Budaya

Resensi Film : Innocent Moves alias Searching for Bobby Fischer

Sabtu, 6 Maret 2021, 14:15 WIB
Dibaca 2.041
Resensi Film :  Innocent Moves alias Searching for Bobby Fischer
innocent moves

Catur tampaknya sedang trend, mungkin karena kemunculan miniseri baru di Netflix, Queens Gambit (2020). Mini seri drama ini diangkat dari novel karya Walter Tevis dengan judul yang sama.

Queen's Gambit sendiri bercerita tentang Beth Harmon seorang pemain catur wanita berbakat, yang diperankan dengan asik sekali oleh Anya Taylor-Joy. Isi ceritanya adalah suka duka Beth Harmon dalam usahanya menjadi pemain catur terhebat, sambil menghadapi masalah pribadinya seperti kecanduan obat dan alkohol, sekaligus bertahan di dunia yang mayoritas dikuasai pria. Drama ini bersetting waktu sekitar pertengahan 50an sampai awal 60an. Saat itu dunia catur eropa praktis dikuasai pria dan Rusia.

Saya tidak ingin terlalu banyak bicara tentang Queen's Gambit, karena sebenarnya masih banyak film tentang catur yang asik, seperti coldest game (2019), fresh (1994), innocent moves (1993), The Luzhin Defence (2000), Pawn Sacrifice (2014), Queen To Play (2009), Queen of Katwe (2016), computer chess (2013), Dark Horse (2014), atau Life Of A King (2015). Nah, Satu film baru saya tonton ulang, yaitu Innocent Moves /Searching for Bobby Fischer. Saya akan cerita soal itu saja.

Film ini dilepaskan dengan dua judul; ' 'Searching for Bobby Fischer' untuk tayang di Amerika, dan berjudul 'Innocent Moves' untuk peredaran internasional. Drama tentang catur ini memang buatan Amerika, sehingga tak heran awalnya diberi judul Searching for Bobby Fischer.

Bobby Fischer dianggap dewa catur bagi sebagian besar penggemar catur Amerika. Ikon tertinggi kemampuan catur Amerika. Sekitar tahun 70an, Robert James "Bobby" Fischer (lahir di Chicago, Illinois, Amerika Serikat, 9 Maret 1943) adalah orang Amerika satu-satunya yang mampu menghancurkan dominasi Uni Sovyet dalam dunia catur.


Saat itu adalah masa perang dingin, dimana Amerika Serikat dan Uni Sovyet bersaing dalam segala hal. Tak heran kemampuan Fischer membuatnya digadang-gadang menjadi icon superioritas Amerika saat itu. Ironis, karena di akhir hidupnya Fischer justru memuituskan menjadi warga Islandia dan cenderung anti segala hal berbau Amerika Serikat, kemungkinan justru karena ia tertekan kehilangan kebebasan pribadi akibat terlalu terkenal di Amerika.
Di Inggris dan bagian lain Eropa, Fischer (walau diakui sebagai jenius catur) tak begitu besar pengaruhnya. Tak heran judul film ini pun diubah menjadi Innocent Moves.

Innocent Moves diangkat berdasar sebuah buku karangan Fred Whaitzkin, yang isinya adalah kisahnya sebagai seorang ayah dari seorang anak jenius catur. Fred Whaitzkin adalah ayah dari Joshua Whaitzkin, seorang pecatur andalan Amerika Serikat.

Di umur 6 tahun, Joshua (diperankan oleh Marc Pomeranc) diajak ibunya ke Washington Square Park , Sebuah taman di New York. Dia tertarik pada orang-orang yang bermain catur cepat (batas waktu di bawah 5 menit). Joshua belajar catur secara otodidak. Melihat bakat dan minatnya, di usia 7 tahun, sang ayah mencarikan guru catur formal untuknya. Bruce Pandolfini adalah guru pertamanya. Inti ceritanya adalah tentang upaya sang Ayah mendukung perkembangan anaknya yang jenius catur, tanpa meninggalkan berbagai kesenangan masa kecilnya.

Selama menjadi siswa sekolah dasar, Joshua memimpin sekolahnya memenangkan 7 kejuaraan nasional, dan merebut 8 gelar individual. Di usia 17 tahun, Joshua menjadi juara nasional kejuaraan catur junior se Amerika Serikat. Walau berbakat brilyan, perjalanan Joshua menjadi pecatur hebat

Perjalanannya sebagai pecatur tak selalu mulus. Ia sempat kehilangan minat pada catur dan merasa tertekan karena harus terus memikirkan catur, padahal sebagai anak-anak ia masih senang bermain.

Film Innocent Moves ini menjadi menarik ketika penulis naskahnya berusaha menceritakan berbagai benturan yang dialami pecatur cilik. Beratnya beban untuk terus dituntut menjadi juara, dan bagaimana perbedaan pola berpikir pecatur pelajar (yang belajar teori, strategi dan peraturan dengan ketat) dengan pecatur alami yang mengandalkan bakat dan intuisi.
Muncul juga konflik internal, bagaimana keinginan selalu menang bisa mengalahkan kegembiraan dan kecintaan bermain catur.

Sang Ayah, Fred Whaitzkin, memutuskan membiarkan anaknya berkembang seperti anak lain. Ia mengajaknya memancing, menonton baseball dan melakukan kegiatan selain catur untuk menjaga kecintaan Joshua pada catur. Sebuah film yang menarik bagi keluarga.

Dalam skala 1-10, film ini akan saya kategorikan sebagai film keluarga dengan nilai 7. cukup menarik, a[palagi jika anda adalah penggemar catur.

Joshua Whaitzkin di dunia nyata mengalami pergolakan hidup mirip kisah di film itu. Kejeniusannya sudah dibuktikan melalui berbagai kejuaraan. Usia 10 tahun mengalahkan Edward Frumpkin, seorang master nasional, usia 11 tahun menjadi satu dari dua orang yang berhasil menahan draw Juara Dunia, Gary Kasparov (anak lain yang berhasil menahan draw adalah seorang anak jenius lain, K.K Karanja) dalam pertandingan eksebisi. 15 Tahun meraih gelar master dan 16 tahun sudah mencapai Master Internasional FIDE.

Walaupun sukses, ternyata Joshua memutuskan mundur perlahan dari catur. Pertandingan resminya terakhir adalah tahun 2000. Setelah itu ia malah aktif di dunia yang lain sama sekali, beladiri. Joshua muda aktif mempelajari Aikido, dan beberapa kali menjadi juara nasional dalam olahraga Taiji Push Hand, bahkan di tahun 2004 ia menjadi juara dunia. Joshua Whaitzkin juga pemegang sabuk hitam Brazilian JiuJitsu, dan mendirikan sekolah BJJ The Marcelo Garcia Academy, di New York.

Walau meninggalkan dunia catur kompetitif, Joshua tetap mengikuti dunia catur, terbukti ia menulis beberapa buku berbasis catur, yaitu;
Attacking Chess: Aggressive Strategies, Inside Moves from the U.S. Junior Chess Champion (1995) dan The Art of Learning: An Inner Journey to Optimal Performance (2008). Buku kedua adalah autobiografi yang membahas proses pembelajaran dan psikologi performa, diambil dari pengalamannya sebagai master catur dan ahli beladiri.


Maret 2021

***