Nothing Is Impossible
Dalam menulis fiksi, saya selalu memegang prinsip "nothing is impossible", tidak ada yang tidak mungkin. Semua mungkin. Perkara pembaca setuju atau tidak, itu soal lain.
Kadang dalam pelatihan menulis kreatif saya sering memprovokasi peserta, "Mainkan imajinasi liarmu, Bro!"
Anugerah terbesar yang diberikan Allah, Sang Maha Pencipta, adalah akal, pikiran, dan imajinasi.
Dalam keseharian kita sangat sering menggunakan akal, tetapi jarang menggunakan imajinasi, padahal itu kekayaan yang kita punya juga. Kita maunya hal-hal praktis yang tidak mau tahu proses, padahal sebelum proses terjadi ia memerlukan imajinasi.
Imajinasi mendahului pengetahuan, itu keyakinan saya. Orang harus berimajinasi bagaimana caranya agar bisa sampai ke Bulan sebelum orang benar-benar sampai di Bulan.
Elon Musk harus berimajinasi bagaimana cara mengantarkan orang tamasya secara massal ke ruang hampa di angkasa sebelum benar-benar menjadikan Space-X yang roket pendorongnya bisa dipakai berulang-ulang.
Apa keuntungan berimajinasi?
Anda tidak perlu pembuktian, tidak perlu repot-repot juga membuktikannya. Berbeda dengan pengetahuan, sekali Anda berteori, maka Anda harus bisa membuktikan kebenaran teori itu.
Maka, marilah kita gunakan imajinasi kita beriringan dengan pengetahuan kita, ibarat langkah kaki yang saling bergantian, harmoni menuju satu titik tujuan.
Imajinasi itu tak berbatas langit, sedang pengetahuan sebatas langit.
***