Budaya

Ternyata Ada 'Suku Dayak' di Indramayu Jawa Barat

Selasa, 23 Februari 2021, 06:54 WIB
Dibaca 1.265
Ternyata Ada 'Suku Dayak' di Indramayu Jawa Barat
'Dayak' Indramayu

Dodi Mawardi

Penulis senior

Suku Dayak identik dengan Kalimantan. Merekalah penduduk yang awal mula tinggal di Kalimantan. Sejarah membuktikan dan mencatat, bahwa peradaban Indonesia dimulai dari Kalimantan, dengan Kutai sebagai kerajaan pertama di bumi nusantara ini pada abad keempat. Catatan yang hingga saat ini belum terbantahkan.

Suku Dayak-lah yang menjadi pemeran utama kerajaan tersebut. Kerajaan berikutnya Tarumanagara hadir di Jawa Barat, satu abad kemudian. Hal itu membuat Dayak dan Sunda punya kedekatan historis.

Ternyata, sejak 1970-an lalu ada sekelompok orang di Indramayu Jawa Barat yang menyebut dirinya sebagai 'Suku Dayak'. Sekilas mirip dengan Dayak di Kalimantan. Atau mirip juga dengan suku Baduy, (penduduk Jawa Barat dulu, kini masuk wilayah Banten) yang menjaga betul tradisi dan kearifan nenek moyang mereka. Kembali ke alam menjadi dasar dari filosofi hidup. Tampilan fisik mereka tak jauh berbeda.

Baca Juga: Perari bukan Ferrari dalam Tradisi Dayak Jawatn

Mereka hidup seadanya dan benar-benar memanfaatkan alam sebagai sumber segala sumber kehidupan, sesuai dengan kebutuhan. Mereka hanya makan tumbuhan, tidak hewan. Tidak berlebihan. Secukupnya saja. Ketika mendapatkan rezeki berlebih, mereka bagi kepada yang membutuhkan. Buat mereka, alam adalah sahabat. Hidup dengan alam merupakan satu-satunya jalan terbaik. Spiritualitas berbasis alam membuat kehidupan menjadi tenang, nyaman, dan damai.

Namun ternyata, sekelompok orang di Indramayu Jawa Barat ini, tidak ada kaitan biologis dengan Suku Dayak di Kalimantan. Mereka menyebut dirinya sebagai Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Setiap kata dari nama itu memiliki makna tersendiri.

Kata suku tidak merujuk pada makna etnis, melainkan berarti kaki dalam bahasa Sunda. Pun demikian Dayak, tak mengacu pada etnis Dayak di Kalimantan, tetapi mereka artikan sebagai menyaring. Dayak atau ayak atau mengayak (menyaring) sebagai asal muasal kata tersebut.  Begitu pula kata Hindu, Budha, Bumi, Segandu, dan Indramayu memiliki arti tersendiri. Dayak Indramayu menjadi semacam komunitas filosofis dengan fondasi spiritualitas alam.

Sampai saat ini, komunitas Suku Dayak ini masih ada di Indramayu, dan beberapa kota lainnya. Jumlahnya memang tidak banyak. Beberapa kalangan menyebut mereka sebagai penganut ajaran kepercayaan. Mereka tidak memeluk salah satu dari enam agama resmi di Indonesia. Ajaran mereka lebih kepada kepercayaan kepada alam semesta, seperti yang diajarkan nenek moyang Sunda dan Jawa pada masa lalu. Di Indramayu, meski secara administrasi bagian dari Jawa Barat, namun budaya Jawa masih kental di sana, termasuk bahasa dan kepercayaan.

 

Selain kebijaksanaan dalam memperlakukan alam, terdapat ajaran yang sangat berbeda dibanding komunitas lainnya. Mereka menjadikan perempuan sebagai empunya kehidupan. Perempuanlah sumber kehidupan itu, selain alam.

Buat Suku Dayak Indramayu, perempuan adalah ratunya keluarga yang wajib dihormati, dijunjung, bahkan dimanjakan laiknya seorang ratu.

Seluruh pekerjaan sehari-hari baik mencari nafkah maupun pekerjaan rumah, dilakukan oleh kaum lelaki.

Mereka juga punya ritual unik. Mereka menyebutnya kum kum, atau berendam di aliran air sungai pada malam hari selama empat bulan berturut-turut. Saatnya mereka untuk benar-benar kembali ke alam dan mengosongkan diri. Selama itu pula, mereka kembali menjadi manusia seutuhnya, bersih dari noda, dan jauh dari sifat keserakahan duniawi. Sisa delapan bulan dalam setahun adalah waktu mereka untuk bekerja.

Kalau Anda tertarik mengetahui lebih jauh tentang mereka yang sering disebut Dayak KW ini (bukan Suku Dayak asli), silakan datang ke Indramayu. Sekitar 300km sebelah timur Jakarta, yang bertetangga dengan kota Cirebon. Melalui jalan Tol Cipali, hanya butuh waktu sekitar 2,5 jam mencapai kota tersebut.

***