Riset

Hari Gini Anti-Sosmed

Minggu, 16 Mei 2021, 20:27 WIB
Dibaca 851
Hari Gini Anti-Sosmed
diolah dari berbagai sumber

Kehidupan masa kini terasa tak terpisahkan antara dunia nyata dan dunia maya. Malahan muncul pandangan bahwa: “siapa menguasai dunia maya, menguasai dunia nyata.” Semua tak lepas dari perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesat.

Manusia zaman ini pun punya kehidupan yang sama sekali berbeda dengan manusia lampau. Manusia kini memiliki kehidupan sosial media atau biasa dikenal dengan istilah Sosmed.

Sosial media menandai lahirnya generasi, yakni generasi Millennial atau generasi Y (1981-1995). Dua orang pakar sejarah dan penulis Amerika, yakni William Strauss dan Neil Howe yang mula-mula mencetus istilah generasi Millennial.

Millennial generation umumnya menggunakan Facebook, Twitter dan Instagram. Mereka biasanya menggunakan sosmed untuk sharing (berbagi) karena kebutuhan sosial.

Manusia zaman ini pun punya kehidupan yang sama sekali berbeda dengan manusia lampau. Manusia kini memiliki kehidupan sosial media atau biasa dikenal dengan istilah Sosmed.

Setelah generasi Y, muncul pula generasi Z (1996-2000-an). Lebih lagi generasi Z, memiliki gaya hidup ber-sosial media yang sangat tinggi. Secara umum media sosial yang digunakan adalah Instagram.

Kedua generasi ini secara umum bisa juga dikatakan sebagai generasi millennial. Setidaknya disebabkan oleh lekatnya penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian kedua generasi memiliki karakteristik yang berbeda.

Generasi Y menggunakan sosial media untuk menunjukkan eksistensi diri. Pola pikir mereka idealis. Harus sesuai aturan. Sementara generasi Z, lebih suka instan. “Gak mau ribet.” Mereka berupaya membangun citra melalui apa yang dibagikan di sosial media.

Itu hanya sebagai pengantar. Setidaknya ada dua hal yang ingin saya bagikan dalam menyangkut kehidupan sosial. Sebuah dunia yang tak mungkin kita elak karena telah menjadi dunia “real” manusia masa kini.

Pertama, ternyata masih ada yang anti dengan sosial media karena merasa tak ada sesuatu yang layak dibagikan. Atau lebih tepatnya tidak ada yang “dibanggakan” untuk di bagi.

Hal itu saya dapati ketika berbincang dengan seorang ponakan. Padahal secara jasmani (fisik) ia, seorang wanita yang memiliki paras cantik. Tubuh yang ideal. Tapi tak pernah nampak di sosial media. Padahal dia anak generasi Z. Ia beralasan malu. Ini bertolak belakang dengan karakteristik generasinya.

“Menurutmu om tindakanmu kurang tepat. Kalau bukan diri kita dengan tampilan mempesona yang ditampilkan, tampilkan diri yang sedang melakukan pekerjaan (hal) yang produktif. Misalnya, membaca buku atau menulis. Sederhana tapi kamu akan dipersepsi positif. Baguskan!” nasehatku.

Cukup mengejutkan tak lama dia mulai ber-sosial media dengan pola pikir semacam itu. Malahan banyak temannya yang terinspirasi karena selama ini memiliki perilaku yang sama.

Kedua, ada yang ber-sosial media cukup aktif namun tiba-tiba memutuskan berhenti dengan istilah berpuasa. Sampai-sampai keluar dari grup-grup yang selama ini menjadi tempat berbagi dan bersilahturahmi. Meskipun pamit (permisi) kok rasanya kurang etis. Seolah-olah grup itu selama ini telah menjadi semacam “masalah” bagi pertumbuhan pribadi. Rasanya tak elok-lah.

Masalah sebenarnya pada konten (isi) pesan. Baik yang kita terima maupun yang kita bagikan. Setidaknya dari sisi kita, bagikan konten yang positif. Kita bagikan sesuatu yang baik dan membangun. Jangan hal yang negatif!

Persoalannya bukan pada sosial medianya. Bagaimana pun juga sosial media hanya alat yang diciptakan untuk hal yang positif. Dari kedua kasus tersebut, masalah sebenarnya pada konten (isi) pesan. Baik yang kita terima maupun yang kita bagikan. Setidaknya dari sisi kita, bagikan konten yang positif. Kita bagikan sesuatu yang baik dan membangun. Jangan hal yang negatif!

Mari kita bijak menyikapi sosial media yang ada dan berkembang ini. Kita gunakan untuk membagi hal-hal yang positif. Membangun image (gambar) yang baik dan menginspirasi.

Hari gini Anti-sosial media, sikap mustahil bagi manusia masa kini. Era ini komunikasi-cepat menjadi kunci kemajuan.

Selamat ber-sosial media dengan bijak. Kiranya menyemangati dan menginspirasi.