Perilaku Elit Politik Teladan Buruk bagi Anak Muda
Beberapa hari lalu, saya berbincang dengan saudara saya seorang anak SMA kelas 3. Ternyata, dia mengikuti perkembangan politik terakhir, khususnya terkait konflik yang melibatkan Partai Demokrat dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Saya iseng bertanya tentang pendapatnya.
“Kok gitu ya Om? Harusnya kan gak begitu. Sepertinya pak Moeldoko itu egois banget…” katanya. Lalu dia bercerita tentang isu ini yang juga sempat jadi pembicaraan di komunitasnya. Komunitas anak-anak muda tentunya…
Kaget juga saya menyimak pendapat anak SMA ini. Saya kira mereka cuek atas peristiwa politik yang sedang tren itu. Ternyata mereka mengikutinya dan memiliki pendapat sendiri. Saya pribadi sebagai orang waras, merasa aneh dengan perilaku Moeldoko. Dia seorang jenderal, dia seorang pejabat tinggi negara, salah satu pejabat utama di istana negara. Tapi perilakunya tidak mencerminkan semua predikat tersebut. Sulit menerima alasan apapun untuk membenarkan tindakan itu. Kalau menyimak pendapat para ahli mulai dari ahli politik sampai ahli hukum yang relatif netral, tak satu pun dari mereka mendukung tindakan Moeldoko.
Sekali lagi, ada suatu yang aneh. Kok bisa ya dia berani melakukan hal itu. Ada hitung-hitungan apa? Ada motif apa? Sulit ditebak. Kalau secara nalar sih bisa saja disebut Moeldoko bunuh diri politik, meminjam istilah dari salah seorang pengamat. Tapi masa iya sih dia mau mempertaruhkan reputasinya tanpa alasan lain yang lebih kuat? Tidak mungkin.
Yang pasti, apa yang terjadi saat ini, menambah panjang perilaku elit politik Indonesia yang tercela, buruk dan tidak layak diteladani. Bahkan anak SMA saja bisa memberikan penilaian yang saya anggap objektif.
Apa ya kata anak-anak atau cucu Moeldoko tentang perilaku ayah atau kakeknya itu? Mungkin saja salah satu anak atau cucunya sekarang masih duduk di bangku SMA…