Sekolah Alam Cikeas Perluas Jaringan Internasional

Di kawasan Cikeas yang tenang, tempat angin berbisik ramah kepada pohon-pohon dan cahaya pagi menari di atas dedaunan, Sekolah Alam Cikeas kembali menorehkan jejak besar dalam peta pendidikan level global. Tak hanya menjadi taman tumbuh bagi karakter dan kreativitas anak-anak Indonesia, kini Sekolah Alam Cikeas menjelma menjadi jembatan dunia. Ia menghubungkan mimpi-mimpi kecil dengan cakrawala luas di berbagai belahan bumi.
Bak burung elang yang membentangkan sayapnya ke segala penjuru angin, Sekolah Alam Cikeas menjalin kerja sama internasional dengan sekolah-sekolah unggulan dari lima negara: Inggris, Jepang, Mesir, Australia, dan Kanada. Sebuah lompatan yang bukan hanya prestisius, tapi juga strategis. Di dalamnya terselip semangat untuk membentuk generasi pembelajar global yang berakar kuat pada nilai-nilai lokal dan berwawasan lingkungan.
Dari Plymouth, kota pelabuhan yang menyimpan semangat para penjelajah Inggris, hingga ke Osaka, Kyoto, dan Tokyo di Jepang, negeri matahari terbit yang penuh etos kerja dan harmoni tradisi. Dari kota Kairo yang berdebu sejarah peradaban hingga ke Melbourne yang kosmopolit, serta tanah Kanada yang terbentang luas dengan budaya multikulturalnya. Sekolah Alam Cikeas berikhtiar menjalin ikatan erat, tidak sekadar sebagai tamu yang singgah, tapi sebagai mitra sejati dalam mencetak pembelajar sejati.
Kerja sama ini bukan sekadar surat dan stempel formalitas. Ia hadir dalam bentuk nyata: pertukaran pelajar yang memungkinkan siswa-siswi merasakan kehidupan lintas budaya, menyelami keberagaman, dan menanam benih toleransi sejak dini. Tahun 2024 lalu, belasan siswa dari Lara School belajar bahasa Indonesia dan wawasan lingkungan di Cikeas. Selama lebih dari sepekan mereka berinteraksi dengan siswa siswi Sekolah Alam Cikeas. Mereka tinggal di rumah-rumah orangtua siswa. Agustus tahun ini, giliran belasan siswa siswa SMP-SMA Sekolah Alam Cikeas yang bertandang ke Melbourne. Mengikuti irama proses belajar di sana dan menyelami budaya setempat.
Ada pula program Project-Based Learning (PBL) lintas negara. Anak-anak Indonesia belajar lingkungan, pengelolaan sampah, budaya, serta karakter warga Jepang yang sudah menyatu dengan alam. Siswa-siswi kelas 9 SMP Sekolah Alam Cikeas nyaris setiap tahun sejak 2015, belajar bersama teman-temannya di Jepang bertukar ide, gagasan, dan pengalaman mulai dari isu lingkungan, teknologi, hingga kebudayaan. Dunia bukan lagi hanya halaman dalam buku teks; ia menjadi ruang kelas yang hidup, luas, dan menantang.
Yang paling istimewa, Sekolah Alam Cikeas juga membuka peluang bagi siswa untuk menempuh satu semester penuh (enam bulan) belajar di salah satu dari kelima negara mitra. Bayangkan, seorang anak Cikeas belajar sains di bawah langit Kanada atau Australia, menulis puisi di tepi Sungai Thames London, atau meneliti ekosistem urban di tengah hiruk-pikuk Tokyo. Mungkin pula dia menyusun novel berbasis spiritual di kampus Al Azhar Kairo. Ini bukan sekadar studi. Ini adalah perjalanan hidup yang membentuk karakter, memperluas perspektif, dan menanamkan empati global.
Bagi Sekolah Alam Cikeas, dunia bukan sekadar tempat belajar yang luas. Dunia dan alam semesta adalah taman bermain pengetahuan yang penuh warna dan rasa. Taman itu telah terbuka lebih lebar. Setiap langkah siswa menuju kelas adalah langkah menuju dunia yang lebih besar, lebih beragam, dan lebih manusiawi.
Langit bukan lagi batas. Ia hanya atap dari impian yang terus bertumbuh.