Literasi

Literasi Krayan, Jembatan Menuju Pematangan Berpikir Warga

Selasa, 24 Juni 2025, 10:08 WIB
Dibaca 17
Literasi Krayan, Jembatan Menuju Pematangan Berpikir Warga
Halaman Terpopuler YTPRayeh (Foto: Pepih Nugraha)

Pepih Nugraha

Penulis senior

Laksana ponsel dengan kuota, Kalimantan Utara tidak dapat dipisahkan dengan Krayan. Berdiri sebagai permata tersembunyi, tanah yang subur ini kaya akan budaya Dayak, hutan purba, pertanian organik dan semangat komunitas para warganya. Dengan penetrasi Starlink atau provider Internet yang merambah Krayan, lambat laut keterbatasan akses informasi bukan menjadi penghambat lagi. Segala informasi dapat mereka serap, sebaliknya aspirasi, pendapat dan harapan mereka dapat tersampaikan dengan cara berliterasi, baik literal maupun verbal.

Akan tetapi, keseimbangan antara "menyerap" informasi dan "menyampaikan" gagasan belum menemukan titik matang. masih jomplang. Warga Krayan lebih banyak menyerap informasi dibanding menyampaikan gagasan dan harapannya melalui media sosial.

Akan tetapi anggapan ini bisa keliru, sebab dari belasan tulisan saya berupa laporan atau catatan perjalanan selama 10 hari di Krayan, lima slot tulisan terpupuler di YTPrayeh.com - website literasi Dayak yang dibangun dan dimiliki keluarha Yansen TP- semua disapu bersih oleh tulisan-tulisan saya. Bukan sombong. 

Apa yang dapat disimpulkan dari fenomena dan pola sederhana ini? Literasi, khususnya melalui platform digital seperti YTPrayeh.com dan media sosial lainnya, menjadi kunci untuk membuka potensi warga Krayan, mempercepat transformasi sosial, dan memperkuat identitas mereka dalam perjuangan menuju otonomi. Memang masih dalam taraf "menyerap", akan tetapi keingintahuan warga Krayan tentang daerahnya sendiri dengan segenap potensil luar biasa di dalamnya, merupakan titik terang dalam lorong gelap literasi.

Literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga alat untuk mengasah pemikiran kritis, memahami identitas budaya, dan merumuskan visi masa depan. Di Krayan, platform YTPrayeh.com harapannya menjadi mercusuar literasi, menghadirkan kisah-kisah lokal yang menggugah.

Artikel tentang petani vanila seperti Jen Alang, yang mempraktikkan pertanian organik dengan penuh hormat pada alam, tak hanya menginspirasi, tetapi juga mengajarkan warga pentingnya melestarikan warisan leluhur. “Tanah ini adalah rumah kami,” ujar Jen, yang dengan antusias membagikan tautan artikel tentangnya melalui WhatsApp ke komunitasnya. Bagi Jen, literasi digital ini memperkuat rasa percaya diri dan membuka wawasan tentang bagaimana cerita mereka bisa didengar dunia.

Seniman Ellyas Yesaya, yang karyanya merangkum jiwa Dayak, juga memanfaatkan literasi digital untuk menyebarkan pesan budaya. Ketika tulisan tentang seni dan budaya Krayan dipublikasikan di YTPrayeh.com, ia membagikan tautannya melalui media sosial, menjangkau tidak hanya warga Krayan, tetapi juga publik di luar wilayah. “Seni adalah bahasa kami,” katanya. Melalui literasi, Ellyas melihat peluang untuk memperkuat identitas Dayak, yang menjadi fondasi penting dalam perjuangan Krayan menuju daerah otonomi baru (DOB).

Literasi melalui YTPrayeh.com telah menjadi “media komunitas” yang menjembatani keterbatasan geografis. Setiap artikel yang dibaca dan dibagikan memperluas wawasan warga, mendorong mereka untuk berpikir kritis tentang tantangan dan peluang, serta mempersiapkan mentalitas yang matang untuk mengelola otonomi. Dengan literasi, warga Krayan tidak lagi hanya menjadi objek cerita, tetapi subjek yang aktif membentuk narasi masa depan mereka.

Literasi, khususnya melalui media sosial, memiliki peran krusial bagi komunitas pedalaman seperti Krayan. Literasi digital memberdayakan warga pedalaman untuk mengartikulasikan aspirasi mereka.

Media sosial memungkinkan mereka berbagi cerita lokal secara langsung, yang mempercepat pembentukan identitas kolektif yang kuat—prasyarat untuk DOB. Platform seperti YTPrayeh.com dan media sosial seperti WhatsApp, Tiktok, Youtube atau Instagram dapat menjadi alat efektif untuk menyebarkan pengetahuan, mulai dari praktik pertanian berkelanjutan hingga advokasi budaya.

Literasi digital juga dapat mempercepat pematangan berpikir. Ketika warga pedalaman terpapar informasi yang relevan melalui media sosial, mereka belajar menganalisis isu-isu lokal dalam konteks yang lebih luas. Ini penting untuk membangun kapasitas masyarakat dalam mengelola pemerintahan otonom. Media sosial dan juga "media komunitas" seperti YTPrayeh.com memungkinkan warga Krayan untuk terhubung dengan komunitas lain, memperkaya perspektif mereka tentang pembangunan dan otonomi.

Cita-cita Krayan menjadi DOB tidak hanya tentang pemisahan administratif, tetapi juga tentang kesiapan warga untuk mengelola sumber daya dan identitas mereka secara mandiri. Literasi menjadi fondasi untuk mencapai tujuan ini. Melalui YTPrayeh.com, warga Krayan sejatinya bisa belajar tentang pentingnya pertanian organik, pelestarian seni, dan kebanggaan budaya—semua elemen yang memperkuat kohesi sosial dan kapasitas komunitas. Media sosial mempercepat penyebaran ide-ide ini, memungkinkan warga untuk berdiskusi, berkolaborasi, dan membangun visi bersama.

Ketika saya meninggalkan Krayan, saya membawa keyakinan bahwa literasi adalah jembatan menuju masa depan yang lebih cerah. Kisah Jen Alang, Ellyas Yesaya, dan warga lainnya seperti suami istri Kurus dan Vera, chef Yohannes di YTPrayeh.com bukan sekadar cerita, mereka adalah benih perubahan.

Dengan literasi yang terus menyebar melalui media digital, Krayan tidak hanya akan dikenal, tetapi juga dihargai sebagai komunitas yang matang, siap meraih cita-cita sebagai wilayah otonom, dan terus menyuarakan identitasnya kepada dunia. 

Di sini peran "media komunitas" seperti YTPrayeh.com tidak dapat dipandang sebelah mata.

***