Budaya

Makna Pajangan Foto di Warung Makan

Jumat, 13 Agustus 2021, 17:19 WIB
Dibaca 797
Makna Pajangan Foto di Warung Makan
Foto pajangan di restoran (Foto: dok. Pribadi)

Ketenarannya memang harus diakui menyebar di semua orang yang pernah bertandang ke Tarakan. Setiap “pemula” yang baru pertama berkunjung ke Tarakan, selalu mendapat wanti-wanti untuk selalu menyempatkan datang ke tempat kuliner khas dan the legend ini. Selain kudu mencicipi aroma kopi di Warung Kopi Indra Aseng, gurih bubur ayam di Warung Nesmilo, atau nasi kuning Sukasari, ada satu lagi ritual makan masakan sea food yang tidak boleh terlewatkan : Warung Teras Bah.

Awal mengenal Teras, saat berbarengan dengan ketibaan kunjungan Presiden Joko Widodo ke Tarakan pertengahan Desember 2019. Saat itu wujud restorannya tergolong sederhana. Keramaian Teras saat itu lebih karena sibuknya petugas protokoler presiden dan panitia penerimaan tamu dari pemerintah provinsi.

Pengelola Teras yang saya yakini tidak sempat mengenyam pendidikan tinggi, ternyata berhasil memanfaatkan momentum kedatangan Jokowi untuk mempromosikan warungnya. Kejeliannya melihat “peluang” melebihi kreatifitas mahasiswa pascasarjana yang saya ampuh di beberapa kampus. Kerap dalam mata kuliah yang saya ajarkan, saya selalu memancing ide dan kreatifitas para mahasiswa saya untuk menggali dan mengembangkan ide-ide aneh, nyeleneh bahkan dianggap “gokil” sekalipun.

Usai santap sajian masakan laut, Presiden Jokowi diminta foto bersama dan foto tersebut sejak saat itu hingga sekarang menjadi “mantera” bisnisnya. Dari cerita Menteri Koperasi & Usaha Kecil Menengah Teten Masduki kepada Gubernur Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang dan saya saat bertemu di Jakarta, akhir Mei 2021 kemarin, baru di Tarakan-lah Pak Jokowi berani memakan kepiting. Dan kepiting olahan Warung Teras memang enak dan disuka Jokowi.

Sihir Promosi Teras

Jika saat ini kita memasuki Warung Teras di penggal jalan Yos Sudarso, Tarakan itu, ada semacam pemandangan unik sekaligus berbeda dengan tampilan tempat makan pada umumnya. Bisa jadi bagi yang tamu pertama kali datang kerap menyangka Teras itu tempat makan apa studio foto. Kini semua ruang di bangunan 3 lantai itu dipenuhi dengan pajangan pigura foto. Tidak saja foto Presiden Jokowi, foto Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltara, artis sinetron, politisi seperti Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono tetapi juga pimpinan instansi.

Sebetulnya, promosi ala Teras bukanlah hal yang aneh di ranah komunikasi bisnis. Beberapa restoran atau caffee juga melakukan hal sama. Di Cafe Malabar di Jalan RE Martadinata seberang RSAL Ilyas, Tarakan juga memajang berbagai poster para pesohor. Di sebuah warung kopi di Tanjung Selor pun, poster berbagai tokoh dunia juga terpampang di semua sudut dinding.Yang membedakan adalah konsistensi Teras dan kejelian melihat momentum.

Pemasangan foto sebagai penarik tamu agar terkesan di Teras merupakan salah satu strategi promosi yang berbiaya murah tetapi berdampak besar. Tidak perlu menyewa ruang iklan dan tidak menggunakan jasa konsultan. Cara ini tepat karena dapat menciptakan kesadaran dan pemahaman bagi tamu akan sajian produk. Sosok yang terpajang di foto, dengan tanda jempol serta senyum, sudah menggambarkan jelas ekspres kepuasan. Bisa kepuasan karena pelayanan atau puasa dengan kenikmatan hidangan. Setiap foto menggambarkan kesan yang subyektif tentunya.

Secara tidak langsung, pemilik Teras menjadikan sosok dalam foto yang dipajang di pigura tersebut sebagai brand ambasador dan endorser.

Pengunjung lain yang datang dan berfoto di depan pajangan pigura di Teras, juga menyebarkan ke berbagai platform media sosial seperti facebook, instagram atau tik tok, menjadikan promosi yang berulang-ulang. Di sinilah, kejelian Teras melihat momentum yang lain.

Belum lagi, seperti pesan dari orang yang pernah ke Tarakan kepada orang lain yang akan berkunjung ke Tarakan untuk menyempatkan makan ke Teras. Promosi word of mouth atau dari mulut ke mulut sangat efektif menjangkau pasar yang lebih luas. Tidak berbiaya dan berdampak luar biasa.

Pesan Untuk Pelaku Usaha

Promosi mulut ke mulut dan memajang banyak foto sebagai penarik tamu, dan berlokasi di kawasan strategis adalah bagian dari bauran pemasaran yang dikini jamak dilakukan beragam usaha jika ingin maju dan berkembanng. Kedua usnsur marketing tersebut adalah promotions dan place. Bersama unsur yang lain product, price, people, process, dan physical evidence dikenal sebagai marketing mix 7P.

Konsep ini tidak hanya berlaku untuk Teras, karena bisa diaplikasikan untuk berbagai jenis usaha yang lain. Di masa pandemi ini serta di tengah pembatasan berusaha karena Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), tidak boleh membuat ide usaha berhenti. Mindset perintis usaha dan pelaku usaha pemula harus berrani untuk mencari terobosan. Di saat nanti status PPKM Tarakan dan kota-kota lain di Kaltara mengalami penurunan sehingga mobilitas di buka kembali, maka kegairahan warga untuk keluar rumah cukup tinggi.

Sudah menjadi kodrat manusia sebagai mahluk sosial untuk berinteraksi dengan kehidupan di luar rumah. Mobilitas warga dari luar Kaltara seperti dari daerah tetangga Kaltim atau warga luar Kaltara, harus menjadi peluang baru untuk menyediakan beragam kebutuhan. Bubble pariwisata yang diperkirakan banyak pihak termasuk oleh Kementerian Pariwisata terjadi pasca pandemi Covid-19, harus menjadi opportunity baru. PPKM harus kita redefinsikan ulang menjadi ; Pelan Pelan Kondisi Membaik.

Semoga .......

***

Ari Junaedi adalah akademisi, konsultan & kolomnis