Naskah-naskah yang Belum Menjadi Buku
Saya hanya ingin sharing. Berbagi. Terutama kepada sesama rekan dosen. Yang sehari-hari sibuk. Berkutat dengan pengajaran (saja). Padahal masih ada dua darma lain, yang tidak kalah penting, yakni: pengabdian pada masyarakat dan penelitian hingga publikasi hasil penelitian.
Pasalnya, banyak orang --termasuk dosen-- cukup salah-duga. Disangka mengajar itu berbeda dengan menulis. Padahal, sama saja!
Di mana letak persamaannya? Dari editor buku kami ini, Masri Sareb Putra, M.A., saya menjadi tahu bahwa: Menulislah seperti Anda berbicara!
Mulanya, saya tidak tahu. Namun, setelah bergaul dan mengenal para penulis, saya menjadi tahu.Ditanyakan: Ibu mengajar berapa mata kuliah? Saya jawab sekian. Ditanya lagi: Ibu kan S-3. Pasti ada skripsi, tesis, dan disertasi. Adakah itu? Saya jawab: ada! Lalu: Ibu kan meneliti? Saya jawab: Ya! Ada sekian!
Berarti: sudah belasan naskah ibu. Hanya belum "menjadi buku."
Benar juga! Tidak pernah terlintas seperti itu. Itulah kebenaran kata orang: Kita menjadi seperti dengan siapa kita bergaul. Saya bergaul dengan para penulis top. Saya --yakin aja-- akan menjadi seperti mereka.
Maka jadilah buku ini. Idenya, demikian sederhana.
Baca Juga: Rahasia Bupati Malinau Produktif Menulis Buku
Setiap lulusan suatu jenjang pendidikan, terutama pendidikan tinggi, berakhlak mulia, bertanggung jawab serta berguna bagi sesama manusia, nusa dan bangsa. Demikian seperti tiamanatkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 20, ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan: Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Si peneliti bertanggung jawab dan tunduk pada kaidah ilmu dan nilai-nilai, sehingga hasil penelitian memberi manfaat bagi masyarakat.
Setiap ilmu mempunyai kekhasan masing-masing, sehingga metode penelitiannya berbeda satu sama lain, sesuai dengan sifat dari ilmu itu sendiri. Ilmu-ilmu sosial dan eksakta misalnya, tentu saja jenis dan sifat penelitiannya berbeda. Lazimnya, penelitian ilmu-ilmu eksakta menggunakan jenis penelitian kuantitatif, sedangkan ilmu-ilmu sosial menggunakan jenis penelitian kualitatif.
Pengamatan sekilas menunjukkan bahwa mata kuliah Metode Penelitian selama ini lebih banyak disampaikan aspek kognitif (nalar) dan bagaimana jalan melakukan penelitian, sementara aspek afektinya kurang, bahkan tidak tersentuh sama sekali.
Padahal, sikap ilmiah ini sangat penting, sehingga ketika mahasiswa terjun ke masyarakat tetap dibawa dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai habitus.
Inilah hal yang “baru” dalam buku ini, bertujuan menggabungkan aspek pengetahuan dan sikap ilmiah sekaligus melalui mata kuliah Metode Penelitian Sosial. Kita tidak menginginkan mahasiswa yang hanya pintar, tetapi tidak bertanggung jawab. Oleh sebab itu, materi buku pada Bab 1 dan Bab 2 membahas prinsip dasar penelitian dan etika penelitian. Sebelum memahami dan dapat meniti jalan penelitian, seorang mahasiswa wajib dibekali dengan prinsip dasar, kaidah-kaidah serta etika dalam penelitian.
Saya mengajak kawan dosen yang mengampu mata kuliah Metode Penelitian Sosial, inilah buku yang sudah diolah dari materi kuliah dan telah diajarkan kepada mahasiswa selama bertahun-tahun. Memandu mahasiswa, dan siapa pun juga, di dalam memahami sekaligus dapat melakukan penelitian sosial. Membahas prinsip dasar penelitian, etika penelitian, membuat pertanyaan penelitian dan merumuskan masalah penelitian, teknik melakukan tinjauan pustaka, cara mengutip, menghindari plagiat, jenis-jenis penelitian, hingga contoh artikel ilmiah sebagaimana dimuat dalam Lampiran.
Baca Juga: Buku Biografi Orang yang Berultah sebagai Hadiah yang Mengesankan
Pengetahuan konversi ini penting, mengingat kini di perguruan tinggi tertentu, setiap mahasiswa wajib memuat terlebih dahulu publikasi hasil penelitian sebagai salah satu syarat kelulusan. Mahasiswa dapat “belajar dari contoh” bagaimana mengkonversikan hasil penelitian menjadi artikel ilmiah melalui Lampiran, mengingat hilir dari setiap penelitian adalah publikasi hasil penelitian agar berguna bagi masyarakat.
Sesederhana itu proses kreatif kami melahirkan buku ini. Dipakai bukan hanya di Kalimantan Tengah, melainkan juga di Jakarta.
Bayangkan! Dari daerah menembus Jakarta! Hal ini membuktikan bahwa kualitas suatu produk tidak pertama-tama ditentukan tempat. Melainkan ide, gagasan besar, bisa muncul dari mana saja. Lalu dikemas dan "dijual" --dalam arti positif melalui jaringan global.
Saya yakin, siapa pun bisa melakukan apa yang kami lakukan.
***
Penulis dosen di berbagai perguruan tinggi di kota Palangka Raya, asal Dayak Uud Danum dari Sintang. Wakil Rektor I Universitas Kristen Palangka Raya.