Wisata

Lahirkan Desa Wisata Terbaik Nasional

Selasa, 18 Agustus 2020, 11:21 WIB
Dibaca 578
Lahirkan Desa Wisata Terbaik Nasional
Desa Wisata Pulau Sapi

Dodi Mawardi

Penulis senior

Malinau kini punya destinasi wisata yang tidak kalah menarik dibanding daerah lain. Daya tariknya bukan hanya keindahan alam, bukan hanya atraksi seni, bukan pula hanya kekuatan budaya. Ketiga unsur itulah yang menjadi kekuatan mereka, dipadukan dalam konsep pariwisata modern. Keindahan alam Malinau yang kaya akan hutan yang masih asri, tentu menarik minat siapa pun untuk datang ke sana. Seni dan budaya yang juga masih asli dan sulit dijumpai di tempat lain, ada di Malinau. Budaya Dayak dengan ragam dan corak yang memikat. Mereka masih memegang teguh nilai-nilai leluhur.

 

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017 menunjukkan peran industri kreatif terhadap ekonomi Indonesia sekitar 7 – 10%, sedangkan peran industri pariwisata terhadap ekonomi Indonesia sekitar 20%. Bayangkan jika kedua industri itu dapat dipadukan. Suatu negara atau daerah akan meraup keuntungan besar. Hal itulah yang menjadi perhatian Bupati Malinau Dr. Yansen TP., MSi., sejak 2011 lalu. Dia mencanangkan tumbuhnya desa-desa wisata di Malinau yang berakar pada kekuatan seni dan budaya setempat. Hadirnya desa wisata akan menarik minat para pelancong datang ke Malinau, dan menggerakan beragam sektor ekonomi pendukung pariwisata.

 

Sang Bupati merencanakan dengan matang konsep desa wisata. Bukan hasil pemikirannya pribadi, namun melibatkan masyarakat secara langsung di desa bersangkutan. Sesuai dengan konsep Pembangunan Berbasis Komunitas melalui Gerakan Desa Membangun (Gerdema) dan RT Bersih. Pemkab Malinau menggugah dan mendorong setiap desa untuk berinovasi. Menurut mereka, Malinau punya potensi amat besar di bidang pariwisata, karena kekuatan kekayaan alam dan terutama budaya yang masih sangat kental. Kesadaran itu yang mereka tanamkan kepada seluruh warga desa.

 

Tingkat kesadaran tidak dapat lahir begitu saja. Pemkab Malinau menyadari hal tersebut. Sejak bergulirnya Gerdema 2011, sang Bupati sudah mencanangkan perubahan fundamental paradigma masyarakat dalam membangun. Hampir setiap hari selama dua tahun, perangkat pemerintahan Kabupaten Malinau berkeliling dari satu desa ke desa yang lain, memberikan pelatihan dan pendampingan, untuk mengubah paradigma tersebut. Mereka juga didampingi para ahli, akademisi, dan profesional yang diakui kapasitasnya secara nasional. Bahkan, sang Bupati tak segan untuk mendatangkan motivator nasional dalam mengubah mental masyarakat.

 

Perubahan paradigma itu begitu terasa termasuk dalam membangun desa wisata. Setiap desa, mulai dari perangkat desa, pengurus RT, sampai warga setempat terpacu menjadikan desa mereka sebagai desa inovatif. Mereka bahu membahu dan bergotong royong menciptakan desa wisata yang khas. Sampai 2018 lalu, sudah ada enam desa di Malinau yang ditetapkan sebagai desa wisata. Masing-masing memiliki keunggulan.

 

Hasil dari program di bidang pariwisata Malinau berbuah pada 2019 lalu. Salah satu desa wisata mereka terpilih menjadi yang terbaik tingkat nasional. Desa Pulau Sapi namanya. Desa itu baru distempel sebagai desa wisata pada 2015 lalu. Sang Bupati dan perangkatnya secara langsung membimbing mereka membangun pariwisata di desa tersebut. Bupati bahkan menantang perangkat desa dan warga setempat, untuk menciptakan keunikan namun tetap berbasiskan kekuatan dan karakter asli desa tersebut.

 

Kalau Anda punya kesempatan datang ke Desa Wisata Pulau Sapi, dijamin akan terkagum-kagum. Mereka sangat kreatif. Begitu memasuki desa tersebut kita langsung disuguhi nuansa suku Dayak yang amat kental. Di sana sini terdapat lukisan dan ukiran khas Dayak, dalam hal ini Dayak Lundayeh, salah satu subsuku. Lukisan dan ukiran ada di mana-mana, di warung kopi, di fasilitas umum, di balai desa, bahkan di semua dinding rumah penduduk. Kita seolah-olah berada di tempat festival budaya. Warna-warni, semarak, dan banyak spot untuk berfoto (instagramable).

 

Desa Wisata ini juga menyediakan tempat penginapan untuk para turis yang datang. Di setiap RT, terdapat minimal satu homestay. Rumah warga yang disulap menjadi tempat penginapan. Jangan khawatir dengan fasilitas. Meski berada di pedalaman, segala macam fasilitas modern sudah tersedia. Walaupun ciri khas budaya Dayak Lundayeh menjadi sajian utama, di setiap homestay. Anda akan dimanjakan oleh warga yang memang sudah sangat sadar wisata. Mereka melayani pendatang dengan sangat baik.

 

Menurut Wahyuni Nuzband – Kepala Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kalimantan Utara (Kaltara), keberhasilan Pulau Sapi sebagai Desa Wisata Terbaik, tidak lepas dari peran kepemimpinan Bupati Malinau. Pulau Sapi termasuk desa wisata baru, namun berhasil menjadi yang terbaik, sehingga cukup mengejutkan pelbagai pihak, termasuk pemerintah provinsi Kaltara. Salah satu keunggulan utama Pulau Sapi adalah konsep dan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam mengelola desa wisata.

 

Sinergi pemerintah kabupaten, pemerintahan desa, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan Desa Pulau Sapi. Pemerintah Kabupaten percaya sepenuhnya kepada masyarakat desa dalam membangun desanya. Masyarakat desa pun menjalankan kepercayaan itu dengan baik, karena selalu mendapatkan pembinaan dan pendampingan. Berkat sinergi tersebut, selain sebagai Desa Wisata terbaik, Pulau Sapi juga akan menjadi desa percontohan untuk kawasan regional Kalimantan dan Sulawesi. Suatu prestasi yang membanggakan.

 

Bagi Bupati Malinau, keberhasilan Desa Pulau Sapi tersebut semakin meyakinkan dirinya dalam menjalankan pembangunan berbasis komunitas. “Gerakan Desa Membangun (Gerdema) sebuah model yang diyakini mampu mewujudkan secara nyata atas partisipasi dari seluruh warga masyarakat Malinau. Model yang telah berjalan ini mampu mengubah wajah Kabupaten Malinau. Kami tetap memberikan kewenangan sepenuhnya kepada pemerintahan desa sebagai pelaku pembangunan. Mulai dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.”

 

Kekuatan budaya menjadi fondasi utama pariwisata Malinau. Khususnya budaya Dayak yang beragam dan masih orisinal, yang sulit ditemukan di daerah lain. Selain Desa Pulau Sapi, desa wisata yang sudah lebih dulu terkenal dan menjadi destinasi utama adalah Kampung Adat Setulang. Kampung ini sudah lebih dulu mendapatkan apresiasi masuk dalam nominasi penghargaan Pesona Wisata Indonesia 2017, sebagai Kampung Adat Terpopuler. Setiap kali ada kunjungan tamu resmi pemkab baik dari pemerintah provinsi, pusat, atau tamu lainnya, sang Bupati selalu mengajaknya ke Setulang. Seperti Pulau Sapi, desa Setulang juga penuh dengan karakter seni dan budaya Dayak yang sangat kental. Suatu daya tarik utama.

 

Tingkat kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara ke Malinau, terus meningkat setiap tahun. Pada 2018 lalu, jumlah wisatawan mencapai hampir 14.000 orang. Untuk ukuran Malinau, jumlah tersebut sudah positif. Tujuan utama wisatawan adalah desa-desa wisata Setulang dan Pulau Sapi. Turis asing yang berkunjung ke sana mencapai lebih dari 300 orang. Tentu saja, angka itu akan terus bertambah seiring dengan promosi wisata yang terus dilakukan oleh Pemkab Malinau.

 

Tumbuhnya desa-desa wisata di Malinau tentu saja menopang perekonomian masyarakat desa. Selain menyajikan seni dan budaya, mereka juga menjual beragam produk khas desanya masing-masing. Pemkab Malinau secara khusus mendongkrak industri kreatif Malinau, bersama dengan majunya industri pariwisata. Produk kerajinan tangan, ukiran, dan karya kreatif lainnya bermunculan baik melalui inisiatif Pemkab atau inisiatif masyarakat.  

 

“Saya yakin desa wisata yang telah kita resmikan di Malinau akan bertambah. Karena itu merupakan salah satu pendekatan dan model untuk melibatkan masyarakat secara menyeluruh dalam membangun desa mereka masing-masing.”

Bupati Malinau Dr. Yansen TP., M.Si.