Politik

Pemimpin Berkonsep vs Tong Kosong

Sabtu, 16 Juli 2022, 09:35 WIB
Dibaca 692
Pemimpin Berkonsep vs Tong Kosong
www.alembicstrategy.com

Dodi Mawardi

Penulis senior

 

Di negeri abra kadabra, banyak sekali pemimpin berjenis tong kosong.

Pernah dengar lirik lagu Slank berjudul Tong Kosong?

 “Tong kosong nyaring bunyinya,

Klentang-klentong kosong banyak bicara,

Oceh sana-sini nggak ada isi,

Otak udang ngomongnya sembarang.”

Nah, kira-kira seperti itulah pemimpin jenis tong kosong. Lirik lagu Slank itu bisa mewakili.

 

Pada masa kampanye, pemimpin tong kosong ini paling nyaring bunyinya. Janji sana janji sini. Manis semuanya. Kata-kata “untuk rakyat, demi rakyat” dan pembajakan kata “rakyat” lainnya paling sering dilontarkan. Rakyat menjadi objek mereka.

 

Bagaimana kejadiannya setelah mereka memimpin?

Tong kosong. Hanya bunyinya saja yang terdengar, tang tong ting teng kosong.

 

Kenapa bisa demikian ya?

Karena ternyata sebagian besar pemimpin jenis ini memang tidak punya konsep. Mereka hanya mengandalkan popularitas, mengandalkan jaringan sosial, dan lebih parah lagi mengandalkan kemampuan finansialnya untuk meraih posisi sebagai pemimpin. Padahal, dia tidak punya konsep sama sekali. Alhasil, ketika memimpin, bencana politik dan kemanusiaan terjadi.

 

Kita, sudah terlalu sering menyaksikan pemimpin jenis ini. Bebalnya kita, lagi dan lagi, terus dan terus memilih pemimpin jenis ini. Seolah tidak pernah mau belajar dari kesalahan dan pengalaman. Kita tidak jauh berbeda dengan keledai yang senang jatuh ke lubang yang sama berkali-kali. Dungu, meminjam istilah Rocky Gerung.

 

Menjelang tahun politik 2024 ini, sudah terlihat dengan jelas calon-calon pemimpin masa depan bangsa Indonesia yang berjenis tong kosong. Yang mereka tawarkan hanya hasil survei, dukungan partai politik, atau kekuatan finansial. Tidak ada satu pun yang menawarkan konsep.

 

Pemimpin yang punya konsep saja belum cukup. Apalagi pemimpin tong kosong. Pemimpin berkonsep terbagi lagi menjadi:

·         punya konsep matang dan bisa dijalankan

·         punya konsep matang tapi belum tentu bisa dijalankan

·         konsep belum matang dan belum tentu bisa dijalankan

 

Pemimpin berkonsep bisa menjabarkan secara detail rencananya selama memimpin. Dia tahu apa yang akan dan harus dilakukan. Dia paham memulai dari mana. Dia mengerti arah dan tujuan. Pemimpin berkonsep inilah yang sering kita sebut juga sebagai pemimpin visioner. Soekarno dan Soeharto dalam hal ini, termasuk pemimpin visioner yang punya konsep, dengan karakter yang berbeda. Mereka tahu mau dibawa ke mana negerinya ini.

 

Contoh lebih nyata ditunjukkan oleh Deng Xiao Ping di China. Dia punya visi jelas yang dijabarkan dalam konsep yang dapat dijalankan. Pria kelahiran 1904 itu dikenal sebagai peletak dasar pembangunan China yang kini menjadi kekuatan utama dunia. Sejak pertengahan tahun 1970-an, Deng menggantikan Mao Zedong memimpin China sekaligus memulai revolusi pembangunan di sana. Karena sudah punya konsep yang jelas, pembangunan China berjalan sangat baik. Salah satu program utama Deng adalah pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus di banyak tempat, sehingga berdampak kepada wilayah di sekitarnya. Sampai sekarang, meski Deng sudah meninggal dunia pada 1997, konsep pembangunannya masih dilanjutkan oleh para penerusnya.

 

Kita di negeri tercinta ini, masih menunggu hadirnya para pemimpin yang tampil bukan dengan tampangnya, bukan dengan keturunannya, bukan dengan kekuatan parpolnya, bukan dengan hasil surveinya, tapi dengan konsep yang matang. Konsep yang bisa dijalankan untuk mewujudkan Indonesia yang gemah ripah loh jinawi. Indonesia yang sesuai dengan sila ke-5 Pancasila.

 

Di berbagai daerah, sesungguhnya sudah muncul para pemimpin berkonsep. Pemimpin yang visioner. Pemimpin yang mampu menyulap daerahnya dari nothing to something dengan modal konsep yang jelas dan dapat dijalankan. Majalah Tempo berkali-kali menyematkan penghargaan kepada para pemimpin berkonsep itu.

 

Misal, Abdullah Azwar Anas yang sukses mengubah Banyuwangi dengan pemberdayaan masyarakat setempat dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam yang melimpah, khususnya dalam bidang pariwisata. Kini, Banyuwangi menjadi salah satu magnet pariwisata Indonesia dan bahkan dunia.

 

Sebut juga Hasto Wardoyo, bupati Kulon Progo yang sukses dengan konsep pembangunan “Bela Beli Kulon Progo.” Konsep yang jelas dalam mempromosikan sekaligus menjadikan produk lokal sebagai tuan rumah di negerinya sendiri. Program unggulan tersebut berhasil mendongkrak produk Kulon Progo dan diadopsi oleh daerah lain.

 

Atau Yansen Tipa Padan, bupati Malinau yang sukses memberdayakan masyarakat sampai tingkat RT dalam membangun melalui konsep pembangunan Revolusi Desa dan Revolusi dari RT. Masyarakat terbawah di level RT bukan lagi sekadar objek tapi jadi subjek pembangunan. Konsep ini terbukti berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

 

Pemimpin-pemimpin yang punya konsep seperti itulah yang kita harapkan lebih banyak muncul di negeri ini.

 

Bukan pemimpin tong kosong!

Tang tong ting teng kosong….