Pemimpin Muda Masa Depan Impianku
Sungguh, saya senang dengan lomba yang diadakan oleh YTPRayeh.com. Bukan karena hadiahnya. Tapi karena tema yang diusung. Sudah lama saya merenung tentang masa depan Indonesia. Saya bukan siapa-siapa. Namun, saya peduli dengan masa depan bangsa ini. Masa depan anak cucu saya.
Melihat situasi dan kondisi saat ini, sungguh memprihatinkan. Terlalu banyak masalah yang terjadi pada bangsa ini, yang solusinya tidak sesuai dengan harapan. Terlalu banyak kepala yang merasa punya hak. Tapi tidak dibarengi dengan karakter, sikap mental, dan jiwa kebangsaan. Sebagian besar dari kita cenderung mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok. Bukan kepentingan bersama (bangsa).
Ironisnya, tokoh-tokoh yang dianggap sebagai anutan atau kunci, tidak bisa berbuat apa-apa. Atau cenderung tak mampu mengendalikan mental-mental negatif itu. Seolah terbawa arus.
Peristiwa batalnya Piala Dunia U-20 menjadi contoh mutakhir. Suara-suara penolakan atas kehadiran Israel begitu kuat. Berseliweran. Sporadis. Nyaris tak ada satu pun pihak yang bisa mengendalikan. Atau minimal menetralisirnya. Suara-suara itu seperti kicauan burung di hutan. Bebas. Sebebasnya. Seolah tak ada aturan dan hukum.
Padahal, seharusnya tampil seorang pemimpin yang bisa merangkul. Komunikasikan. Diskusikan. Dapatkan titik temu. Sampai FIFA memutuskan, langkah sederhana itu tidak ada. Kadang, sikap keras muncul hanya karena kekurangan informasi. Bukan karena hal lain.
Indonesia butuh sosok pemimpin yang bermental negarawan. Pemimpin yang lebih mengutamakan kepentingan bangsa jauh di atas kepentingan kelompok, agama, parpol, suku, ras, keluarga, dan dirinya sendiri.
Adakah pemimpin masa depan seperti itu? Entahlah. Sistem pendidikan kita juga masih belum mapan. Masih bongkar pasang. Selalu berganti. Padahal, para pemimpin masa depan, salah satunya lahir dari sistem pendidikan.
Akan tetapi, saya diajarkan untuk selalu optimistis. Indonesia masa depan pasti punya pemimpin yang didambakan. Bukan percaya pada ramalan tentang satrio piningit, tapi percaya bahwa kalau kita berproses dengan benar maka kita akan dapatkan sosok pemimpin itu. Saya pernah baca pendapat seorang tokoh tentang lahirnya pemimpin hebat setiap seratus tahun sekali. Semoga tetap berlaku.
Pada 1917, Indonesia memiliki pemimpin muda yang mulai menampakkan dirinya saat itu. Soekarno namanya. Dalam usia muda (17 tahun) dia sudah tampil mengobarkan semangat kebangsaan melalui berbagai aktivitasnya, terutama lewat tulisan. Perjuangan kemerdekaan berhasil mencapai puncaknya ketika Soekarno belum genap berusia 45 tahun.
Seharusnya, 100 tahun kemudian, kita dapatkan lagi pemimpin selevel Soekarno. Pemimpin yang pada masa perjuangan, lebih mengutamakan kepentingan bangsa dibanding kepentingan pribadi dan kelompoknya. Pemimpin yang benar benar-benar mengabdikan seluruh hidupnya untuk masyarakat.
Dalam konteks ini, saya berharap besar terhadap pemimpin-pemimpin muda yang akan ikut kontestasi pemilu 2024. Seharusnya, mereka punya mindset yang lebih baik dibandingkan para seniornya. Seharusnya, mereka masih lebih idealis dibanding pendahulunya. Seharusnya, mereka lebih matang dalam usia muda, dibanding era Soekarno.
Namanya juga harapan. Bisa menjadi kenyataan bisa juga tinggal harapan. Akan tetapi, jika harapan saya ini terwujud, yang beruntung bukan saya saja. Bukan hanya si pemimpin muda itu dan pendukungnya. Tetapi seluruh bangsa ini.
Yuk kita berdoa, semoga Indonesia masa depan dipimpin oleh sosok yang idealis, nasionalis (kebangsaan), punya kapasitas intelektual memadai yang dilengkapi oleh kapasitas spiritual dan emosional yang mumpuni. Dengan begitu, bisa memajukan bangsa ini sesuai cita-cita para pendiri.
Mari kita aminkan!