Budaya

  Ajakan Berbunyi, ”Mari Buang Sampah Sembarangan!”

Senin, 24 Agustus 2020, 18:06 WIB
Dibaca 1.145
   Ajakan Berbunyi, ”Mari Buang Sampah Sembarangan!”
Pribadi

Dodi Mawardi

Penulis senior

Jika judul artikel ini saya cantumkan besar-besaran dalam bentuk poster, pamflet atau bahkan spanduk, lalu saya sebarkan, apa yang akan terjadi? Pasti saya dihujat banyak orang dan mungkin dimajukan ke meja hijau dengan tuduhan menghasut orang lain melakukan tindakan tidak terpuji. Membuang sampah sembarangan adalah perbuatan tidak terpuji bukan?

Tapi itulah yang dilakukan banyak orang di jalan raya. Mereka memang tidak menuliskan ajakan ”Mari Buang Sampah Sembarangan!” secara eksplisit dalam spanduk atau poster. Mereka justru jauh lebih eksplisit lagi dalam bentuk perbuatan. Bukankah perbuatan jauh lebih efektif menyampaikan pesan ketimbang hanya sekedar ucapan atau tulisan? Dalam berbagai teori komunikasi disebutkan komunikasi yang disertai dengan tindakan, dampaknya jauh lebih besar.

Suatu hari untuk kesekian ratus kalinya, saya menjadi saksi pelaku buang sampah sembarangan. Saya akan memberikan pemakluman jika pelakunya adalah mereka yang bisa kita anggap tidak tahu aturan, belum mengerti norma dan sejenisnya, yang biasanya didominasi kelas menengah bawah. Sopir bajaj, sopir angkot termasuk dalam kategori ini, karena mereka memang sangat sembarangan dalam membuang sampah.

Sedangkan pelaku pada Selasa itu, bukan kategori yang harus dimaklumi. Dia adalah seorang lelaki perkasa dengan aksesoris kelas menengah atas. Mobil yang dikendarainya pun lumayan, yaitu Toyota Fortuner dengan nomor polisi B xxx. Saya sengaja tidak menuliskan dua kode huruf di belakangnya. Mobil yang harga barunya berkisar Rp 500-an juta. Apakah dia boleh dimaklumi membuang sampah sembarangan? Sama sekali tidak. Nomor seri tiga angkanya saja menunjukkan kelas orang tersebut.

Dan yang lebih menyedihkannya lagi adalah apa yang dia buang. Cangkang atau bungkus rokok! Hmm, sedangkan di tangannya masih mengepul sebatang rokok yang abunya dia sebarkan ke jalanan. Kaca pintu depannya sengaja dibuka untuk memudahkannya membuang abu rokok ke jalanan. (Kelakuan semacam ini dilakukan oleh banyak pengemudi/pemilik mobil pribadi di jalanan Jakarta). Menyedihkan! Apalagi para pelakunya adalah mereka yang bolehlah dianggap sebagai kaum intelektual.

 

Apa yang harus kita lakukan terhadap para pelaku pembuangan sampah sembarangan di jalan raya?

Saya sih paling minim kesal di dalam hati sambil berdoa semoga pelakunya mendapatkan balasan yang adil dari Yang Maha Kuasa. Ditambahkan juga doa, semoga dia menyadari bahwa perbuatannya keliru. Kemudian, saya membunyikan klakson panjang sebanyak tiga kali, sebagai tanda protes.

 

Maukah Anda ikut saya membunyikan klakson tiga kali?

Atau mau ikut mereka mengkampanyekan ”Mari Buang Sampah Sembarangan!”