Literasi

Catatan BRWC 2022 (4): Layanan Kemanusiaan MAF

Kamis, 24 November 2022, 09:35 WIB
Dibaca 779
Catatan BRWC 2022 (4): Layanan Kemanusiaan MAF
Mendarat di bandara perintis Samuel Tipa Padan, Binuang.

Para peserta BRWC terbang dari Malinau menuju Binuang dengan menumpang pesawat Quest Kodiak 100 milik Mission Aviation Fellowship (MAF) pada Jumat (28/10). Kegentaran naik pesawat kecil lenyap saat kami menyaksikan hamparan hijau hutan Krayan yang membentang sampai ke kaki langit, dibelah liukan sungai cokelat pekat. Kami turun di Bandara Samuel Tipa Padan yang landasan aspalnya baru berumur sebulan.

Dari bandara, rombongan diangkut dengan mobil menuju tepi sungai. Perjalanan berlanjut melewati jembatan gantung sepanjang 100 meter yang dapat dilintasi dengan berjalan kaki atau naik motor. Di ujung jembatan, sebuah Moroka (sejenis buldoser) sudah menunggu, siap membawa kami ke Batu Ruyud, 15 kilometer dari Binuang, melewati jalan tembus menuju Malinau yang tengah dalam proses pembangunan.

Dalam perjalanan singkat itulah kami mencicipi beratnya medan Krayan Tengah. Kami mesti naik kendaraan berat untuk melintasi jalan separuh jadi yang berliku naik-turun menembus hutan belantara. Beberapa kali penduduk melaju melewati Moroka dengan naik motor trail, sendiri atau berboncengan. Mobil biasa dapat melewatinya dengan lumayan lancar saat cuaca cerah dan kondisi jalan kering. Saat hujan turun, mobil bakal terancam terjebak lumpur tanah liat.

Dalam keterbatasan sarana transportasi ini, penduduk sangat menghargai dan merasakan manfaat kehadiran MAF yang melayani di Kalimantan sejak 1971. Dulu di setiap bandara perintis disiapkan radio amatir, sekarang komunikasi dapat dilakukan melalui jaringan telepon selular. Dengan armada Quest Kodiak 100 dan Cessna 185 Float, pesawat berbahan bakar minyak tanah dan berdaya tampung delapan penumpang, MAF menjadi andalan utama bagi warga yang hendak pergi ke daerah lain.

Kehadiran MAF utamanya untuk menjalankan misi kemanusiaan. Karena itu, mereka memprioritaskan pelayanan terhadap orang sakit, khususnya anak-anak. Bahkan, pejabat yang hendak naik pesawat pun akan disisihkan jika ada orang sakit yang memerlukan pengangkutan.

“Orang sakit yang memerlukan pengangkutan dengan pesawat MAF membawa dua surat rujukan,” kata Pdt. Jerry. “Rujukan pertama dari Pustu, bisa diarahkan ke Malinau, Nunukan, atau Tarakan. Mereka juga mendapatkan surat pengantar keringanan biaya dari gereja.”

“Tarif penerbangan MAF dari Binuang-Malinau pp, tiket reguler 700 ribu per orang. Kalau orang sakit atau hamba Tuhan, tarifnya 450 ribu. Kalau ada orang sakit dari keluarga tidak mampu dan pas ada penerbangan ke Binuang, MAF akan membawa orang sakit itu secara gratis,” kata Kalvin. “Tarif menjadi lebih mahal jika hari itu tidak ada jadwal ke Binuang, tetapi ada orang sakit yang perlu segera dijemput sehingga pilot harus mengalihkan rute penerbangan.”

Warga lain berurunan mengumpulkan biaya pengobatan bagi keluarga yang tidak mampu. Mereka juga bergotong-royong menjemput dan mengantarnya ke bandara. “Misalnya, ada orang sakit dari kampung di hulu mau dibawa pesawat. Warga akan menjemput ramai-ramai dengan tandu bambu. Kalau jalannya bagus, bisa pakai mobil,” kata Frand.

(Bersambung)