Tetralogi AHY
Beberapa menit lalu datang abang Gojek mengantarkan buku "Tetralogi AHY", buku pemberian salah seorang petinggi Demokrat yang cukup dekat dengan AHY, juga dikenal ayahandanya, Pak SBY. Ia tahu saya suka menulis persoalan politik mutakhir di Facebook ini, sehingga tidak ragu mengirimkannya sebagai referensi. "Siapa tahu bermanfaat," katanya.
Sebagai pecinta buku, bagi saya tidak ada buku yang buruk, kecuali buku yang belum diterbitkan, apalagi belum ditulis. Ini buku pemberian sekaligus empat jilid. Namanya Tetralogi, pastilah terdiri 4 buku.
Jujur, buku ini mengingatkan "Tetralogi Pak Beye" yang meledak satu dekade lalu di mana saya membidani buku yang ditulis Wisnu Nugroho itu sebagai "penjahit" sekaligus pengedit buku yang berasal dari blogging di Kompasiana.
Jika "Tetralogi Pak Beye" masing-masing saya beri judul "Pak Beye dan Istananya", "Pak Beyé dan Politiknya", "Pak Beyé dan Keluarganya" serta "Pak Beyé dan Kerabatnya", maka "Tetralogi AHY" masing-masing berjudul "TNI Hebat Negara Kuat" (vol. 1), "Mewujudkan Indonesia Emas 2045" (vol 2), "Merayakan Démokrasi Tanpa Polarisasi" (vol. 3) dan "Bersama Kita Kuat, Bersatu Kita Bangkit" (vol. 4). Sama dengan "Tetralogi Pak Beye" sebelumnya, "Tetralogi AHY" diterbitkan Penerbit Buku Kompas (PBK)
Hanya karena keingintahuan yang mendalam dan kecintaan saya menulis politik saya yang mendorong saya untuk membedah pemikiran AHY dalam bentuk tulisan opini yang termuat di berbagai media massa ternama, antara lain Harian Kompas (bahasa Indonesia) dan The Jakarta Post (bahasa Inggris).
Tidak secara kronologis saya membedahnya, tetapi cukup acak (random) saja disesuaikan perkembangan politik kekinian. Tentu bakal menjadi Serial AHY di samping serial POLETIKA yang kini sudah mencapai seri ke 108.
Tentu bakal ada juga serial Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Erick Thohir, Sandiaga Uno, Muhaimin Iskandar atau sesiapapun mereka yang disebut sebagai capres atau cawapres, dengan catatan orang-orang yang saya sebut barusan berinisiatif mengirimkan buku tentang mereka langsung kepada saya, sebagaimana AHY dengan tetraloginya ini.
Bahwa AHY lebih cepat dan tanggap, ya itu sebuah keberuntungan baginya karena saya lebih dahulu menulisnya.
***