Literasi

Jadikan Kelas Maya seperti Kelas Nyata

Selasa, 30 Maret 2021, 22:14 WIB
Dibaca 735
Jadikan Kelas Maya seperti Kelas Nyata
Kelas Maya di Google Classroom

Wabah covid-19 telah menyapa negara kita, Negara Republik Indonesia. Sejak awal tahun 2020 hingga kini telah setahun negara kita didera wabah covid-19, rasanya tidak berkesudahan.

 

Namun, tak akan selesai jika hanya memikirkan tidak berkesudahannya, maka kita dapat isi dengan hal-hal positif dan berpikir positif. Selalu mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan, maka tidak akan merasa jenuh dan bosan. Berdoa sambil berikhtiar setiap hari, agar dihindarkan dari ganasnya wabah ini.

 

Ada postingan teman di media sosial yang membuat saya tertawa “Tepat setahun si corona. Ingat, jangan nyanyikan panjang umur ya, hehe .... “Benar juga ya. Si covid sudah setahun aja hehe ... kalau di nyanyikan panjang umur, tambah paannjang umurnya. Kan repot.

 

Ini salah satu nikmat adanya corona, orang-orang makin pandai berselancar di media sosial, orang makin aktif dan kreatif di media sosial. Tak kalah favorit, media sosial juga terkena dampak covid lho ... iya, itu membanjirnya online shop. Termasuk saya hehe ... tak apa, positif kan ....

 

Kini media sosial telah menjadi pasar online. Setiap buka media sosial, di beranda berisi beragam jualan, mulai pakaian,  makanan, alat kecantikan, perabotan sampai jasa tukang pun ada. Luar biasa dahsyat efek corona ini, nikmat Tuhan bila kita syukuri, walau sekecil apa pun.

 

“Dulu sebelum corona, siswa tidak boleh membawa handphone ke sekolah, sekarang malah terbalik, tidak sekolah dan boleh pakai handphone sepuasnya”. Caption Ini juga sempat viral di media sosial. Lucu juga tapi inilah yang terjadi saat ini.

Adanya wabah ini, tidak menjadikan saya untuk bermalas-malasan, saya tetap antusias dan aktif dalam kegiatan-kegiatan di sekolah bersama siswa. Demi menjaga imun agar tetap sehat dan aktif. Saya mengajak mereka melakukan rutinitas fisik dengan gotong royong mengerjakan agenda-agenda yang lama terbengkalai.

 

Mengajaknya untuk selalu aktif adalah tugas kita dengan tetap mematuhi protokol kesehatan tentunya, jangan sampai mereka benar-benar nyaman di zonanya. Zona rebahan sambil ngemil dan zona terlalu nyaman main game karena kebablasan memegang handphone.

 

Hal ini adalah kekhawatiran semua orang tua termasuk saya. Handphone telah menjadi media pembelajaran yang wajib saat ini. Jadi perlu pantauan yang serius, agar tidak menjadi masalah. Kadang terbesit di pikiran saya, apakah cara belajar online ini akan terus berlanjut di dunia pendidikan kita. Karena wabah covid-19 belum terlihat mereda.

 

Dan ngerinya lagi, media memberitakan bahwa ada virus corona varian baru namanya virus B.1.1.7. Hmm ... Benar-benar belum reda. Sesuai tulisan Kontan.co.id yang penulis kutib bahwa pemerintah mengonfirmasi mutasi virus corona B.1.1.7, yang pertama kali terdeteksi di Inggris, telah ditemukan di Indonesia.  Virus B.1.1.7 lebih menular dibanding strain aslinya dan para peneliti telah membuktikan, mutasi virus ini dianggap paling mematikan, karena dapat menyebar jauh lebih mudah. 

 

Huff ... Hanya mampu berdoa dan berikhitar sebanyak-banyaknya. Agar kita semua dapat terhindar dari virus ini.

 

Sepertinya, hal inilah salah satu alasan mengapa pemerintah hingga kini belum mengijinkan sekolah melakukan tatap muka. Karena ganasnya virus ini sangat mengkhawatirkan. Bahkan baru-baru ini banyak para tokoh, para ulama juga para artis yang terpapar covid-19, ada juga yang sampai meninggal dunia. Tentu, rasa khawatir dan was-was selalu melanda apa lagi setiap menonton TV dan membuka media sosial, berita-berita tersebutlah yang muncul.

 

Namun, kita harus tetap cerdas dan fokus. Mengolah ide, gagasan, solusi.

 

Ya ... Terus berikhtiar sambil berdoa agar kita semua terhindar dari virus ganas itu. Selalu berpikir positif, tidak mengeluh, tidak menghujat, tidak menjadi provokasi. Menjalani pola hidup sehat, tidak bergadang, tidak stres, istirahat yang cukup, olahraga dan mengkonsumsi makanan-makanan sehat.

 

Karena semua berawal dari diri kita sendiri, jika mau menerapkan hidup sehat dan berpikir positif, niscaya tidak akan di sentuh oleh virus ganas itu. Ikuti himbauan pemerintah, tetap di rumah saja. Aktivitas di luar rumah seperlunya saja. Keluar rumah jika ada keperluan yang benar-benar penting.

 

Dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, 5M. Memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilitas dan interaksi.

 

Dunia pendidikan di wilayah saya hingga saat ini pun masih terdampak, kini semua aktivitas sekolah menjadi biasa menggunakan media online, seperti yang saya lakukan setiap hari, melaksanakan kegiatan pembelajaran jarak jauh atau mode daring. Wilayah lain mungkin sama, yang masih dalam zona terpapar covid.

 

Namun, bukan saatnya keluhan dan kebosanan yang harus kita pertontonkan tetapi bagaimana upaya kita sebagai pendidik berupaya membangun mindset untuk terus bertumbuh kembang di masa pandemi. Banyak cara yang dapat kita lakukan agar tetap produktif di masa ini.

Sebagai guru, mendidik dan membimbing peserta didik adalah suatu kewajiban. Karena guru adalah model bagi siswanya. Dengan demikian guru dituntut lebih cerdas dan lebih profesional dalam segala hal. Apalagi guru di tuntut tetap melaksanakan pembelajaran di masa pandemi ini. Jadi, guru wajib melek teknologi, tidak bisa tidak. Karena semua aktivitas pembelajaran dilakukan menggunakan teknologi. Maka akan sangat tertinggal jika guru tidak mengikuti perkembangan ini.

 

Di masa pandemi ini, sangat mudah para guru untuk ikut serta dalam pengembangan kemampuan diri. Di media sosial, di grup-grup media, telah banyak menawarkan pelatihan atau diklat pengembangan diri bahkan dari kementerian pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia juga telah membuka diklat ‘Guru Belajar’, di peruntukan untuk para guru mengasah kemampuan dan pemahaman tentang pembelajaran jarak jauh. Dan dapat di ikuti secara online sehingga tidak perlu bepergian jauh. Tentunya juga lebih hemat hehe.

 

Dalam kegiatan pelatihan atau diklat yang kita ikuti, maka dapat kita terapkan dalam kegiatan pembelajaran kita di sekolah. Kita juga dapat menciptakan kelas maya seperti kelas nyata. Karena dalam pelatihan, kita di kenalkan media-media yang menunjang PJJ, seperti media aplikasi Google Classroom, Microsoft Teams, liveworksheet, dan ada lagi yang lain.

 

Misalnya di aplikasi Google Classroom saya dapat membuat kelas lengkap dengan layanan share materi dan video pembelajaran. Saya pun dapat mengontrol tugas, hingga buku nilai di aplikasi tersebut. Komunikasi umpan balik pun dapat saya lakukan. Selain itu, media grup WhatsApp, grup Telegram, aplikasi Zoom Meeting, Google Meet juga dapat digunakan untuk tatap muka secara online. Walau tidak se-special saat tatap muka secara nyata, paling tidak ada upaya bertumbuh untuk tetap produktif dalam mengajar di masa pandemi ini.

 

Jadi, kita dapat mensyukuri bahwa adanya pandemi, tidak serta merta menyalahkan keadaan, tetapi tetap berupaya menjadi teladan yang baik bagi generasi bangsa, anak didik kita. Tetap semangat walau dalam lingkup terdampak wabah. Pembelajaran jarak jauh tidak pernah terbersit di benak kita, tetapi kini dihadapkannya. Tetap hadapi, jalani dengan hati bahagia. Agar ada makna indah nantinya.

 

Masa pandemi covid-19 telah mendewasakan setiap manusia di bumi ini. Begitu banyak hikmah yang dapat kita petik dari wabah ini. Sikap gotong-royong, peduli antar sesama, menjaga tali silahturahmi, dan banyak lagi. Tentunya, dengan berjuta harapan, semoga wabah ini segera berakhir, agar kita semua dapat menikmati hidup yang layak seperti sebelum adanya wabah covid-19. Aamiin.

 

*Salam Literasi