Modernitas dan Pudarnya Budaya Sungai Kalimantan Utara
Kalimantan Utara (Kaltara) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak jalur sungai sebagai sumber daya alam, dalam kehidupan masyarakat yang hidup di bumi benuanta kaltara, sungai adalah sumber penghidupan sejak jaman kuno hingga sekarang. Bahkan sungai menjadi salah satu bentuk identitas masyarakat Kaltara, yang kemudian sungai menjadi bagian dari budaya yang melekat dalam kehidupan masyarakat.
Bagi masyarakat Kaltara sungai bukan hanya sekedar jalur transportasi, tetapi juga berfungsi membentuk kebudayaan, hubungan sosial dan dalam menumbuhkan perekonomian. Artinya sungai merupakan bagian dari identitas mayarakat Kaltara yang tidak dapat disingkirkan.
Tulisan ini mencoba untuk memberikan perspektif lain dalam melihat Kaltara, yakni dengan melihat sungai sebagai basis dari kebudayaan masyarakat Kalimantan Utara dan sungai sebagai jalur transportasi utama Kalimantan Utara.
Sungai Sebagai Basis Budaya Masyarakat Kalimantan Utara
Sebagian besar dunia bermula dari sungai, hingga kini sungai menjadi sumber penghidupan banyak penduduk dunia. Sungai dapat diartikan sebagai aliran air permukaan yang berbentuk memanjang dan mengalir secara terus-menerus dari hulu ke hilir.
Begitu pula dengan masyarakat Kaltara, yang sebagian besar hidupnya tidak jauh dari aliran sungai. Bagi masyarakat Kaltara sungai tidak sekedar aliran air, namun merupakan jalur transportasi yang efisien sebagai penghubung wilayah satu dengan wilayah yang lain.
Budaya sungai kemudian membentuk suatu kebiasaan baru dalam kehidupan masyarakat Kaltara, yang bergantung dari budaya itu berasal yakni sungai. Kebiasaan itu kemudian membentuk pola perilaku dan karakteristik masyarakat Kaltara sebagai pembeda dari wilayah lainnya.
Sungai dengan tabiatnya yang pasang-surut juga membentuk manusia Kaltara menjadikan mereka sebagai pejuang keras dalam penghidupannya, hal tersebut juga menjadi ciri khas masyarakat Kaltara yang terbuka, mudah bergaul dan cepat beradaptasi lingkungan sekitar.
Dari ini kita pahami bahwa budaya sungai merupakan produk dari pengalaman hidup dan kemampuan adaptasi dari masyarakat Kaltara yang kehidupannya berada di pinggiran atau di sepanjang sungai. Budaya sungai juga turut serta dalam pembentukan segala aspek perekonomian dan hubungan sosial masyarakat Kaltara.
Modernitas dan Pudarnya Budaya Sungai
Kaltara adalah wilayah yang berbasis sungai dan bergantung pada aliran sungai. Namun, seiring perubahan zaman, kehidupan masyarakat Kaltara juga ikut mengalami perubahan termasuk kaitannya dengan kehidupan sungai. perkembangan dibidang teknologi material, pengetahuan dan perkembangan infrastruktur kota. Secara tidak langsung perkembangan modernitas ini berdampak pada pudarnya identitas lokal, yaitu sungai sebagai budaya dan sungai sebagai sumber pencaharian masyarakat.
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan perumahan diwilayah darat yang jauh dari sungai mengakibatkan berkurangnya aktivitas masyarakat diwilayah dekat sungai. Padahal sebelum ada infrastruktur jalan darat yang dibangun, masyarakat Kaltara sangat bergantung pada sungai sebagai sarana transportasi.
Kini, transportasi jalur sungai perlahan mulai berkurang, sebagai dampak dari gencarnya pembangunan jalan darat yang berdasarkan ukuran modern. Pembangunan jalan darat berdampak pada pesatnya pertumbuhan kendaraan bermotor. Akibatnya pemanfaatan sungai sebagai potensi mengalami penurunan. Sungai kemudian hanya dipakai sebagai alat transportasi lokal, atau hanya menjadi transportasi antar wilayah sebagai angkutan barang.
Perubahan ini juga mempengaruhi tata laku masyarakat, yang beralih ke wilayah perkotaan dalam usaha menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran dari sumber perekonomian, karena perputaran ekonomi terjadi hanya dikota, sementara desa hanya menjadi sumber komoditi. Pergeseran ini nantinya akan berdampak pula pada kebudayaan masyarakat Kaltara, ketika memandang perubahan hanya berdasarkan ukuran modern. Padahal, pemahaman akan budaya lokal merupakan basis utama dalam menyambut dan menyusun perubahan, sehingga wilayah tersebut tidak kehilangan identitas.
Sungai sebagai Infrastruktur Utama Transportasi Kaltara
Belajar dari sejarah dan kebudayaan Kaltara, yang masyarakatnya hidup disepanjang bantaran sungai, membawa kita pada kajian arah pembangunan jalur transportasi di Kaltara. Mengingat sungai di Kaltara adalah salah satu jalur penghubung antara Ibu Kota Tanjung Selor dan kabupaten-kabupaten yang ada di wilayah Kaltara yakni, Kabupaten Nunukan, Malinau, Bulungan, Tanah Tidung dan kota Tarakan, bahkan sungai menjadi penghubung hingga wilayah terpencil.
Kaltara juga merupakan wilayah tropis, dengan kondisi lingkungan yang dominan lembab. Hal ini dapat kita lihat dari model-model perumahan masyarakat Kaltara yang berbentuk rumah panggung. Tentu saja hal ini tidak hanya untuk menghindari dari potensi banjir, tetapi juga karena masyarakat mengerti bahwa rumah panggung didirikan agar tidak bersentuhan langsung dengan tanah yang lembab.
Lingkungan yang lembab juga tidak sepenuhnya cocok dengan pembangunan infrastruktur jalan yang berbahan dasar aspal. Karenanya yang lembab dan dingin, serta aspal yang seharusnya melekat pada tanah, tidak menyatu. Hal ini menjadikan jalan aspal mudah retak dan pecah, sehingga mengakibatkan kerusakan pada jalan darat. Kerusakan ini juga mengakibatkan distribusi angkutan jalur darat menjadi terhambat. Kondisi semacam ini lumrah kita temui dijalan-jalan yang ada diwilayah Kaltara.
Artinya pembangunan infrastruktur jalan di Kaltara tidak harus sama seperti pulau-pulau lain yang berbasis pada pengaspalan. Sungai merupakan infrastruktur transportasi utama masyarakat Kaltara. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kembali potensi sungai sebagai jalur transportasi dan sebagai basis kebudayaan masyarakat Kaltara.