Budaya

Pentingnya Nilai Kearifan Lokal Dayak Lundayeh, Padan Liu Burung

Selasa, 28 Februari 2023, 11:00 WIB
Dibaca 1.470
Pentingnya Nilai Kearifan Lokal Dayak Lundayeh, Padan Liu Burung
PANGGUNG PADAN LIU BURUNG

Dalam pengertian kamus, kearifan lokal terdiri dari dua kata: kearifan dan lokal. Dan apabila kita mempelajari pengertian kearifan lokal melalui disiplin antropologi, maka istilah yang sering kita dengar ialah lokal genius. Beberapa peneliti mengungkapkan istilah lokal genius ini pertama kali di perkenalkan oleh Quaritch Wales.

Dari pengertian kearifan lokal diatas, dapat kita maknai bahwa kearifan lokal suatu kekayaan budaya lokal atau masyarakat lokal yang tinggal di suatu daerah dimana budaya lokal mengandung kebijakan hidup atau pandangan hidup yang mencangkup kebijakan hidup  baik dan positif.

Di Indonesia, kearifan lokal tidak hanya berlaku  secara lokal pada budaya atau etnik tertentu, tetapi dapat kita temukan bersifat lintas etnik sehingga membentuk nilai budaya yang bersifat nasional. Kita adapat ambil beberapa contoh kearifan lokal, hampir di setiap budaya lokal Nusantara dikenal kearifan lokal yang memberi pengajaran tentang gotong royong, toleransi, etos kerja, mencintai alam, memotivasi hidup, dan seterusnya.

Nilai kearifan lokal dapat menjadi sarana pembelajaran hidup bagi setiap manusia untuk menjadi manusia cerdas, pandai, bijaksan dan cerdik. Kearifan lokal lebih bersifat lokal, itu artinya kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dengan waktu yang berbeda, hal ini disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan hidup yang berbeda-beda antar wilayah satu dengan yang lainnya (Kemendikbud, 2016).

Dari pengertian diatas, kita dapat memahami bahwa nilai kearifan lokal sangat penting.

Bagi kelompok etnis tertentu dalam beradaptasi dengan lingkungan, sehingga dapat mengembangan suatu kearifan lokal yang berwujud pengetahuan dan ide, gagasan, dan norma adat, nilai budaya, aktivitas, dan peralatan sebagai hasil tantangan alam dan kebutuhan hidup dalam mengelola lengkungan.

Dalam penelitian yang dilakukan Hofsted (1991) mengungkapkan bahwa Indonesia dikelompokan sebagai negara dengan nilai yang terkandung dalam budaya lokal yang mengandung nilai kolektivisme. Itu artinya, masyarakat lokal di Indonesia secara individu lebih mementingkan kepentingan kelompok, keluarga, dan masyarakat dibandingkan kepentingan pribadinya sendiri.

Nah, oleh karena itu dalam kontek Nusantara sebagai negara kepulauan dari Sabang sampai Marauke, dari Miangas sampai pulau Rote dengan adat istiadat berbeda-beda, namun memiliki nilai-nilai kearifan lokal budaya yang sangat tinggi yaitu kearifan lokal. Untuk itu, nilai kearifan lokal merupakan bagian dari budaya masyarakat lokal yang dijunjung secara besama-sama.

Kebudayaan Dayak Lundayeh yang ideal pun sering dikaitkan dengan nilai-nilai di Masyarakat lokal seperti tokoh atau pribadi baik. Dalam kaitan ini, jadilah sosok Padan Liu Burung dijadikan sebagai tokoh panutan dan kebanggaan manusia Dayak Lundayeh di Dataran Tinggi Borneo, Kalimantan Utara, Indonesia.

Salah satu nilai kearifan lokal Nusantara yaitu Nilai lokal Padan Liu Burung, asli Suku Dayak Lundayeh. Masyarakat lokal menyebut pribadi ini Padan Liu Burung dari sosok ini tidak ada yang kurang dalam dirinya, yang ada kebaikan saja secara utuh seperti, niatnya baik, tidak sombong, baik hati, jiwa memimpin serta mampu mengelola emosinya. Sosok kepahlawan Padan Liu Burung dalam folklore masyarakat lokal Dayak Lundayeh sangat berpengaruh dan penting dalam memotivasi manusia Dayak Lundayeh.

Dalam pengolongan folklore dibagi menjadi tiga bagian yaitu Aren, Mumu, Bengeng. Aren lebih kepada kata-kata pujiannya yang banyak sekali, supaya semangat berjuang itu ada dalam diri setiap manusia Dayak Lundayeh. Itulah tujuan utamanya. Jika mendengar seseorang yang sedang aren pasti merinding, karena kata-kata yang diucapkan penuh kebaikan, kebijaksanaan, hal-hal baik. Tidak sembarang orang dapat melakukannya, ia harus berbudi baik.

Selain itu, masyarakat lokal mengakui bahwa nilai Padan Liu Burung dari sosok ini tidak ada yang kurang dalam dirinya, yang ada kebaikan saja secara utuh seperti, niatnya baik, tidak sombong, baik hati, jiwa memimpin serta mampu mengelola emosinya. Ruma kadang (Rumah panjang) tempat seorang Padan Liu Burung menyampaikan Aren, Mumu, Bengeng di saksikan semua orang yang tinggal dalam rumah panjang dari tua-tua, orang tua, anak-anak mendengarkan aren dari Padan Liu Burung.

Disamping itu, secara umum nilai-nilai Filosofis Padan Liu Burung berikut ini dapat di pahami. Nilai kearifan lokal Padan Liu Burung merupakan gamar diri sosok pahlawan yang gagah berani bagi suku Dayak Lundayeh, Padan Liu Burung sosok yang menyatu dengan masyarakat, hati yang baik, mengikat diri dalam kebersamaan.

Disebutkan ada tiga nilai-nilai yang terkandung pada Padan Liu Burung yang pertama, Lun Do’ Niat' artinya sangat terbuka kepada orang lain dan banyak memberi pandangan hidup, nasehat-nasehat dan saran-saran yang berguna bagi orang lain. Kedua, Lun Mesangit artinya pribadi pemberani, kuat, lincah dan pantang menyerah.  Lun Mesangit yang tergolong Lun Do,' pada bagian ini ia bukanlah seorang pemimpin. Nilai yang Ketiga, Lun Do’ Ngimet Kuran artinya dapat mengemban tanggung jawab, amanah, junjung keharmonisan, serta bertanggung jawab dan dapat dipercaya dalam menjalankan kewajiban.

Dalam konteks penerapannya sekarang, dalam bidang apapun manusia Dayak Lundayeh bekerja entah politik, sosial, budaya, pengusaha, maupun pendidikan maka nilai-nilai Padan Liu burung melekat pada diri manusia Dayak Lundayeh. Inilah salah satu nilai kearifan lokal yang di jaga suku Dayak Lundayeh saat ini.

Kita semua memiliki kesadaran dan kewajiban untuk menghormati dan menjaga nilai kearifan lokal, tata krama, sopan santun, moralitas, dan etika (Yansen, 2022).

Pada akhirnya, terbentuknya nilai-nilai kearifan lokal leluhur yang mampu mempola perilaku, karakter, dan bersikap masyarakat Dayak Lundayeh karena adanya peran adat istiadat yang begitu kuat, yang menjadi budaya pada kehidupan sehari-hari masyarakat lokal di Dataran Tinggi Borneo. Sehingga hal tersebut menjadi kepribadian, sifat, perilaku, kebiasaan, sikap hidup yang cukup mengkrakter dalam kehiduapan masyarakat adat Dayak Lundayeh di Dataran Tinggi Borneo.

Buuiii…Buuiiii…Buuiiii

***