Belajar ‘Pintar’ dari Si Kulit Bundar #2 Senang Semu di Zona Nyaman
Sudah banyak kisah dramatis dalam pertandingan sepakbola, akibat lengahnya para pemain. Sikap ini berkaitan dengan rasa puas karena sudah berada di atas angin. Keunggulan, kemenangan, senang, bahagia, kadang menjerumuskan. Dalam bahasa entrepreneurship disebut sebagai zona nyaman.
Manakala kita berada di zona nyaman, biasanya berbagai karakter positif melemah. Misal daya juang turun, rasa puas meningkat, rajin berganti malas, dan sejenisnya.
Final Liga Champion 2005 menjadi salah satu pertandingan sepakbola paling dramatis, dan berkaitan dengan sikap mental di zona nyaman. Jawara Italia AC Milan sudah unggul 3-0 atas Liverpool pada babak pertama. Kemenangan di depan mata dengan selisih gol yang cukup telak itu.
Namun semua berubah pada babak kedua. Memulai pertandingan setelah jeda pada skor 3-0 pasti berbeda dengan skor 0-3. Saya sudah pernah pula mengalami, ketika pada usia remaja dulu, masih aktif berkompetensi sepakbola. Semangat mengejar ketinggalan pasti ada di Liverpool. Sementara semangat mempertahankan skor, pasti tidak akan sekuat mengejar. Dalam posisi unggul, Milan ‘terjebak’ perangkap zona nyaman.
Akibatnya, the Reds bisa menyamakan kedudukan 3-3, bahkan kemudian jadi juara Liga Champion melalui adu tendangan penalti. Sebuah pelajaran amat berharga buat siapa pun. Kita tidak boleh lengah. Tak boleh terjebak dalam kesenangan semu di zona nyaman.
Hal nyaris serupa terjadi pada pertandingan penyisihan grup Piala Dunia 2022 ini, antara Serbia melawan Kamerun (tadi malam). Pada menit ke-53, Serbia sudah unggul 3-1. Para pemain mereka mulai terjebak zona nyaman. Padahal pertandingan masih lama. Percaya diri berlebihan, lalu mengendorkan tempo permainan, greget menyerang turun drastis, nyaman memainkan bola tanpa gairah memadai untuk mencetak gol lagi… padahal itulah jebakannya.
Saya termasuk sangat masygul atau dongkol menyaksikan tim yang sudah unggul lalu membuang-buang waktu dan memperlama penguasaan bola dengan umpan ke sana ke mari di daerah sendiri. Sudah berada di depan kotak penalti lawan pun bola dikembalikan ke belakang. Menyebalkan. Doa pun saya kumandangkan, “Semoga kamu kebobolan…” Biar pertandingan seru lagi.
Pelatih Kamerun melakukan pergantian jitu. Permainan pun berubah. Dan satu gol tercipta. Serbia terhenyak. Terlambat, gol kedua pun lahir kemudian. Hanya dalam tempo empat menit! Doa saya terkabul hehe.
Dalam kehidupan ini, jangan pernah merasa sudah unggul, sudah menang, sudah berhasil, sudah berada di atas angin, lalu terjebak di zona nyaman. Lengah. Kurang waspada. Turunkan gairah. Merasa sudah pasti menang. Itu adalah jebakan. Mending jebakan betmen yang bisa bikin tertawa. Ini jebakan sungguhan yang bisa bikin meringis bahkan menangis. Seperti AC Milan pada 2005 lalu.
Ingat, zona nyaman menyuguhkan kesenangan semu.
Dan seringkali menjerumuskan.
Waspadalah!
Baca Juga: Belajar 'Pintar' Dari Si Kulit Bundar #1 Jangan Pernah Anggap Enteng