Sosok

Launching YTPrayeh.com, Energi bagi Penulis Pemula!

Jumat, 15 Januari 2021, 13:31 WIB
Dibaca 1.074
Launching YTPrayeh.com, Energi bagi Penulis Pemula!
dokpri.background1

Kecintaannya pada literasi mendorongnya mengembangkan gerakan ini. Maka tercetuslah ide untuk membuat media website yang memberikan ruang bagi penulis pemula untuk berkarya.

Baru-baru ini, saya mengikuti sebuah acara via virtual oleh undangan seorang penulis senior. Peluncuran YTPRayeh.com dan Diskusi Virtual dengan Topik “Literasi Membangun Peradaban Baru Indonesia”.

Hadir dalam acara tersebut, sebagai pendiri Dr. Yansen Tipa Padan, tokoh Dayak, dan Wakil Gubernur Terpilih Kalimantan Utara.

Beliau juga seorang yang bergiat di literasi dengan menulis beberapa buku. Kecintaannya pada literasi mendorongnya mengembangkan gerakan ini. Maka tercetuslah ide untuk membuat media website yang memberikan ruang bagi penulis pemula untuk berkarya.

Tampil sebagai pembaca acara, Glory Oyong yang juga dikenal sebagai presenter Kompas TV.

Baca Juga: Peradaban Baru Indonesia dan Aksi Literasi di YTPrayeh.com

Acara dibuka dengan sambutan dari pendiri, Dr. Yansen yang menegaskan akan pentingnya literasi di dalam membangun bangsa dan peradaban. Dan dilanjutkan oleh para penulis senior dan sekaligus para pengelola website ini.

Mulai dari Pepih Nugraha yang sedikit menjelaskan tentang website ini, maklum beliau adalah pendiri kompasiana yang memiliki fungsi kurang lebih sama sebagai media jurnalisme warga. Namun, keunikan Web ini adalah setiap penulis tidak bisa langsung memposting tulisan tetapi akan dimoderasi atau disaring.

Selanjutnya, Masri Sareb Putra yang menjelaskan akan pentingnya literasi untuk membangun peradaban.

Dan terakhir Dodi Mawardi yang memotivasi bahwa bangsa kita adalah yang berbudaya dan beradab. Ini adalah modal besar dalam mengembangkan literasi bagi peradaban baru Indonesia. Dia bahkan menegaskan bahwa dunia mengakui bahwa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya namun adab-nya masih perlu bangun.

Pembukaan yang semakin mendorong antusiasme peserta yang hadir.

Hadir pula untuk memberikan sambutan beberapa tokoh, baik dari kalangan politisi, akademisi, maupun penggiat literasi. Sementara dari eksekutif diwakili oleh Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LKH), Alue Dohong yang juga tokoh Dayak. Tokoh Dayak pertama dalam jajaran eksekutif pusat.

Dalam sambutannya, Wamen bersyukur atas hadirnya website ini yang akan memberikan ruang bagi warga atau para penulis pemula untuk berkarya. Dan terutama juga menuangkan ide dan memberikan konten edukasi tentang lingkungan hidup dan kehutanan.

Tetapi, ada beberapa poin penting yang saya cermati dari acara langka ini.

Pertama, tidak hanya launching atau peluncuran produk untuk kemudian dikenal publik. Tetapi membuka ruang diskusi dan dialog bagi para peserta. Peserta adalah penggiat literasi baik lokal maupun nasional.

Ini sangat menarik, para peserta diberikan kesempatan untuk berpendapat, berkomentar, dan memberikan masukan bagi website ini serta untuk pengembangan literasi. Mereka menyampaikan berdasarkan latar belakang dan kepakaran masing-masing.

Kedua, tanggapan dari Dr. Yansen TP, bagi saya ini yang sangat mengesankan. Poin penting bagi penulis dan penggiat literasi adalah konten. Beliau dengan tegas mengatakan bahwa konten tidak perlu kita cari di luar sana. Konten ada pada kita sesuai dengan budaya dan adat masing-masing. Nilai-nilai tersebut harus diperkenalkan dengan harapan memberi pengaruh bagi masyarakat global. Sungguh konten mesti digali dari dalam. Atau istilah yang sering saya dengar dari penulis senior, “menulis dari dalam”.

Uraian itu rasanya sangat menjawab bagi penulis pemula. Apa yang akan ditulis? Excellent! Mencari konten memang susah gampang, gampang susah. Jawaban yang meringankan salah satu ‘beban’ penting bagi penulis pemula. Jujur saya sangat tercerahkan dan termotivasi.

Seperti yang sering diucapkan oleh Bpk. Presiden Joko Widodo dalam setiap kesempatan menyapa rakyat, “kita ini bangsa yang besar, kita memiliki lebih dari 400 suku”. Artinya begitu besar konten yang tersedia untuk kita gali dan publikasikan.

Ketiga, website ini memang didirikan oleh seorang tokoh Dayak. Tetapi tidak semata hanya untuk menggali budaya Dayak. Tetapi Website ini justru memberikan ruang bagi siapa saja, insan bangsa Indonesia untuk menulis tentang budayanya. Dengan catatan untuk kepentingan peradaban baru dan pembangunan bangsa.

Hal tersebut saya ungkapkan bukan bermaksud lain. Seorang peserta, mengirim pesan pribadi, “saya sangat terharu dan bangga bahwa orang Dayak mampu memberikan ide semacam ini dan bagaimana ytprayeh.com dibangun dengan visi sedemikian besar bagi bangsa Indonesia.”

Ketiga, bagi penulis pemula ini adalah ruang yang harus dimanfaatkan. Sebagaimana diutarakan oleh Pepih Nugraha sebagai salah satu pengelola website ini, bahwa setiap artikel akan disaring atau istilah disini dimoderasi terlebih dahulu. Tujuannya untuk memfilter untuk ‘melayakkan’ tulisan tersebut dipublikasikan.

Ini hal sangat baik bagi penulis pemula. Tulisan akan dikoreksi (diedit) sehingga menjadi tulisan yang layak. Bagi penulis pemula, ini semacam uji kemampuan sekaligus melihat progress (kemajuan) akan kemampuan menulisnya.

Sungguh lengkap website ini, tujuan dan visi jelas non-komersil, konten jelas, dan kesempatan berharga. Satu lagi sebagai ajang promosi karya tulis seperti buku.

Akhirnya, tanpa mengurangi kemeriahan dan ihwal acara ini, sekedar masukan. Di dalam kegiatan ini sebaiknya peserta diberikan ruang yang lebih bebas untuk berpendapat. Sedangkan para senior lebih sebagai pendengar dan hanya perlu berkomentar untuk memberikan dukungan dan motivasi.

Baca Juga: Media Literasi Digital Itu Bernama YTPrayeh.com

Meskipun tajuk acara ini diskusi, namun kalau kembali mengingat tujuan dari media ini adalah mendorong literasi. Ruang ini harus menjadi sumber energi bagi penulis pemula dan penggiat literasi. Panggung ini untuk memberikan ‘kesempatan’.

Dalam acara-acara semacam ini bukankah harapan dari para penulis pemula adalah membawa pulang energi dan semangat? Kekuatan baru yang akan mendorong untuk memulai berkarya dan semakin terlibat dalam literasi. “Kami butuh energi itu!”

Menulis adalah puncak literasi. Itulah kata pembuka oleh Masri Sareb Putra dalam acara ini. Saya pakai sebagai penutup untuk catatan akhir.

Salam literasi!