Riset

Perilaku Belanja Orang Indonesia di Masa Pandemi

Kamis, 11 Februari 2021, 15:05 WIB
Dibaca 533
Perilaku Belanja  Orang Indonesia di Masa Pandemi

Indonesia terlihat menjadi raksasa ekonomi di masa depan. Indonesia memiliki daya beli yang cukup tinggi dan menjadi urutan ke-7 ekonomi terbesar dalam Asia Tenggara (Index Mundi,2020). Karena adanya pandemic COVID-19 ini, Indonesia terdaftar negara dengan kenaikan angka GDP yang minus, pertama kali di tahun 1998, bernajak dari +5% pada tahun 2019 menurun jauh ke rasion -1.5%.

Pada tahun 2020 yang lalu hingga awal 2021 saat ini, hanya saja adanya perubahan consumer behaviour ini. Banyak orang menginvestasikan pada bidang kesehatan seperti obat, vaksin, atau alat kesehatan lainnya seperti masker dan sanitizer, serta konsumsi vitamin dan kelengkapan nutrisi.

Diperkirakan menurut IMF pada oktober 2020, pertumbuhan akan mengalami peningkatan penuh ke angka rasio 6.1% pada tahun 2021 sebelum mengalami stabilisasi menjadi 5.3% pada tahun 2022 mendatang, dikarenakan pemulihan ekonomi paska-pandemi. Pada Januari 2020 pembaruan WEO (World Economic Outlook), IMF merevisi perkiraan angka pertumbuhan kenaikan GDP Indonesia menjadi 4,8% di tahun 2021 dan 6% di tahun 2022.

Pandemi COVID-19 pun memberikan dampak besar di banyak sector. Menurut data IMF, adanya kenaikan angka pengangguran, dari 5.3% di tahun 2019 ke 8% di tahun 2020. Hal ini akan sedikit demi sedikit berkurang hingga mendekati paska-pandemi nantinya. Tidak terlalu signifikan, tetapi akan ada terlihat pengurang angka pengangguran.

Indonesia sebenarnya memiliki daya ketenaga kerjaan yang tinggi, terutama pada bidang industri, agrikultur dan jasa. Khususnya agrikultur yang memberikan 12.7% dari GDP negara dan 27.7% lapangan kerja dari populasi katif di tahun 2020 (World Bank,2020), sedangkan pada aspek Industri diperkirakan hingga 38.9% dari GDP negara dan 22.7% lapangan kerja, dan aspek jasa seperti perbankan dan travel memberikan 44.2% dari GDP negara dan 49.6% lapangan pekerjaan.

Pandemi Covid-19 ini memberikan dampak yang sangat mengerikan kedalam aspek ekonomi pasar Indonesia yaitu, masalah kekacauan permintaan yang melesat tinggi tanpa kenaikan penyediaan dan mempengaruhi ketidak jelasan pada aspek industry, agrikultur dan jasa.

MARKET CONSUMER BEHAVIOUR
Pada awal tahun 2021 sudah banyak perkembangan ekonomi Indonesia, sudah adanya pemulihan sector ekonomi Indonesia, mulai dari program pemerintah hingga kesadaran masyarakat yang mulai menyadari perubahan era digital. Sekarang ini banyak sekali market yang di digitalisasikan, dengan adannya media-media yang memberikan solusi akan keterbatasan di kala pandemic covid ini, seperti banyaknya bermunculan e-Commerce, kenaikan angka penggunaan kartu kredit, serta transaksi digital lainnya

Data yang diambil dari sebuah artikel pada bulan April 2020 seperti penampakan pada ilustrasi narasi ini. Terllihat adanya perubahan consumer behaviour spending, adanya peningkatan pada FMCG (Fast-Moving consumer goods), FreshFood/Grosery, Entertainment/Communication. Adanya perubahan ini dikarenakan program karantina yang membuat orang tidak bias kemana-mana, semua dikerjakan dari rumah dengan media media yang ada pada saat ini. Hal ini sebenarnya sudah dilakukan oleh perusahaan perusahaan dengan menjadikan media digital sebagai sarana melakukan pekerjaan, hanya saja pada hal ini menjadi skala global.erikut data yang diambil dari sebuah artikel pada bulan April 2020.

Terllihat adanya perubahan consumer behaviour spending, adanya peningkatan pada FMCG (Fast-Moving consumer goods), FreshFood/Grosery, Entertainment/Communication. Adanya perubahan ini dikarenakan program karantina yang membuat orang tidak bias ke mana-mana, semua dikerjakan dari rumah dengan media media yang ada pada saat ini. Hal ini sebenarnya sudah dilakukan oleh perusahaan perusahaan dengan menjadikan media digital sebagai sarana melakukan pekerjaan, hanya saja pada hal ini menjadi skala global.

Pada tahun 2020 yang lalu hingga awal 2021 saat ini, hanya saja adanya perubahan consumer behaviour ini. Banyak orang menginvestasikan pada bidang kesehatan seperti obat, vaksin, atau alat kesehatan lainnya seperti masker dan sanitizer, serta konsumsi vitamin dan kelengkapan nutrisi. Selain itu banyak orang juga membeli kebutuhan pangan mereka dengan transaksi online tersebut dengan mempertimbakan kehigienisannya. Karantina yang dilakukan pun tidak sebentar, hamper menjelasng 1 tahun pada tahun 2021 lalu, membuat tingkat stress juga meningkat hingga aspek entertain pun meningkat, pada bisnis seperti komunikasi dan media menjadi tujuan utama masyarakat saat ini. Hal ini menyebabkan banyaknya lapangan kerja baru di bidang digital.

IT’S NOT AN END, IT’S JUST SHIFTING
Jadi berdasarkan artikel dan data dari sejumlah sumber yang saya rangkum adalah bahwa memang perekonomian Indonesia mengalami penurunan drastic, tetapi tidak seperti pada tahun 1998 lalu dan terlihat bahwa Indonesia mampu untuk mengalami rebound yang cukup cepat pula.

Di masa Pandemi ini, perlu adanya adaptasi cara baru untuk bisa mengikuti perubahan, menjadi digital. Bukan saya katakan untuk menjadi robot, tetapi untuk melakukan penggabungan antara kedua cara tersebut, dengan tetap mengembangkan organisasi manusia tetapi dengan peralatan digital.

Hanya saja ini menurut saya adalah seleksi alam, “yang tidak mau untuk beradaptasi maka akan dimakan oleh perubahan”. Saya bisamengatakan seperti karena melihat bahwa tangkat konsumerisme Indonesia meningkat pada saat pandemic seperti ini, hanya saja ke aspek atau barang lain.

Karena itu, perlu adanya adaptasi cara baru untuk bisa mengikuti perubahan, menjadi digital. Bukan saya katakan untuk menjadi robot, tetapi untuk melakukan penggabungan antara kedua cara tersebut, dengan tetap mengembangkan organisasi manusia tetapi dengan peralatan digital. Menyatukan digitalisasi kedalam setiap aspek bisnis atau usaha anda, tetapi tidak melupakan esensi kemanusiaannya didalamnya.

Motivasi untuk anda, banyak juga media yang disajikan di era digital seperti sekarang ini, tetapi kembali lagi, anda yang menentukan untuk ikut berubah atau bertahan. Ini bukan lah akhir, akhir adalah saat mengatakan ke diri anda sendiri itu berakhir.

Pandemi ini mengajarkan kita, khususnya saya untuk melihat perubahan yang cukup signifikan ini. Lalu (bisa) mengubahnya menjadi kesempatan. Untuk menggunakan tools digital yang ada untuk mengembangkan diri anda dan organisasi Anda, baik itu sosial, bisnis, maupun spiritual.

***

Source:
https://santandertrade.com/en/portal/analyse-markets/indonesia/economic-political-outline
https://iprice.co.id/insights/mapofecommerce/
Artikel “Optimistic, digital, generous: COVID-19’s impact on Indonesian consumer sentiment April 2020 by Ali Potia and Kapil Dahiya”
https://iprice.co.id/insights/mapofecommerce/