Lima Tumbuhan Hutan Berkhasiat Suku Dayak Lundayeh
Berbicara tentang bahan makanan atau sayuran banyak sekali jenisnya. Kadang juga kita tidak hafal sebagian nama dan jenis tumbuhan yang dijadikan bahan makanan, bahkan kita tidak tahu sebelum diolah menjadi bahan makanan apa. Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, karena dari makanan manusia mendapatkan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Nun jauh disana, di daerah Krayan Selatan, Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara, Indonesia kamu akan menjumpai beragam makanan lokal yang pasti kamu belum menjumpainya. Sebab, hari-hari kamu tidak akan asing dengan yang namanya Tengayen, Bunger, Ubud dan banyak jenis tumbuhan lainnya. Tumbuhan atau sayur biasanya dicocok tanam agar bisa tumbuh subur agar dapat dijadikan bahan makanan namun tumbuhan tersebut tumbuh secara liar, tanpa dibudidaya. Namun sayur itu bisa diolah menjadi bahan makanan yang berkhasiat untuk tubuh. Ya, saat kamu pergi ke daerah lain mungkin saja tumbuhan ini sangat asing dan bahkan tidak pernah dijadikan sebagai bahan makanan oleh masyarakatnya. Tetapi, saat berada di Dataran Tinggi Borneo, tepatnya di Krayan Selatan kamu baru mengetahui tenyata tumbuhan-tumbuhan liar ini dapat menjadi makanan. Berikut ini ada lima tumbuhan yang diolah jadi sayur masyarakat di Dataran Tinggi, Dayak Lundayeh:
Pertama, Tengayen. Ya, siapa yang tidak kenal dengan yang namanya Tengayen? Jika kamu berasal dari Krayan pasti sudah hapal banget tumbuhan hijau ini. Tumbuhan ini biasanya hidup di daerah sungai, hidup di daerah lembab dan tanah yang berpasir. Dan memang tanpa dibudidaya Tengayen bisa hidup secara liar. Saat dilolah Tengayen sayur biasanya menjadi biter. Biter merupakan olahan makanan yang mirip dengan bubur. Namun berbahan dasar tumbuhan Tengayen itu sendiri. Bicara soal biter, biter juga sangat banyak macamnya. Ada yang diolah dengan beras seperti bubur ada juga yang berbahan dasar sayuran.
Kedua, Bunger. Bunger merupakan salah satu tumbuhan yang juga tumbuh didaerah sungai dan didaerah lembab. Tumbuhan Bunger sedikit berduri dan berongga. Saat mengelolah Bunger, biasanya harus serba hati-hati karena jika tidak, Bunger akan terasa gatal di lidah. Perlu tips khusus untuk mengoal sayur ini, tidak asal-asalan. Biasanya sebelum di tumis harus direbus dulu atau disiram air panas agar tidak gatal saat dihidangkan. Ahh, kalau sudah mateng pasti enak banget.
Ketiga, Ubud. Ubud atau didalam bahasa Indonesia umbut. Ubud mungkin tidak asing bagi kita karena banyak sekali jenis-jenisnya. Namun tidak semua Ubud dapat dijadikan sayur. Akan tetapi jika di Krayan, ubud sangat banyak jenisnya dan hampir sebagian besar dapat dijadikan sayuran. Contohnya ubud Nanung, ubud We (Rotan), ubud Kangan (Kinangan), Ubud Ba’ung (pohon pisang), Ubud Saleh (Kecombrang). Umbut-umbutan memang wajar dijadikan bahan makanan bisa saja, salah satu dari umbut ini kamu baru tahu ternyata bisa dimakan ya? Kalau saya pencinta ubud Nanung. Apalagi dengan aroma bawaanya yang khas.
Keempat, Kulat. Kulat begitulah masyarakat lokal di Karayan menyebutnya. Siapa yang tidak tahu Jamur? Saya yakin semua pada tahu apa itu Jamur. Mungkin bisa saja makanan favoritmu jamur. Kulat ada banyak sekali jenisnya. Mulai dari yang tumbuh di tanah lembab, ada yang tumbuh dibatang kayu yang sudah jabuk, ada juga yang tumbuh dipohon yang bahkan masih belum mati. Begitu juga dengan warnanya yang bermacam-macam. Ada yang merah, putih, hitam, orange, cokelat dan banyak lagi.
Perlu diketahui, kulat memang tidak semua dapat dijadikan bahan makanan karena ada jenis jamur yang beracun. Jadi jika ingin mencoba jamur harus hati-hati dan harus bertanya dengan orang-orang yang sudah mengerti jamur mana yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi. Jika kamu di Krayan kamu pasti sering mendengar dan melihat banyak yang mengkonsumsi kulat-kulat berikut.
(a) Kulat Alit berwarna putih kecokelatan tumbuh di batang pohon yang sudah jabuk, kulat alit cukup lebar jika sudah menua.
(b) Kulat Pereh berwarna putih kecokelatan dengan batang yang lumayan lebar tumbuh di tanah yang lembab.
(c) Kulat Buda’ biasanya tumbuh dibatang pohon yang sudah jabuk, dan memiliki warna seperti namanya Kulat Buda (Putih).
(d) Kulat Sia (Merah) seperti namanya berwarna merah tumbuh di tanah lembab pada musim dingin.
(e) Kulat Si’ang berwarna oren tumbuh di semak-semak ditanah lembab.
(f) Kulat Sunger hidup di pohon yang sudah jabuk, memiliki warna kecokelatan dan sedikit berlendir.
(g) Kulat Dadem juga tumbuh dibatang pohon.
Kemudian (h) kulat kesep, yang merupakan jamur berukuran kecil biasanya tumbuh pada batang pohon yang belum jabuk seutuhnya.
Ada banyak jenis kulat yang ada namun beberapa dari jenis tersebut tidak dapat dikonsumsi karena bersifat racun. Nah, setelah mengetahui macam jenis kulat, yang bisa di olah dengan berbagai jenis olahan makanan. Mau coba? Kulat mana saja yang belum kalian coba?
Kelima, Beluduh. Beluduh atau biasa dikenal dengan bunga kecombrang. Beluduh ini merupakan salah satu makanan yang tidak bisa didefinisikan rasanya. Beluduh bisa diolah dengan cara ditumis, dibiter atau direbus, atau dicampur dengan sayuran dan daging juga boleh.
Bagimana menurut kamu, ingin mencoba makanan khas di Dataran Tinggi Borneo?