Sensasi Awal Tim Asia di Piala Dunia 2022
Awalnya saya pesimistis dengan kekuatan sepakbola Asia setelah melihat penampilan tuan rumah Qatar dan Iran. “Kok kualitas Asia belum juga meningkat ya?” pikir saya dalam hati. Hampir saja saya menulis sebuah artikel tentang memblenya kualitas kedua tim tersebut. Baik Qatar maupun Iran, tidak menunjukkan greget dalam bermain. Pun taktik dan strategi yang “sama sekali” tidak jelas. Atau minimal tidak berjalan.
Belakangan saya tahu apa penyebab kekalahan kedua tim tersebut. Qatar, sebagai tuan rumah, dan baru pertama kali mencicipi putaran final Piala Dunia, pasti demam panggung. Buat mereka, penampilan itu – menang atau kalah – merupakan sejarah besar. Jika tidak menjadi tuan rumah, mereka perlu menunggu waktu lebih lama untuk tampil di ajang paling bergengsi sepakbola itu. Demam panggung, selain kalah kualitas, jadi penyebab utama.
Iran? Ini dia yang lebih menarik. Pada saat lagu kebangsaan dikumandangkan, seluruh pemain Iran tidak bernyanyi. Walah… pasti ada sesuatu yang amat besar di balik itu. Benar… pemain Iran protes terhadap rezim yang berkuasa saat ini, yang memperlakukan warga dan demonstran secara kejam. Protes yang mungkin akan berdampak panjang buat mereka. Termasuk cara mereka bermain selama putaran final Piala Dunia.
Untunglah ada Arab Saudi. Pada hari berikutnya, tim semenjana dari jazirah Arab ini membalikkan nasib semua bandar judi. Dengan prediksi menang di bawah 10%, mereka justru tampil memikat, penuh semangat, determinasi, dan strategi yang tepat. Messi dikunci, permainan Argentina pun nyaris mati. Man to man marking berjalan sepanjang pertandingan. Mereka menang 2-1. Mereka menang karena disiplinnya seluruh pemain serta beberapa penyelamatan gemilang penjaga gawang.
Argentina bukan tim sembarangan. Mengalahkan mereka dalam ajang Piala Dunia adalah berita besar di dunia sepakbola. Lionel Messi, pemain terbaik dunia dalam 15 tahun terakhir (bersama Ronaldo tentunya), masih punya ambisi besar menjuarai Piala Dunia. Yang belum pernah digenggamnya. Argentina pun menjadi salah satu unggulan utama, bersama Prancis (juara bertahan), Brasil (yang selalu jadi unggulan), dan Inggris (yang semakin matang).
Sensasi Arab Saudi bisa masuk kategori fantastis dan bombastis. Layak menjadi headline di media massa dan media sosial. Wajar, jika pangeran Arab memberikan hadiah mobil mewah Roll-royce untuk setiap pemain. Istimewa, manakala Raja Arab Saudi meliburkan satu hari seluruh pegawai di negeri ini, menyambut kemenangan bersejarah tim sepakbolanya. Tidak penting jadi juara atau tidak, mengalahkan Argentina pada ajang Piala Dunia adalah sejarah besar.
Harapan Asia berikutnya ada pada si anak bungsu Australia. Negeri Kanguru ini, baru kurang dari dua dekade bergabung di kawasan Asia. Kiprahnya selama ini, lumayan. Sering kali lebih baik dibanding “kakak-kakaknya”. Tapi ketika menghadapi Prancis, mereka tak berdaya. Kalah 1-4. Meski sempat unggul lebih dulu, kematangan juara bertahan berjuluk Ayam Jantan itu, mampu menjungkalkan Australia.
Hari berganti. Masih ada dua tim Asia yang berlaga pada pertandingan pertama: Jepang dan Korea Selatan. Biasanya, kedua tim inilah yang mampu membuat kejutan. Pada Piala Dunia Rusia 2018 misalnya, Jepang melaju sampai perdelapan final sebelum dikandaskan Belgia, melalui pertandingan dramatis sampai menit terakhir. Korea, sukses membungkam asa Jerman, pada pertandingan terakhir grup sehingga sang juara dunia angkat koper lebih awal. Saat itu, Jerman berpredikat juara bertahan. Shin Tae Yong, pelatih Indonesia saat ini, peracik Korea kala itu.
“Dan terjadi lagi…” lirik lagu Peterpan ini cocok untuk menggambarkan nasib Jerman. Setelah keok dari Korea pada 2018, kali ini mereka kalah lagi dari Jepang 1-2. Jerman sejatinya bermain amat baik pada babak pertama. Penguasaan bola sangat dominan (di atas 70%), tendangan ke gawang lawan juga banyak, peluang melimpah… sayang, hanya satu gol yang tercipta. Itu pun lewat penalti. Tak adanya penyerang sekelas Miroslav Klose, jadi masalah besar buat tim panser itu. Mesin diesel mereka yang terkenal itu tidak berjalan. Malah kebobolan oleh para samurai jepang pada 20 menit terakhir. Strategi pelatih Jepang Hajime Moriyasu berjalan sempurna di babak kedua. Kejutan lagi dari sepakbola Asia.
Arab Saudi dan Jepang memperlihatkan kualitas sepakbola Asia tidak kalah dibanding Amerika Latin dan Eropa. Dan inilah yang menarik dari setiap Piala Dunia. Kejutan demi kejutan. Terjadi dan terjadi lagi. Piala Dunia tanpa kejutan ibarat ikan Gurame dimakan mentah-mentah. Tak enak dan menyiksa. Seperti Piala Dunia 1990 di Italia, yang dianggap sebagai salah satu Piala Dunia paling membosankan dalam sejarah.
Sensasi awal tim Asia di Piala Dunia kali ini, hampir saja diciptakan lagi oleh Korea Selatan yang bertanding semalam melawan Uruguay. Korea, tim sepakbola Asia dengan pencapaian terbaik di Piala Dunia: semi final pada 2002, ketika jadi tuan rumah bersama Jepang. Uruguay bukan tim kaleng-kaleng, meski kualitasnya kian menurun seiring menuanya Suarez, Cavani, dan Godin (yang belum tergantikan). Sayang, pertandingan berakhir imbang kaca mata 0-0.
Sebagai penggemar sepakbola, yang sudah mengikuti secara aktif kegiatan Piala Dunia sejak 2006 di Meksiko, kiprah tim Asia kali ini lebih baik. Selain kejutan dan sensasi dari Arab Saudi dan Jepang, dan harapan pada Korea, tim lainnya Qatar, Iran, dan Australia tetap bisa tampil setara dengan negara lain. Masih ada negara semenjana asal Amerika Tengah, Kosta Rika, yang bernasib lebih buruk. Kalah 0-7 dari Spanyol. Padahal, Kosta Rika adalah negara yang paling mengejutkan dalam Piala Dunia 2014. Mereka lolos sampai perempat final tanpa terkalahkan. Gagal lolos ke semi final hanya karena kalah adu penalti dari Belanda. Sebelumnya, mereka sukses mengandaskan Yunani, Uruguay, Italia, dan Inggris. Sensasional.
Saya penggemar cara bermain tim nasional Italia. Punya striker tajam, tapi pertahanannya amat gerendel. Punya bek kuat kualitas nomor satu. Namun, mereka gagal lolos ke putaran final kali ini. Padahal, mereka bermahkota juara Piala Eropa 2020. Itulah kejutan awal Piala Dunia 2022, Italia tidak lolos. Sebagai gantinya, saya menjagokan tim-tim non-unggulan. Tim kuda hitam, medioker, semenjana, atau tim yang diremehtemehkan. Tim Asia masuk kategori itu. Kemenangan mereka atas tim-tim besar merupakan hiburan tersendiri.
Selalu tersenyum dan tetap bahagia.