Napak Tilas [2] Di Ba’ Binuang, Empat Hari Belajar Bersama Penulis Profesional
Pernakah kamu sedang berlibur ke suatu tempat yang berkesan? Atau pernah gak kamu terbayang-bayang tempat liburan yang amat berarti bagi perjalananmu? Dan ketemu idolamu di sana?
Ya, biasanya hal yang berkesan atau berarti pasti selalu terekam indah dalam ingatan kita. Saat duduk santai nyeruput kopi misalnya, tiba-tiba ingatan kita membawa pengalaman-pengalaman berkesan itu. Seringkali senyum-senyum merekah di wajah kita, mengingat pengalaman liburan yang sangat berkesan itu, meskipun waktu itu sudah terjadi beberapa bulan yang lalu atau tahun yang lalu. Selalu indah dan berharga dalam bingkai kenangan.
Saat menulis ini, saya berada di Ba'Binuang, Batu Ruyud Fe'Milau, Krayan Tengah, Kabupaten Nunukan, Rabu (16/12/20). Selama empat hari tinggal di Pondok Biru Batu Ruyud, pepohonan rimbun nan hijau dan indah sejauh mata memandang tumbuh di lereng-lereng penggunungan sekitar Fe'Milau. Deru air Fe'Milau bergemuruh mengalir merdu.
Kali ini saya, berkesempatan bersama mentor-mentor menulis profesional. Figur yang saya anggap sebagai mentor terbaik untuk menimba ilmu serta pengalaman berharga dari mereka. Mereka adalah Kakek Dr. Yansen TP.M.Si, Bapak R. Masri Sareb Putra, MA, Bapak Pepih Nugraha, Bapak Dodi Mawardi, dan Bapak Saptono Raharjo. Secara pribadi, saya beruntung dan bersukur bisa langsung belajar dengan tokoh-tokoh literasi dan punya kepedulian yang besar pada ilmu pengetahuan, yang tentu karya-karya mereka tak lengkang oleh waktu dan dimensi. Bagi kita, tak di atas dengan nama-nama mereka. Ini sekilas tentang siapa mereka ini.
Pertama, Dr. Yansen TP.M.Si, sebagai seorang politisi, pemimpin terpilih sebagai wakil gubernur Kaltara, ia juga dikenal sebagai inspirator literasi yang aktif. Penulis buku Revolusi dari Desa, Revolusi RT, Kaltara Rumah Kita dan karya-karya lainnya. Ia juga birokrat, politisi dan Ketua Umum Persekutuan Dayak Lundayeh. Ia lahir di Pa'Upan, Krayan, Kalimantan Utara.
Saya, kalau berdiskusi dengan inspirator ini, bisa menghabiskan waktu berjam-jam. Petuah-petuah serta nasihat yang disampaikan amat berkualitas. Figur yang saya kenal selalu memberikan motivasi, memberi, serta semangat ungkit. Supaya menjadi anak muda yang memiliki daya juang tinggi. Saya selalu mendengar tiap-tiap kata yang diucapkan Yansen TP. Karena bagi saya, tiap-tiap ucapan kakek Yansen TP selalu berbobot.
Hebat dalam tindakan, kelakuan, serta ucapan yang membangun banyak orang. Berkualitas dalam menjaga sesuatu yang berguna bagi orang.-YTP
Artinya, tidak hanya cakap memperkatakan namun lebih dari itu harus cakap dalam tindakan mewujudkannya bagi banyak orang. Banyak orang yang hanya pandai berkata-kata tapi tunggu dulu, apakah ia mampu mewujudkan apa yang dikatakan? Tapi, lain halnya dengan kakek Yansen TP, ia selalu tegas, mampu dan seperti apa yang dikatakan. Bukan karena siapa dia, tapi apa yang dilakukan secara nyata.
Kedua, Masri Sareb Putra, figur yang satu ini tak kalah berbisanya. Ke mana pun ia pergi, semangat literasi ditularkan ke siapa saja. Tanah kelahiran di Jangkang Banua, sebuah kecamatan di wilayah perbatasan Kab. Sanggau-Sarawak, Malaysia. Katanya, ia aktif menulis sejak 1984. Ia, penulis profesional yang sudah menerbitkan 109 judul buku dan pasti akan terus bertambah. Saya, belajar banyak dari sosok ini. Kalau bertemu, ia selalu memberikan gaya filsuf, santai tapi memikat. Selain produktif menulis, riset peradaban dayak dan pengajar, ia juga pekebun yang handal, suka bernyanyi, dan hobi badminton.
Dalam menulis, “Menulislah seperti Anda Berbicara.” Ucapnya.
Ketiga, Pepih Nugraha, figur inspiratif yang lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat. Ia tokoh yang saya kenal dari buku yang ia tulis berjudul, MENULIS SOSOK, Secara Inspiratif, Menarik, Unik (2013). Namanya juga tak asing di kalangan penulis di Kompasiana bahkan media-media lainya. Kompasiana salah satu warga media dengan format blog dengan konten yang beragam. Ia, dikenal sebagai mantan jurnalis profesioanal Harian Kompas. Personal brandingnya tak lepas dari pendiri dan membangun blog sosial Kompasiana. Beberapa tulisan saya, yang pernah saya tulis awal saya kuliah 2013 sembari belajar menulis di blog tersebut, masih ada terpajang di sana. Kesempatan berharga di Ba'Binuang, di Pondok Biru Batu Ruyud, saya bertemu dengan sosok yang selama ini hanya membaca karya-karyanya dan tulisan di media yang berani. Berbeda memang kalau bertemu langsung. Keren!
Keempat, Dodi Mawardi, ia sebagai asesor komptensi. Di bawah naungan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) sekaligus sebagai penulis best seller buku dengan judul, “Belajar Goblok dari Bob Sadino” dan beliau menulis buku-buku lainnya. Ia dikenal juga sebagai seorang penulis profesional yang sudah menghasilkan lebih dari 70 judul buku.
Dia juga pengajar atau pelatih sejak tahun 2009 dan berkeliling ke lebih dari 25 kota, dengan peserta lebih dari 1.000 orang. Bukunya dengan judul “Belajar Goblok dari Bob Sadino” cetakan pertama buku ini saya antusias membacanya, sebelum bertemu langsung dengan orangnya secara empat mata, berdiskusi. Ini kali kedua saya bertemu dengan beliau, pertama kali pelatihan dan lomba menulis di Bang Abak, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Kemudian pertemuan yang kedua, di Ba 'Binuang, Kabupaten Nunukan. Dan saat kami di Batu Ruyud Fe'Milau, beliau memberikan saya buku. Saya selalu mengharapkan pertemuan-pertemuan istimewa lainnya.
Kelima, Saptono Raharjo. Ia adalah editor senior. Bekerja di salah satu publikasi besar. Beliau memiliki kiat produktif, yaitu 3M: Menulis, Membaca, Mendengarkan Musik menjadi kesukaanya. Selama liburan produktif di Pondok Biru Batu Ruyud, beliau sangat serius menyelesaikan tulisan yang sedang ia garap. Beliau memberi kaos kepada saya, yang bertuliskan, “Kaltara Rumah Kita”. Tentu saya sangat senang atas mempersembahkan itu. Saat di Ba 'Binuang, Krayan Tengah kami berdiskusi tentang banyak hal, beliau memberikan motivasi dan bekerja kepada saya untuk tetap bersemangat menyelesaikan pendidikan. Ini kedua kali saya bertemu dengan beliau, awal perjumpaan pada saat peluncuran buku, “Hidup Bersama Allah jadi Produktif” sekaligus pelatihan dan lomba yang ditulis di Bang Abak, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.
Semangat para figur pegiat literasi di atas dalam mewujudkan bangsa yang harus melek literasi. Terbukti dengan hadirnya media daring atau online YTPRayeh.com.
Tepat Selasa, (12/1/21) Peradaban YTPRayeh.com dan diskusi virtual dengan topik “Literasi Membangun Peradaban Baru Indonesia”. Saya, ikut berbangga atas gagasan kecil di batu Ruyud Fe'Milau waktu itu, gagasan itu telah mulai menjejak berdampak besar bagi sebuah peradaban. Tempat bagi warga Kaltara mengekspresikan diri lewat tulisan. Liburan tidak hanya sekadar pulang kampung saja! Setuju? ...
Akhirnya, ini hanya tulisan pendek saya. Yang menggambarkan keseriusan. Semangat literasi. Dan warna indah, damai yang dipersembahkan bagi ibu pertiwi. Tergambar, sangat jelas terpatri dalam dedikasi, kepedulian, dan semangat berkualitas yang mereka gaungkan untuk menggerakkan orang banyak.
Terutama kawula muda perbatasan untuk melek literasi yang tergambar dalam perinsip Dr. Yansen TP, M.Si. “Tahu, Lakukan, Jadikan” akan menjadikan hidup ikon serta kesan, gambaran manusia BERKUALITAS.
Nah, Ayooo… mulailah dari dirimu! Buiii… Buiiii… Buuuiiiii…
Ba'Binuang, 16 Desember 2020
Salam, Lio Bijumes
***
Tulisan sebelumnya: Napak Tilas [1] Pengalaman Liburan di Krayan