Sosok

Petani dan Paradigma Milenial

Jumat, 5 Februari 2021, 12:29 WIB
Dibaca 703
Petani dan Paradigma Milenial
dokpri

Petani adalah seorang yang mengusahakan lahan dengan membudidayakan tanaman sebagai bahan baku pangan. Saya lebih senang mengartikannya pengusaha tani.

Selama ini petani banyak dipahami sebagai seorang yang bekerja di sawah atau ladang dan pekerjaannya yang dilakukan mencangkul dll. Dalam arti pekerjaan yang kotor karena bergulat dengan tanah dan lumpur serta kotoran ternak ya, itulah bagian dari bertani.

Memang tidak bisa pungkiri juga itulah bagian dari pekerjaan dalam bidang pertanian. Akan tetapi seorang yang bekerja seperti itu lebih tepat disebut buruh tani. Buruh adalah seorang yang bekerja pada majikan atau juragan atau seorang yang mengusahakan lahan baik itu lahan milik sendiri atau lahan sewaan.

Bagi saya petani itu adalah pengusaha, usahanya berbasis pada lahan pertanian. Dengan beranggapan petani sebagai pengusaha kita akan dapat melihat mengelola lahan pertanian seperti sebuah perusahaan. Bukan sekedar dicangkul, ditanami, dipupuk lalu dirawat hingga panen.

Tetapi melihat Bertani sebagai sebuah sistem, dimana dari mulai mengolah lahan, penanaman, pemupukan sampai panen seperti sebuah siklus yang akan selalu berkaitan. Agar berhasil setiap bagian harus diperhatikan dengan detail sekalipun itu hal-hal yang kecil.

Untuk dapat menguasai pekerjaan di lahan pertanian seorang petani harus belajar. Kita lihat buruh tani sebenarnya lebih banyak bekerja di lahan mereka. Rata-rata bekerja dengan berbekal pengalaman, atau justru yang seorang punya lahan sendiri tidak menganggap dirinya pengusaha tani (petani).

Namun mungkin cara berpikirnya cenderung seperti buruh tani. Itulah mengapa pertanian di negara Indonesia ada, tapi tidak berkembang dengan baik. Kebanyakan mereka adalah buruh tani dan yang benar-benar tani itu tidak banyak.

Dalam upaya membangun pertanian di Indonesia, salah satu langkah penting adalah mengubah cara pandang kita terutama dari dalam diri seorang petani atau calon petani.

Membangun usaha tani tak ubahnya membangun perusahaan industri, dengan mengaplikasikan konsep usaha industri kedalam usaha tani maka saya yakin akan memberi perubahan cara bertani petani kita. Pemikiran yang demikian diharapkan mampu dicerna petani milenial agar mulai bergerak membangun sektor pertanian di Indonesia.

Baca Juga: Jangan Gengsi Menjadi Petani

Bertani adalah pekerjaan yang mulia, karena urusan perut adalah kebutuhan semua orang. Sudah tentu yang tidak bisa memproduksi bahan makanannya sendiri akan cenderung berusaha memperoleh bahan makanan yang murah dalam bahasa yang lebih halus “lebih terjangkau”.

Dengan semakin dapat dijangkaunya bahan-bahan pangan maka penghargaan kepada pelaku-pelaku tani akan menurun. Bukankah hidup itu harus saling menghargai, janganlah selalu kalau beli sayuran atau beras di pasar untuk dibuat terjangkau masih juga ditawar-tawar. Marilah kita mengubah cara pandang kita mengenai kehidupan pertanian di negara kita.

Maju petani kita, sejahtera bangsa kita!

***