Minat Baca Tulis Melonjak karena Medsos
Medsos membawa berkah... Itulah sudut pandang positif saya terhadap media baru yang amat powerful ini. Di tengah masih banyaknya orang yang menganggap medsos sebagai "bencana".
Fakta di bawah ini sering jadi acuan tentang rendahnya minat baca tulis orang Indonesia.
1. Data UNESCO yang sdh basi, karena tidak pernah diperbaharui oleh pengguna data itu. Minat baca orang Indonesia 1 per 1000 penduduk. Rendah sekali memang. Itu data lebih dari satu dekade lalu. Basi.
2. Data Literasi versi IPA, yang menyebutkan Indonesia nomor 60 dari 61 negara yang disurvei dalam hal berliterasi. Urutan bontot. Rendah sekali. Tapi itu juga data lama. Data baru jarang diungkit.
Kondisi sudah berubah, guys.
Lihatlah jumlah tweet di Twitter. Orang Indonesia tidak pernah keluar dari 5 besar paling rajin "nulis" (nge-tweet) sekaligus paling rajin baca tweet. Sampai sekarang.
Tengok pula Facebook. Orang Indonesia selalu masuk dalam 4 besar paling rajin main Facebook. Atau IG. Kita rajin sekali. Posting (nulis, video, atau moto) dan lihat (baca dan nonton).
Ketahui pula fakta tentang media warga sepert Kompasiana, Pepnews, YTPrayeh, dan media warga lainnya. Ramai penulis dan pembaca. Kompasiana paling besar dengan anggota lebih dari 1 juta orang.
Belum lagi fenomena media online seperti Kumparan, Tirto, Idtimes, dll. Mereka "hidup" dari semangat bermedsos orang Indonesia. Pemilik modal pun berani berinvestasi di sana.
Apalagi menjelang pemilu (Pilpres, Pileg, atau Pilkada), waaah media sosial dan online berpesta pora. Siapa pelaku utama dari pesta itu? Orang Indonesia yang katanya malas baca dan tulis.
Nyatanya tidak!
Begitu mereka mendapatkan media yang tepat, cara yang pas, sajian yang menyenangkan, ternyata minat baca tulis orang Indonesia amat tinggi. Sangat amat tinggi bahkan. Buktinya, selalu masuk jajaran tertinggi di dunia. Tidak kalah dibanding negara yang juga punya penduduk banyak seperti China, India, atau Amerika Serikat. Literasi bukan hanya baca buku cetak.
Bagi para penggiat literasi baik yang memang tugas negara maupun karena panggilan hidup, fakta-fakta itu sudah seharusnya menjadi berkah dan pelajaran. Tidak mudah lho membuat orang bersemangat baca dan tulis.
Eh... Medsos seperti membalik telapak tangan. Mudah sekali. Seharusnya kita mencari tahu penyebab mudahnya medsos mengubah gaya hidup itu.
Ya itu tadi. Menyenangkan. Membahagiakan. Menarik. Sesuai keinginan (dan kebutuhan). Menghibur. Nah... Tinggal dibubuhi deh dengan muatan yang penuh manfaat. Khususnya manfaat buat generasi Z dan seterusnya. Mereka berhak menjadi generasi penuh minat baca tulis plus bermanfaat bagi semesta alam.
Saya manfaatkan semangat bermedsos warga +62 itu dengan menyertakan kebaikan di dalamnya. Termasuk jualan buku digital, eh... Tetap promosi.