Politik

Ping Ding, Perempuan Kayan Berhati Lundayeh

Rabu, 3 Februari 2021, 12:54 WIB
Dibaca 1.438
Ping Ding, Perempuan Kayan Berhati Lundayeh
Ping Ding semua 100%.

Di Malinau, Kalimantan Utara. Dan pula ranah Kayan, dataran Tinggi Borneo. Nama perempuan, yang kini diamanhkan sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Malinau ini melegenda.

Jika biasanya,  Bu Ping yang mendampingi Yansen Tipa Padan (YTP). Maka kali ini, dalam pelantikannya sebagai Ketua Dewan (3 Februari 2021), sang suami yang mendampinginya. Pemandangan yang sungguh eksotik, sekaligus memesona.

Kata Yansen TP, membuka Sambutan pada syukuran petang hari ini, "Semuanya 100 persen. Jadi istri, jadi ibu bagi anak-anak, jadi ibu rumah tangga, dan kini jadi Ketua DPRD Malinau. Semuanya 100 persen."

Ping menggantikan Wempi Mawa, yang terpilih menjadi Bupati Malinau. Ibu Ping Ketua DPRD Kabupaten Malinau Jabatan melanjutkan kepemimpinan dewan Periode 2019-2024. Sudah tentu, ia kader muda dari Partai Demokrat yang mulai bersinar bersama bintang mercy.

Siapa saja yang melihatnya, kontan teringat legenda masa lalu.Tentang permaisuri raja. Yang hidup bahagia si singgasana kerajaan. Sang permaisuri dicinta, sekaligus mencintai rakyatnya.

Mungkin cukup berlebihan. Namun, gambaran seperti itu bisa sedikit melukiskan sosok "permaisuri", istri dari Bupati Malnau, Dr. Yansen TP, M.Si. ini.

Ping Ding dilahirkan pada 9 Maret 1970. Sekilas, wanita Kayan ini terkesan Lundayeh. Tak syak. Sebab mirip betul postur dan warna kulitnya dengan Dayak asal Dataran Tinggi Borneo itu.

Menikah dengan Yansen TP, jauh hari sebelum pria Lundayeh berpostur tinggi besar itu jadi pejabat daerah, Ping telah keluar dari dusunnya bersekolah. Jika sering mendengar, "Sukses suami karena ada istri di baliknya" maka itulah pepatah yang pas disematkan padanya.

Betapa tidak! Desa Wisata Pulau Sapi misalnya, yang mendapat penghargaan MURI sebagai desa Dayak dengan motif unik, rapi, dan paling banyak; taman-taman dan penataan kebersihannya tidak lepas dari arahan dan karyanya juga.

Ping Ketua Tim Penggerak PKK Kab. Malinau. Ke mana-mana, ia memberi motivasi kepada pengerajin anyaman rotan. Sampai pula di desa Long Sule dan Long Pipa kecamatan Kayan Hilir. Potensinya sangat besar. Diakui oleh pasar, sampai ke daerah-daerah lain di Indonesia.

Hal yang patut dipuji, Ping bersama tim PKK membuat pelatihan bagaimana memodifikasinya,melakukan kreasi baru; sebab sebelumnya berupa tikar dan anyaman. Kini bahkan diproduksi sepatu dari bahan rotan, selain tas tangan.

Ping dikenal luas. Ia banyak bisanya bukan sekadar menempel pada kiprah dan nama besar suami. Lulusan sekolah perawat kesehatan itu mulai berkarier dan terjun ke dunia politik secara mandiri. Ia masuk sebuah partai berlambang bintang segi tiga merah putih latar biru dan menjadi anggota dewan tingkat kabupaten

Pengrajin-pengrajin di kabupaten Malinau pun dibantunya. Dukungan dengan alat-alat sederhana, supaya kerajinan di tanah Lundayeh bisa berkembang. Bisa terjual dengan baik. Nilainya sudah diakui pasar. Ia menginginkan agar kerajinan ini diteruskan ke generasi berikutnya. "Kerajinan ini merupakan karunia yang diberikan Tuhan, tidak semua bisa sebagus ini. Ada motif-motif yang harus dipertahankan," paparnya.

Hasil kerajinan tangan dan anyaman rotan, bukan hanya bermuatan lokal. Kelasnya nasional, bahkan sudah sampai pula ke tangan Ibu Negara dan Presiden Joko Widodo. Kini orang bangga dengan apa pun kerajinan tangan, seni, dan budaya Dayak. Asalkan, dirancang dan dikemas betul dengan memerhatikan kegunaan, makna, dan segi artistiknya.

Yang juga mendapat simpati dan mengundang decak kagum apa yang menjadi souvenir tamu yang mengikuti pembukaan Irau Malinau, 15 Oktober 2018. Isi kantong tangan semuanya produk Malinau, mulai dari kopi, keripik, madu, batik, hingga kue kering. Tertulis dalam kemasan: PKK Kabupaten Malinau.

Pernah pada suatu waktu. Tergambar  sepasang sepatu di tangan Joko Widodo. Bu Ping tampak bangga melihatnya, disaksikan begitu banyak pasang mata. Tidak sembarang produk lokal ada di tangan Kepala Negara.

Suatu waktu, terbaca di laman Fb tulisan yang demikian ini. "Di Balik Kesuksesan Suami, Ada Isteri yang Hebat!"

Bisa jadi, nanti demikian: Di Balik Kesuksesan Isteri, Ada Suami yang Hebat!"

Apa yang menjadi gift, mencerminkan buah tangan PKK Malinau sebuah paradigma baru. Kesan umum adalah bahwa kuliner dan buah tangan orang Dayak sedap di rasa, tidak enak dipandang mata. Tapi kuliner, buah tangan serta kerajian Malinau, kombinasi antara keindahan kemasan, cita rasa, dan kegunaan.

Toh Ping dikenal luas, dan banyak bisanya bukan sekadar menempel pada kiprah dan nama besar suami. Lulusan sekolah perawat kesehatan itu mulai berkarier dan terjun ke dunia politik secara mandiri. Ia masuk sebuah partai berlambang bintang segi tiga merah putih latar biru dan menjadi anggota dewan tingkat kabupaten. Apa saja dikerjakannya sendiri. Termasuk membuat teks pidato dan aneka pernak pernik kunjungan kerja. Ia wanita mandiri, tapi sekaligus tahu menempatkan diri sebagai istri dan ibu rumah tangga.

Terbiasa berpikir, bertindak, dan bergaul tanpa sekat; membuat wawasan dan perilakunya terbuka untuk hal-hal baik dan berguna. Dalam rangkaian Irau Malinau 2018, di rumah dinas Bupati Malinau, Ping bersama sang suami menyelenggarakan pertemuan Kayan antar-bangsa. Semua warga Kayan yang ikut Irau dari provinsi di tanah Borneo dan luar negeri, berkumpul di sana. Disepakati membentuk persekutuan Dayak Kayan yang diberi nama: Pang Kayan Borneo.

Seperti diketahui, subsuku Kayan ada 23, tersebar di berbagai penjuru Borneo.Pang berarti: perkumpulan. Dayak Kayan, seperti dikemukakan Yansen, unik, berbeda dengan Dayak lain. Dayak lain, tidak ditemukan nama sungai persis nama subsukunya, tapi Kayan ada sungai Kayan. Selain itu, keunikan Kayan adalah tersebar di mana saja, di setiap provinsi, dan negara bagian Malaysia. Pang Kayan Borneo wadah kekeluargaan menyatukan seluruh warga Kayan, di mana berada, untuk saling tolong, berbela rasa, dan membangun semangat persatuan dan kesatuan keDAYAKan dalam bingkai bhineka tunggal ika.

Peran Ping, bersama suami, adalah merekatkan sekaligus menyatukan Kayan. Maka Yansen berkata, “Tak berlebihan, pertemuan malam ini (18/10-2018) kita sebut pertemuan Kayan Internasional.”

 Dan pada malam itu pula, tokoh-tokoh Kayan berunding, bulat air dalam buluh, mereka membentuk Pang Kayan Borneo. Sebagai wakil wanita Kayan, Ping malam itu dalam sambutannya menyatakan bangga dan menyebut ini tongak sejarah.

Bu Ping yang biasanya mendampingi Yansen Tipa Padan (YTP). Maka kali ini, dalam pelantikannya sebagai Ketua Dewan, sang suami yang mendampinginya. Pemandangan yang sungguh eksotik, sekaligus memesona.

Di mana berada, Dayak tetap Dayak. Berusaha memberi talenta dan apa yang bisa disumbangkan untuk anak bangsa. Itulah Ping Yansen, nama sosialitanya. Wanita Kayan satu di antara banyak motor penggerak paradigma baru industri kreatif Malinau.

Ke muka, kita akan merasa bedanya suasana di mana wanita memimpin.

***