Berbagi Pengalaman Mengajar Di Era Pandemi Covid-19
Berbagi Pengalaman Mengajar Anak Kelas Awal di Masa Pandemi di Kemdikbud Ristek
Saya mendapat pesan lewat whats app saya tanggal 28 Juli 2021 dengan pesan: “Selamat pagi Ibu Heppi. Salam kenal, saya Ibu Lanny dari Direktorat SD. Kami bermaksud ingin mengundang Ibu Heppi sebagai narasumber dalam kegiatan webinar kami tentang Calistung (baca ,tulis dan hitung) kelas awal.” Saya terkejut karena tidak menyangka saya mendapatkan kehormatan untuk berbagi pengalaman di webinar yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek.
Webinar sendiri dilaksanakan pada Hari Kamis, tanggal 5 Agustus 2021. Saya bukan satu-satunya pembicara dalam webinar ini. Ada beberapa narasumber lain yang juga mengisi webinar tersebut. Para narasumber tersebut adalah:
1. Ibu Asrijanty, Ph.D., Kepala Pusat Asesmen dan Pembelajaran, Balitbang dan Perbukuan yang menyampaikan materi “Paradigma Baru Pembelajaran Dalam Upaya Memperkuat Kemampuan Dasar (calistung) Peserta Didik Kelas Awal.”
2. Ibu Siti Eliza Mufti, Education Specialist UNICEF yang menyampaikan materi “Praktik Baik Program Penguatan Kemampuan Dasar Peserta Didik Kelas Awal.”
3. Ibu Widjati Hartiningtyas dari Kabupaten Sidoarjo yang menyampaikan makalah “Praktik Baik Pendampingan Orang Tua dalam Penguatan Kemampuan Dasar Peserta Didik Kelas Awal di Masa Pandemi Covid 19.”
Saya sendiri menjadi pembicara ketiga sebelum Ibu Widjati. Materi yang saya bawakan adalah “Praktik Baik Pembelajaran Calistung Kelas Awal di SDN 002 Malinau barat di Masa Pandemi Covid 19.”
Tujuan dari webinar ini adalah untuk mensosialisasikan bagaimana proses pembelajaran yang memperkuat kemampuan dasar (calistung) peserta didik pada kelas awal di masa Pandemi Covid-19 agar tidak terjadi ketertinggalan dalam pembelajaran (learning loss).
Webinar diikuti oleh Dinas Pendidikan dan Kabupaten/Kota, pengawas, kepala sekolah, guru, dan praktisi pendidikan SD lainnya. Dari data yang saya peroleh lebih dari 2.600 orang yang mengikuti acara ini dari awal sampai akhir.
Dalam kesempatan webinar ini saya menceritakan pengalaman saya mengajar anak kelas 1 di SDN 002 Malinau Barat di masa pandemi.
Saya memulai presentasi dengan menjelaskan tentang Kabupaten Malinau. Malinau adalah kabupaten di perbatasan Indonesia – Malaysia. Kabupaten yang luasnya lebih besar dari Provinsi Jawa Barat ini sangat jarang penduduknya dan wilayahnya masih didominasi hutan belantara. Infrastrukturnya juga belum berkembang karena sulitnya medan. Namun Malinau adalah kabupaten yang sangat memperhatikan pendidikan.
Saya menyinggung sedikit tentang capaian literasi di Provinsi Kalimantan Utara yang masih rendah. Saya menggunakan data Asesmen Kompetensi Anak Sekolah Indonesia (AKSI) yang menunjukkan bahwa capaian anak-anak kelas 4 di Kaltara masih dua angka di bawah rata-rata Nasional. Padahal anak-anak di Kaltara suka membaca. Dari penelitian singkat yang dilakukan oleh program INOVASI, ternyata hamper 85% anak di Kaltara suka membaca. INOVASI adalah program peningkatan mutu pendidikan dasar, kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Australia. INOVASI sudah bekerja di Kalimantan Utara, termasuk di Kabupaten Malinau sejak 2017. Saya adalah salah satu guru yang ikut belajar dalam Program INOVASI di bidang literasi. Kami berlatih bersama melalui kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG). Kami bertemu satu kali setiap bulan untuk belajar cara mengajar membaca dan mengevaluasi cara mengajar kami di kelas.
Dalam mengatasi masalah literasi, kami para guru dan kepala sekolah dengan bimbingan dari INOVASI mengembangkan tiga pendekatan. Ketiga pendekatan tersebut adalah: 1. Pelatihan guru supaya bisa mengajar membaca berdasarkan lima tahapan membaca, 2. Mengembangkan minat baca anak dengan menyediakan buku bacaan anak yang menarik minat anak dan membiasakan anak membaca, dan 3. Membantu anak-anak lamban belajar membaca. Tiga strategi yang kami lakukan tersebut ternyata mampu meningkatkan kemampuan literasi anak-anak yang kami ajar di kelas. Hasilnya seperti yang terlihat pada grafik di bawah ini.
Seperti halnya kabupaten/kota lain di Indonesia, Kabupaten Malinau mulai menerapkan kegiatan belajar dari rumah (BDR) sejak Bulan Maret 2020. Kami terpaksa mengubah cara mengajar anak-anak karena anak-anak tidak bisa ke sekolah.
Awalnya saya bingung bagaimana mengajar anak kelas 1 dengan cara daring. Ada juga anak-anak yang tidak punya akses kepada jaringan internet atau orangtuanya tidak punya hp. Jadi saya harus mengajarinya dengan cara mengirimkan bahan belajar yang saya fotocopi. Ternyata mengajar secara BDR sangat sulit. Namun berkat pelatihan yang saya dapat sebelumnya dan bimbingan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Malinau, saya terus memperbaiki cara saya berinteraksi dengan siswa dan orangtuanya di rumah.
Kebingungan saya semakin menjadi, saat Bulan Juli 2020, saya harus mengajar anak-anak kelas 1 yang belum pernah masuk sekolah sebelumnya. Saya tidak tahu apakah anak-anak yang mendaftar di SD saya ini sudah bisa membaca atau belum. Saya teringat bahwa dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh INOVASI, saya pernah belajar untuk melakukan asesmen kemampuan membaca siswa. Maka saya segera melakukan asesmen kemampuan calon siswa saya tersebut. Ternyata kemampuan membaca calon siswa saya berbeda-beda. Setelah saya tahu kemampuan mereka, maka saya kelompokkan mereka berdasarkan kemampuan membacanya. Saya memberikan bahan belajar sesuai dengan kemampuan membaca mereka. Bagi anak yang belum tahu huruf, saya berikan kartu huruf supaya mereka mengenal huruf. Bagi anak yang sudah mulai mengeja saya bimbing mereka supaya bisa lancar membaca. demikian juga dengan anak-anak yang sudah lancar membaca, saya berikan bahan ajar yang membuat mereka semakin memahami apa yang mereka baca. Saya menggunakan berbagai media yang bisa dibuat oleh orangtua di rumah.
Saya senang bahwa cara yang saya tempuh ini membawa hasil yang baik. Jika di Bulan Juni 2020 kebanyakan siswa saya baru mengenal huruf dan tidak ada satu pun yang sudah lancar membaca, ternyata di akhir Juni 2021 lebih dari separuh siswa saya sudah lancar membaca dan sudah pandai mengeja.
Dalam kesempatan webinar ini saya juga menceritakan pengalaman dua siswa saya yang awalnya sama sekali tidak bisa membaca. Jordan dan Maria hanya mengenal huruf ketika memulai kelas 1. Saya dan orangtua mereka rajin berkomunikasi serta bekerjasama untuk meningkatkan kemampuan membaca mereka berdua. Saya memandu orangtua membuat media pembelajaran berupa kartu huruf, kartu suku kata, dan kartu kata. Media ini digunakan orangtua setiap hari. Sebagai bahan latihan membaca, saya mengirimkan link literacy cloud setiap hari. Selain itu orangtua juga selalu meminjam buku cerita anak dari perustakaan sekolah. Buku dan link literacy cloud ini dibacakan orangtua setiap hari. Setiap hari orangtua juga membantu Jordan dan Maria mengerjakan tugas belajar dari modul yang saya kirim. Hasilnya dalam dua bulan, kemampuan membaca Jordan dan Maria meningkat pesat. Mereka sudah bisa membaca
Apa yang saya sampaikan di webinar ini disambut baik oleh peserta. Banyak yang mengajukan pertanyaan kepada saya setelah presentasi saya selesai. Saya senang pengalaman saya menginspirasi banyak guru di Indonesia.