk mengangkut kayu lapis ke Surabaya dan pulangnya membawa barang dagangan dari Surabaya.

Iwan adalah anak kedua dari pasangan ini. Abang Iwan, Nisin Sunito lahir tahun 1965. Nisin adalah raja ternak sapi dari Australia. Sedangkan adiknya Ge Chen Lie lahir tahun 1969. Sejak umur setahun ia tinggal di Pangkalan Bun. Ia bermain dengan teman-temannya di Sungai Arut. Iwan dan teman-temannya sering mandi di sungai yang mengaliri Kota Pangkalan Bun ini. Ia juga sering berkelahi dengan kawan-kawan kecilnya.

Iwan menyelesaikan SD di Pangkalan Bun.

Ketika menginjak SMP, Iwan dikirim ke Surabaya untuk bersekolah di sana. Saat SD prestasi Iwan biasa-biasa saja. Anehnya di awal SMP di Surabaya ia tidak mengalami kesulitan. Nilainya bahkan bagus-bagus. Hasil ini membuatnya besar kepala dan mulai malas belajar. Akibatnya di kelas 3 ia dengan susah payah menyelesaikan ujian kelulusan. Meski berhasil masuk ke sebuah SMA, Iwan sempat tidak naik kelas di kelas 2. Mungkin karena ia tidak serius belajar. Ia lebih sering keluyuran dengan teman-temannya.

Iwan mendapatkan kesempatan hidup kedua saat berhasil siuman dari koma akibat tabrakan di Bali. Saat liburan sekolah, ia berangkat ke Bali. Padahal saat itu dia tidak naik kelas. Kecelakaan di Sanglah membuatnya koma sampai 15 hari. Namun kecelakaan tersebut telah mengubah hidupnya menjadi orang yang lebih serius belajar dan bekerja. Dia pun berhasil menyelesaikan SMA dengan nilai-nilai yang memuaskan.

Selepas SMA ia pindah ke Australia untuk kuliah di UNSW. Ia mengambil jursan arsitek. Iwan memang suka menggambar teknik. Sejak SMP ia sudah suka menggambar pesawat dengan detail tekniknya. Jadi jurusan arsitek memang sesuai dengan minatnya.

Saat kuliah inilah ia bertemu dengan calon istrinya. Nama gadis yang memikatnya adalah Liana. Liana adalah seorang gadis yang relijius. Berama Liana Iwan menjadi semakin cinta Tuhan.

Selain menjalani hari-hari di kampus, Iwan mengembangkan jaringannya melalui pergaulannya.Selepas kuliah ia bekerja di sebuah perusahaan pengembang. Di sanalah ia belajar bagaimana mengelola sebuah perusahaan developer. Akhirnya ia bersama Paul Sathio mendirikan bisnis propertinya sendiri. Dua sekawan ini saling melengkapi dalam membesarkan Crown International.

Seperti halnya Ciputra, Iwan mengembangkan proyek-proyeknya berdasarkan ide. Iwan memang sangat mengagumi Ciputra. Ketika mulai menggagas proyek baru, Iwan selalu mulai dengan mengembangkan konsep yang bisa menjadi nilai tambah properti yang dikembangkannya. Melalui konsep inilah gedung-gedung, apartemen dan hunian yang dibangunnya segera terserap pasar. Keberhasilannya membangun kawasan mencapai puncaknya saat ia membangun sebuah kawasan di pusat Kota Sydney. Anak Pangkalan Bun mampu menjadi orang hebat di Sydney!

Iwan Sunito sangat sukses sebagai bisnisman. Namun ia tidak melupakan Tuhan. Ia rajin melayani di Full Gospel Businessman’s Followship International (FGBMFI). Iwan juga mengelola gereja lokal yang menjadi komunitasnya.

Iwan Sunito anak kampung yang underdog mampu mengubah dirinya menjadi orang yang berhasil. Pengalaman seperti ini sangat penting untuk ditularkan kepada generasi muda. Supaya anak-anak Indonesia percaya diri bahwa mereka tidak kalah dengan orang-orang di luar sana. 686