Dua Sasaran Utama yang Bisa Dimainkan Dalam Pertemuan G20
Pertemuan G20 di Bali, merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk melontarkan gagasan yang bermanfaat bagi masyarakat internasional. Selain itu juga meningkatkan branding Indonesia dalam segala hal.
Sebagaimana penyelenggaraan event itu yang harus dilakukan dengan perencanaan matang, begitu pula dengan apa yang dibahas. Indonesia harus menyiapkan ide atau usulan yang menguntungkan bagi bangsa Indonesia dan juga seluruh dunia.
Jadi, yang menjadi pusat perhatian bukan hanya mengenai masalah konflik yang melibatkan beberapa negara. Namun bagaimana Indonesia bermain cantik, berkiprah lebih banyak di tingkat internasional, baik dari sisi politik maupun ekonomi.
Bidang politik
Gonjang-ganjing di dunia disebabkan oleh permainan politik negara-negara adidaya. Contoh yang terjadi pada beberapa bulan lalu adalah konflik Rusia-Ukraina. Sedangkan yang masih berlangsung antara Taiwan dan China.
Maka ada dua hal yang bisa dijadikan celah untuk berkecimpung dalam perpolitikan dunia. Pertama adalah semakin aktif berperan serta mengupayakan perdamaian dunia. Apalagi Indonesia telah masuk dalam Dewan Keamanan PBB.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi adalah orang yang sangat piawai melakukan diplomasi. Retno Marsudi bisa memaksimalkan perannya pada gelaran G20 ini untuk menjembatani negara-negara yang sedang bertikai.
Kedua, melontarkan gagasan Pancasila sebagai ideologi dunia. Hal ini pernah dilakukan Presiden Soekarno di depan sidang PBB dengan pidatonya "To Build The World a New" (Membangun Dunia Baru).
Bung Karno mengatakan "Adalah jelas, semua masalah besar di dunia kita ini saling berkaitan. Kolonialisme berkaitan dengan keamanan; keamanan juga berkaitan dengan masalah perdamaian dan pelucutan senjata; sementara pelucutan senjata berkaitan pula dengan kemajuan perdamaian di negara-negara belum berkembang.
Pancasila mengandung pesan untuk menjaga perdamaian dan persatuan dengan menjunjung tinggi perikemanusiaan dan perikeadilan serta berpegang teguh pada iman kepada Tuhan yang Maha Esa. Jika cita-cita luhur Pancasila bisa diwujudkan, maka ada jalan untuk mencapai perdamaian dunia.
Sayangnya, ini mengandung risiko yang sangat berat karena pasti tidak disukai oleh negara-negara adidaya. Pidato Bung Karno tersebut yang menyebabkan dia lantas menjadi target untuk digulingkan. Butuh pemimpin yang berani agar gagasan ini bisa disampaikan.
Bidang ekonomi
Dunia terancam resesi, ini sudah menjadi peringatan dari sekjen PBB beberapa waktu lalu. Tahun depan diprediksi menjadi tahun yang gelap bagi seluruh negara.
Namun kita masih punya waktu untuk meminimalisir dampak resesi. Pertemuan G20 dapat dijadikan titik tolak untuk bersinergi antara beberapa negara yang saling membutuhkan. Terutama dalam penyediaan sumber daya alam.
Di sisi lain, Indonesia harus melepaskan ketergantungan terhadap impor bahan makanan. Konflik Rusia-Ukraina menyebabkan harga gandum melonjak tinggi. Maka jangan menjadikan gandum sebagai bahan utama. Sangat patut didengar usulan dari pemilik Indofood, yang merencanakan mengganti gandum dan terigu dengan sorgum.
Sebaliknya, kita bisa menawarkan produk-produk UMKM Indonesia yang sedang booming kepada negara-negara anggota dan peserta G20. Apalagi Indonesia telah dinobatkan sebagai negara paling indah di seluruh dunia. G20 menjadi ajang yang efektif untuk mempromosikan wisata Indonesia.