Budaya

Siro Manas Sambon, Pusaka suku Dayak Uud Danum

Jumat, 29 Januari 2021, 21:45 WIB
Dibaca 1.577
Siro Manas Sambon, Pusaka suku Dayak Uud Danum
dokpri

Sebelum lebih jauh membaca tentang ulasan makna dan manfaatnya, saya akan menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan manas sambon dan dari mana asal-usul nya.

Manas adalah manik-manik yang sering digunakan sebagai aksesoris dan pakaian adat orang Dayak. Orang Dayak sudah terkenal dalam penggunaan manik-manik. Di tanah Borneo, penggunaan manik-manik ini terus berlangsung hingga kini. Manik-manik digunakan sebagai aksesoris pakaian adat, kerajinan tangan, dan sebagai kelengkapan dalam ritual adat orang Dayak.

Sebenarnya manik-manik jenis ini juga dipakai dalam beberapa kebudayaan yang ada di beberapa negara, misalnya di negara Mesir Kuno, Amerika Utara (Indian), China, India, dan Indonesia.

Menurut cerita nenek moyang dulu, manik-manik jenis manas sambon ini diperoleh dari peradaban Mesir Kuno dan sebagian lagi diperoleh dari negeri Cina melalui perdagangan dengan cara barter. Di dalam catatan sejarah mengisahkan bahwa bangsa Dayak telah melakukan hubungan perdagangan dengan Mesir Kuno dan beberapa negara lainnya menempuh perjalanan yang jauh lewat Sarawak Malaysia.

Bagi orang Dayak, manik-manik bukan hanya sekedar hiasan untuk mempercantik diri. Tetapi, lebih dari pada itu manik-manik memiliki makna tersendiri yang lebih dalam bagi orang Dayak. Bahkan, dari sekian banyak manik-manik, ada manik-manik yang dianggap paling istimewa dan berharga yaitu manas sambon.

Manas sambon adalah manik-manik yang terbuat dari batu dan dianggap sebagai salah satu pusaka Dayak Uud Danum.

Manik-manik manas sambon ada yang berwarna merah, kuning, hijau, biru, putih dan oranye. Akan tetapi, manas sambon yang sering digunakan oleh suku Uud Danum adalah yang berwarna merah seperti warna air teh. Biasanya, suku Dayak Uud Danum yang melakukan ritual adat akan memakai gelang dari manik-manik manas sambon.

Sesungguhnya, bukan hanya suku Uud Danum saja yang memakai gelang siro manas sambon.  Siapa saja orang yang datang berkunjung dan dianggap sebagai orang penting akan disambut dengan baik dan dipasangkan gelang manas sambon setelah acara ritual adat dilaksanakan.

Bahkan sejak anak masih bayi ketika baru lahir, manik manas sambon diletakkan di dalam bak mandi bayi untuk mencegah penyakit kulit yang disebut boliman.  Selanjutnya ada prosesi ritual adat. Manik-manik manas sambon mulai dipasangkan pada pergelangan tangan anak bayi suku Uud Danum.

Biasanya sebutir manik dari manas sambon di ikatkan pada tangan bayi dengan menggunakan seutas benang yang di sebut tali'k tongang.

Pada umumnya, orang tua atau kakek nenek sang bayilah yang akan memasangkan manas sambon yang disebut dengan siro manas sambon. Siro yang berarti gelang dan manas sambon artinya manik-manik yang asli yang terbuat dari batu dan berwarna merah.

Tujuan keluarga memasang gelang siro manas sambon pada tangan bayi karena dipercaya sebagai lambang kekuatan dan bisa menangkal roh-roh jahat (Otuk Lio) yang hendak mendekat sang bayi.

Selain itu, gelang siro manas sambon sebagai simbol pengikat tali kasih sayang antara keluarga dengan sang anak. Seperti benang tali'k tongang yang kuat dan tidak mudah putus, demikianlah kasih sayang dan perhatian keluarga terhadap anak-anaknya.

Benang talik tongang merupakan benang yang kuat, tidak mudah putus. Sehingga digunakan untuk mengikat atau menjahit sejak dari jaman nenek moyang Uud Danum. Benang ini diambil dari serat kulit kayu yang ada di pedalaman hutan Kalimantan.

Manas sambon juga wajib digunakan sebagai syarat dalam sebuah perkawinan atau pernikahan.

Ada beberapa makna yang terkandung dalam manik-manik manas sambon di dalam perkawinan adat Dayak Uud Danum.

Pertama, sebagai pengikat hati wanita, memperkuat jiwa pasangannya dan wujud cinta seorang laki-laki terhadap pasangan wanita nya.

Kedua, warna merah pada manik-manik manas sambon merupakan simbol ketulusan hati. Jadi, seseorang yang mau menikah itu hendaklah menikah dengan ketulusan hati, bukan karna ada maksud tersembunyi apalagi keterpaksaan.

Ketiga, warna merah pada manas sambon yang tidak pernah pudar melambangkan wujud cinta kasih dan kesetiaan yang tidak pernah pudar. Demikian juga hal nya dalam membangun rumah tangga itu tidak cukup hanya dengan cinta, melainkan dilengkapi dengan kesetiaan. Cinta dan kesetiaan harus dibawa sampai mati.

Selain sebagai perlengkapan ritual adat, manik manas sambon juga dipakai oleh Okok Jajak sebagai mediasi dalam pengobatan tradisional yang disebut hobolian atau balian.

Okok Jajak adalah sebutan atau gelar yang diberikan kepada seorang nenek/kakek yang ahli dalam pengobatan tradisional dan supranatural.

Biasanya, Okok Jajak akan memakai gelang manas sambon untuk memperkuat roh nya dan sebagai penukar jiwa bagi pasienya. Biar pasiennya cepat sembuh, sehat dan selamat.

Selain itu, ada juga manik manas sambon yang dipakai sebagai pelindung, penangkal santet, penangkal roh jahat di hutan belantara yang disebut Otuk Lio. Ada juga yang dijadikan sebagai jimat. Namun tak semua jenis manik manas sambon yang dapat dijadikan sebagai jimat.

Dari prosesi adat kelahiran hingga kematian pun manik manas sambon digunakan sebagai bekal kubur menuju alam khayangan.

Jadi makna pemakaian pada gelang siro manas sambon adalah sebagai berikut:

Pertama, sebagai tanda bahwa orang yang memakai gelang (siro) baru saja selesai melaksanakan acara ritual adat suku Uud Danum.

Kedua, gelang siro manas sambon sebagai lambang kekuatan, keberanian, ketulusan dan cinta kasih.

Ketiga, gelang siro adalah sebagai pelindung dan pengikat tali silaturahmi dengan keluarga besar Dayak Uud Danum.

Harapan saya, lewat tulisan ini, generasi muda suku Dayak UuD Danum semakin mengenal dan mencintai budayanya. Kenali dan cintailah budaya leluhurmu sebelum orang lain mengenalnya.

Akhir kata saya berucap; izinkanlah saya menyampaikan pepatah dari nenek moyang: "Holuk poh ihtok bolum nomuoi, kaling tiruh unuk booi, arak noh tolingau adat ihtok juoi!"

Salam budaya!