Informasi HIV/AIDS yang Menyesatkan
Dalam berita “Penyebab HIV AIDS, Gejala, Pengobatan dan Cara Mencegahnya yang Perlu Diketahui”, hot.liputan6.com, 20/2-2021, disebtukan “ …. virus (HIV-pen.) dapat ditularkan melalui transfusi darah. Ini bisa disebakan oleh penggunaan alat transfusi darah berulang atau tidak steril.”
Informasi ini jelas dan terang-benderang merupakan misleading alias menyesatkan juga jadi kontra produktif untuk mendorong warga mendonorkan darah. Pengetahuan wartawan yang menulis berita ini dan redaktur yang mengoreksi ada di titik nadir.
Virus (HIV) bisa ada di dalam darah yang didonorkan (darah donor) tidak diskrining, tapi sejak ada epidemi HIV/AIDS semua fasilitas terkait dengan donor darah dan transfuse menjalankan skrining terkati HIV dan penyakit-penyakit menular lain yang ditularkan melalui darah, seperti virus hepatitis B, dll.
Di Indonesia penyedia darah untuk transfusi yaitu PMI diwajibkan melakukan skrining terhadap darah donor dengan sifat unlinked anonymous yaitu yang diskrining hanya darah yang disumbangkan donor tanpa menghubungkannya dengan identitas yang mendonorkan darah.
1. Dua Jenis PSK
Maka, risiko penularan HIV melalui transfusi bisa terjadi jika darah donor yang akan ditransfusikan tidak diskrining HIV. Memang, ada celah HIV bisa lolos jika donor menyumbangkan darah pada masa jendela karena tes HIV bisa saja negatif palsu (HIV sudah ada di darah tapi tes tidak reaktif) atau positif palsu (HIV tidak ada di daerah tapi tes reaktif).
Maka, pernyataan “ …. virus (HIV-pen.) dapat ditularkan melalui transfusi darah. Ini bisa disebakan oleh penggunaan alat transfusi darah berulang atau tidak steril” menyesatkan dan merugikan PMI.
Di bagian lain berita terkait dengan pencegahan HIV/AIDS disebutkan ‘Hindari perilaku seksual yang berisiko’. Ini benar adanya, tapi penjelasan tentang ‘perilaku seksual yang berisiko’ ngawur.
Dalam berita disebutkan ‘Seks anal adalah aktivitas seks yang memiliki risiko tertinggi dalam penularan HIV’. Ini tidak akurat, karena:
Pertama, perilaku seksual berisiko tinggi tidak hanya seks anal, tapi juga seks vaginal dan oral yaitu jika dilakukan, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan seseorang yang sering gangi-ganti pasangan, seperti pekerja seks komerisal (PSK) langsung dan tidak langsung.
PSK sendiri dikenal ada dua tipe, yaitu:
(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.
(2), PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, PSK online, dll.
2. Risiko Penularan Melalui Jarum Suntik
Kedua, risiko penularan HIV melalui hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, terjadi jika salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom setiap melakukan hubungan seksual.
Maka, kalau satu pasangan heterosekual (seks vaginal, seks anal dan oral) dan homoseksual (seks anal dan seks oral) dua-duanya HIV-negatif, maka sampai kiamat pun tidak akan pernah terjadi penularan HIV dengan catatan tidak ada yang mempunyai pasangan seks lain.
Ada juga informasi tentang jarum suntik yang dikaitka dengan penularan HIV/AIDS, yaitu: Berbagi peralatan obat intravena (jarum dan jarum suntik) yang terkontaminasi membuat seseorang berisiko tinggi terhadap HIV dan penyakit menular lainnya, seperti hepatitis.
Sekarang peralatan medis yang bisa jadi media penularan penyakit hanya sekali pakai (disposable), seperti jaru suntik dan pemompanya. Maka, informasi yang disampaikan lagi-lagi tidak akurat.
Risiko penularan HIV melalui jarum suntik terutama terjadi di kalangan penyalahguna narkoba dengan jarum suntik yang dipakai bersama-sama dengan bergantian secara bergiliran. Jika salah seorang dari beberapa orang yang menyalahgunakan narkoba secara bersama-sama, maka darah yang mengandung HIV akan terdorong ke jurum dan tabung suntik. Ketika jarum dipakai yang lain maka ada risiko tertular HIV melalui darah yang ada di jarum dan tabung suntik.
Di bagian lain juga ada tentang gejala-gejala terkait HIV/AIDS. Ada fakta medis yang tidak dimunculkan yaitu gejala-gejala tersebut hanya bisa dikaitkan dengan HIV/AIDS jika yang menunjukkan gejala itu pernah atau sering melakukan perilaku berisiko, al. hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang sering ganti-ganti pasangan, seperti PSK langsung dan PSK tidak langsung.
Jika seseorang menunjukkan gejala yang bisa dikaitkan dengan infeksi HIV, tapi tidak pernah melakukan perilaku berisiko, maka gejala-gejala yang munul sama sekali tidak terkait dengan infeksi HIV/AIDS.
Informasi yang disampaikan hot.liputan6.com jelas menyesatkan.
***