Politik

Pemimpin Berkearifan Ekologi

Minggu, 23 April 2023, 21:19 WIB
Dibaca 397
Pemimpin Berkearifan Ekologi
Sumber: wawasanpendidikan.com

Ketika berbicara tentang sosok pemimpin masa depan (entah level apapun itu level RT-level Nasional), pemimpin yang seperti apa yang diinginkan? Sosok yang sempurna? Tentu tidak mungkin juga, karena manusia itu tidak ada yang sempurna.

Pada tulisan ini menurut hemat saya, sosok pemimpin masa depan dalam konteks pemimpin Indonesia (saat ini) yang ideal adalah pemimpin yang mampu menyelesaikan masalah tanpa masalah. Memiliki visi yang mampu menggerakan seluruh potensi. Dan tidak kalah penting membangun seturut kearifan ekologi. Mengapa seperti itu? Saya punya beberapa hal mendasar yang semestinya menjadi perhatian kedapannya.

Pertama Indonesia ini Negara yang diberkati Tuhan. Coba kita tengok potensi-potensi yang sudah diberikan yang bisa saja tidak dimiliki Negara lain. Siapa yang tidak tahu bahwa Indonesia memiliki Keanekaragaman Hayati megabiodiversity terlengkap setelah Brazil dan Madagaskar. Negara ini memiliki kekayaan konten baik logam maupun non logam yang melimpah. Negara ini memiliki laut nan luas plus kekayaannya. Memiliki kekayaan etnik nan unik. Memiliki tanah yang luas serta subur. Memiliki ratusan bahkan ribuan sungai. Negara ini memiliki 17.000 pulau yang memiliki potensinya masing-masing. mengajukan pada garis katulistiwa ucapan tropis, sehingga sangat mendukung usaha-usaha pertanian. Dan potensi lain yang tidak kalah penting yakni jumlah penduduk di Negara kita saat ini sangat besar. Berdasarkan sensus tahun 2022 berjumlah 270, 20 juta jiwa. Apa lagi yang kurang?? Semua potensi fisik alam itu sudah tersedia. Apabila dikelola dengan maksimal tentu menjadi kekuatan bagi negara ini lebih bermartabat dimata dunia.

Kedua sampai hari ini kita belum melihat bahwa potensi-potensi besar itu menjadikan bangsa ini bermartabat dimata dunia. Artinya kita masih bertumpu pada masalah pengelolaan yang tidak maksimal dan akhirnya memunculkan ketimpangan ekologi. Masalah ketimpangan ekologi itu muncul akibat ledakan jumlah penduduk dan sikap atau perilaku manusia. Lihat hutan kita semakin berkurang jumlahnya. Saksikan laut kita luas namun rakyat jarang makan ikan laut. Krisis air menjadi trending topic karena ribuan sungai kita sudah tidak berfungsi dengan baik hampir semua tercemar, tidak layak pakai dan konsumsi. Bencana banjir dan longsor selalu mengintai saat musim hujan. Maraknya alih fungsi lahan sebagai pertanda bahaya terjadinya krisis pangan. Anak bangsa yang multi etnik di bumi Nusantara itu sering berkonflik sehingga berpotensi memicu terjadinya disintegrasi bangsa. Masih banyak lagi masalah-masalah lain yang timbul akibat efek domino dari ketimpangan ekologi. Apabila dibiarkan berlarut-larut tentu akan menjadi masalah besar kedepannya.

Masalah akibat ketimpangan ekologi itu seolah-olah tidak ada yang mampu mengaturnya. Kita realistis saja dulu. Jangan mimpi menjadi Negara maju macam Korea selatan ataupun Singapura. Langkah utamanya pulihkan terlebih dahulu lingkungan hidup kita.

Ekosistem yang hancur akan menyebabkan berkurangnya kualitas hidup manusia dan makhluk lain. Begitu juga sebaliknya lingkungan hidup yang berkualitas akan meningkatkan kualitas manusia itu sendiri.

Itu kuncinya. Semuanya berkorelasi positif dengan kualitas lingkungan hidup. Dalam hal ini saya tidak mengagungkan paham determinis yang dikemukakan oleh Ratzel. Tapi begitulah faktanya. Kita bisa saja menggunakan paham posibilis dari Paul De La Blache itu tapi disesuaikan juga dengan kemampuan lingkungan. Ingat bahwa manusia memiliki akal pikiran, tahu membedakan yang baik dan yang buruk.

Kembali pada masalah pemimpin masa depan. Tentunya yang dinantikan adalah sosok pemimpin yang mampu mengenal potensi di Negaranya, mengaturnya dan menggerakan masyarakat untuk memanfaatkan seluruh potensi itu dengan benar dan berkearifan ekologi demi kehidupan di masa depan. Hardinsyah menulis bahwa salah satu ciri pemimpin yang prolingkungan hidup atau berkearifan ekologi adalah memiliki kecerdasan holistik dan kompetensi holistik. Artinya kepribadian pemimpin adalah cerdas, baik secara intelektual, sosial, emosional, natural dan spiritual secara seimbang. Sosok pemimpin berikutnya yang memiliki ketajaman strategi dan insting karena dengan strategi dan insting yang tajam visi dan misi dapat dicapai tanpa banyak pengorbanan dan korban (Hardinsyah 2011:462).

Berikutnya sosok pemimpin yang ditunggu adalah yang memiliki inovasi-inovasi dalam pengelolaan potensi-potensi yang dimiliki. Ajarkan anak bangsa ini untuk membangun tanpa merusak lingkungan. Lakukan terobosan model pembangunan seturut kebiasaan penduduk lokal. Jangan memaksakan kehendak dari diri sendiri. Saya setuju dengan konsep pembangunan Indonesia sentris itu. Pola pembangunan manusia di pulau Jawa tidak bisa disamaratakan dengan pola kebiasaan penduduk di Kalimantan, di papua atau pun pulau lain. Ingat karakteristiknya berbeda!

Kedepan kita merindukan lingkungan hidup di Negeri ini pulih kembali. Sungai kita mengalir jernih. Hutan kita kembali hijau. Laut kita memberi kemakmuran dan seluruh rakyat di negeri ini dapat hidup berdampingan dengan damai tanpa sekat. Itulah pekerjaan rumah pemimpin masa depan Indonesia…

#Ytprayeh#pemimpinmuda2024