Lima Puisi: Rumah, Jemuran, dan Kota
JEMURANKU
celana dalam cokelat berbisik-bisik dengan handuk hijau teh
nyonya rumah menyenandungkan somewhere over the rainbow
menyirami pot-pot herbras merah kuning yang mengering
memerlukan sentuhan E.T.
bau soKlin
tersisa di berkas-berkas sinar matahari
yang membentuk bayangan seekor kucing di tembok putih
tetangga sebelah sedang membikin kos-kosan
debunya bukan deru campur debu
mengganggu pernapasan si bungsu
pagi adalah menghimpun sisa kantuk
demi kerja dan cinta dan pilihan
"ngopi rumiyin kersanipun ketingal waras"
seorang teman memasang gambar di Facebook
si tuan rumah hanya meneguk air putih dan tetesan jeruk nipis
dan sarapan nasi goreng bumbu rendang instan
setelah si sulung berangkat ke sekolah
ia tidak yakin apakah pagi sudah dimulai
TRIANGLE OF SADNESS
hidup tak selalu untung, kata mendung
kepada cawat setengah basah
yang terbanting ke tanah
saat anak kos itu kalang-kabut
menyambar jemurannya
anak kos itu mengerutkan alis
mendengar percakapan mereka
dan ia pun balik
memungut cawat setengah basah itu
dengan lembut
hujan tak jadi turun
CILUKBA
semut-semut di televisi berdengung-dengung
rumah suwung
sepasang cicak bercinta
menggelepar di tembok
: bocah itu tidak berpikir tentang menyingkirkan
yang terburuk
ia teringat terus pada barongsai kuning
yang ditontonnya di pelataran mal
ia celingukan
tetapi kali ini rumah suwung
tidak ada yang mengajaknya bermain
hanya angin
KITA DAN MENDUNG SEJAK SIANG
kita dan mendung sejak siang
kopi pahit
mendoan
keroncong Hetty Koes Endang dan pertanyaan
: pernahkah kamu berdoa Bapa Kami
dan benar-benar menunggu
makanan hari ini?
dengan cadangan frozen food dan indomie
kita mencuri-curi
kepastian-kepastian kecil
di tengah ketidakpastian
pandemi ini
: sekarang kita belajar hidup
hari demi hari
ketika hari esok, rasanya,
hanya akan jadi ulangan hari ini
masih mendung:
hujan enggan turun
dan kamu bertanya lagi:
masihkah kamu menyimpan
itu mimpi-mimpi
di folder D > Proyek 2020 > Pribadi > Artikel > Masih Perlu Direvisi?
bibirku terkulum
teringat kata-kata motivasi:
kebahagiaan itu
seperti tautan-tautan
yang dihapus lagi dan lagi
dari browsing history
: mendung memeluk malam
murung dan hitam legam
DI KOTA INI, HUJAN TERTAWA
alun-alun kidul adalah brongkos telur dan
es campur. sebuah dunia lain kausembunyikan di
antara beringin kembar: kaututup mata, melangkah
sambil tertawa, gigimu membiaskan cahaya neon
aku ingat hujan yang gugur ketika kita
mengambil selfie di pulau cemeti
tetapi kau tertawa juga. seperti kembang api
berpijar
hanya dalam tidur, hanya dalam lelap mimpi, bisa
kusimpan: leleh tangismu