Kisah Seorang Dokter yang Mengoperasi Dirinya Sendiri
Ijin menuliskan kembali cerita yang membuat saya terkesan.
-----------
Kisah ini berawal dari proyek negara Uni Soviet, yang sekarang sudah pecah menjadi beberapa negara. Tahun 1960, sebagai salah satu negara adidaya saat itu, Uni Sovyet ikut serta dalam perlombaan mengeksplorasi salah satu bagian bumi yang paling sulit didatangi, Antartika. Berbagai ekspedisi dikirimkan untuk berlomba mengeksplorasi benua beku itu.
Leonid Rogozov saat itu adalah dokter bedah muda berusia 27 tahun. Ia menjadi bagian dari tim ekspedisi 12 orang yang direncanakan membangun basis penelitian cuaca di wilayah yang disebut Schirmacher Oasis. Rogozov dan 6 temannya menjadi tim pendahuluan yang bertugas membangun fasilitas pendukung agar peneliti setelah mereka bisa tinggal lebih nyaman. Mereka pun berangkat di bulan November tahun 1960.
Saat itu transportasi ke Antartika nyaris tidak ada, perjalanan itu berat dan memakan waktu lama. Apalagi cuaca di bulan November tidak terlalu baik.
Cikal bakal stasiun cuaca Novolazarevskaya, baru berhasil mereka dirikan dan berfungsi pertengahan di bulan February 1961, tapi setelah misi berhasil tim itu belum bisa pulang karena terkurung musim dingin yang brutal di tahun itu. Badai salju membuat tidak mungkin melakukan perjalanan tanpa kendaraan berat.
Dengan iklim yang ekstrim dan lokasi terisolir, di akhir bulan April, sang dokter malah mengalami gangguan masalah. Suhu tubuhnya terus naik, sementara ia terus menggigil, perutnya nyeri dan kemampuan fisiknya melemah.
Dari gejala yang dialami, Rogozov mudah saja mendiagnosa apa yang dialaminya sendiri. Usus buntu sang dokter itu bermasalah, dan dia menyadari akan hal itu.
Rogozov sadar hidupnya dalam bahaya. Walau bisa mendiagnosa penyakitnya, tapi untuk mengobatinya lain cerita.
Ia tahu satu-satunya cara adalah mengoperasi usus buntu itu secepatnya, sebelum kondisi tubuhnya lebih buruk dan membahayakan. Masalahnya, Rogozov adalah satu-satunya dokter di tim itu, sementara untuk mencari dokter atau rumah sakit tidak akan sempat.
Lokasi rumah sakit terdekat yang bisa mereka gunakan adalah di wilayah Sovyet. Saat itu perjalanan antara Uni Soviet ke lokasi mereka di Antartika, membutuhkan waktu paling cepat 36 hari lewat laut. Itupun kapal baru akan datang kembali 6 bulan kemudian. Untuk terbang juga tidak mungkin, karena badai salju dan cuaca yang sangat ekstrim. Berjalan dengan kereta anjing juga sama saja bunuh diri karena suhu bisa jatuh sampai minus 30 derajat di luar ruangan.
Dr. Leonid Rogozov sadar, tindakan operasi adalah satu satunya jalan buat kesembuhan dirinya. Menunggu terlalu lama bisa membuat usus buntunya bocor dan menimbulkan pendarahan dalam dan kematian. Akhirnya Dr. Leonid Rogozov memutuskan untuk mengoperasi dirinya sendiri!
Tentunya ini hal yang nekat. Dia harus membius lokal perutnya. Bius harus cukup kuat untuk menghilangkan sakit, tapi tetap bisa menjaga kesadarannya. Ia harus membedah perutnya sendiri, mencari bagian yang sakit, memotongnya, lalu menjahit ususnya dan kemudian menutup dan menjahit kembali perutnya. Rogozov bahkan tak tahu apa hal itu mungkin dilakukan sendiri oleh seorang manusia.
Dia lalu mengajari 2 rekan kerjanya untuk menjadi asisten operasi. Mulai dari menyuntik bius lokal, mencuci alat media dengan antiseptik, menggunting perban hingga memegangi cermin untuk membantu dia melihat obyek operasi di dalam perutnya sendiri.
"Asisten-asistenku yang malang! Di menit terakhir sebelum operasi aku sempat melihat wajah mereka. Mereka berdiri di sekitar saya dengan jubah putihnya, tapi wajah pucat mereka lebih putih dari pakaiannya itu," Rogozov menulis di jurnalnya. "Aku juga sangat takut. Tapi begitu aku memegang suntikan berisi novocaine (obat bius) dan menyuntikannya pertama kali ke nadiku, entah bagaimana, saya masuk ke mood operasi, sejak saat itu saya hanya berpikir tentang cara mengoperasi dan tidak menyadari perasaan lain."
Dalam jurnal yang ditulisnya sendiri itu, dr. Leonid Rogozov juga mengaku selain mengandalkan asisten medis dadakan itu, dia juga mengandalkan perasaannya untuk mencari usus buntu yang bermasalah. Hal yang paling sulit adalah menentukan usus buntu yang dicari. Butuh 20 menit melihat ke cermin, untuk mencarinya dan memotongnya sendiri.
Ia nyaris gagal karena hampir kehilangan kesadaran.
"Pendarahannya cukup berat, tapi aku berusaha santai... saat membuka peritoneum, aku tak sengaja memotong bagian perut lain dan harus menjahitnya dulu," Tulis Rogozov. "Aku semakin lama semakin lemah, dan kepala mulai berputar. Setiap empat atau lima menit bekerja, aku harus istirahat selama 20-25 detik."
"Akhirnya aku bisa mendapatkan, usus buntu terkutuk itu! Dengan ngeri aku melihat ada bercak gelap di bagian bawahnya. Itu berarti terlambat sehari saja dioperasi, usus buntu itu akan pecah. Hatiku mengecil dan pernafasan melambat, tanganku terasa seperti karet. Yah, saat itu aku berpikir, sepertinya ini akan berakhir buruk..."
Tapi Rogozov tidak gagal. Dalam dua jam ia berhasil menyelesaikan operasi itu, sampai ke jahitan yang terakhir.
Operasi berjalan lancar, seminggu kemudian dia sudah melepas jahitannya sendiri. Suhu tubuhnya - pun berangsur angsur pulih.
Di bulan Oktober 1961 dr. Leonid Rogozoy sudah beraktifitas normal dan sehat.
Tindakan yang diambil dr. Leonid Rogozov dianggap prestasi tersendiri bagi kalangan medis. Mengoperasi dirinya sendiri, dengan alat medis terbatas dan tidak dilakukan di ruang operasi.
Saat pulang, Rogozov dapat penghargaan dari negaranya. Dalam kondisi perang dingin dan persaingan antara AS dan Uni Soviet, Rogozov menjadi simbol superioritas negaranya saat itu. Toh, Rogozov tak terlalu ambil peduli.
Dokter Leonid Rogogozov menganggap tindakannya sebagai hal yang wajar bagi seorang dokter dalam keadaan darurat. Beliau tidak ingin prestasinya itu dilebih - lebihkan. Usai menjadi pahlawan negaranya, ia kembali bekerja di klinik miliknya yang ditinggalkan saat mendapat tugas ke Antartika. Tahun 2000 silam, dokter bedah ini meninggal dunia.
-------
Tulisan ini pernah muncul sebagian di Facebook penulis. Cerita ini kompilasi dari beberapa sumber, yaitu;
Laman Facebook: Dunia Punya Cerita.
www.BBC.com. Wikipedia.