Budaya

Serba-Serbi Aco Lundayeh ke-2 yang Mendunia

Senin, 19 Juli 2021, 14:58 WIB
Dibaca 801
Serba-Serbi Aco Lundayeh ke-2 yang Mendunia
Aco Lundayeh

“ IF YOU CAN NOT DO GREAT THINGS, DO SMALL THINGS IN A GREAT WAY”

Kalimat judul di atas mungkin tepat mengambarkan semangat dan upaya menyukseskan Aco Lundayeh ke-2( AL II). Saat Panitia terbentuk tahun 2019 di Binuang, panitia bermimpi besar tentang Aco Lundayeh ke-2. Meriah, semua Lundayeh di muka planet datang. Begitulah juga harapan besar yang dimandatkan oleh DPP PDL kepada Panitia saat terbentuk. Apa hendak dikata, alam berkatalain. Pandemi datang, semua orang tunduk. Negarapun tunduk. Hampir menyerah. Mimpi besar Panitia mulai buyar.

Awal tahun lalu, kondisi pandemi mulai menurun di dunia dan juga Indonesia. Cara-cara membatasi penyebaran sudah lebih terkendali dan vaksin sudah ditemukan. Optimisme panitia mulai tumbuh kembali. Dihadiri Bupati baru dan Gubernur baru, kira-kira begitulah yang ada dibenak Panitia saat itu.

Wow, pasti meriah, pikir semua Panitia saat itu. Itu tahun lalu. Saat itu semua masih optimis dengan kondisi pandemi Covid akan menurun.

Masuk bulan Maret, apa hendak dikata, alam berkata lain. Tidak ada tanda-tanda akan berakhir. Rapat pertama Panitia bulan April akhir setelah konsultasi DPP dan rapat virtual dengan DPW/DPC, keputusan Aco Lundayeh ke-2 tetap jalan dengan undangan terbatas, sisanya lewat zoom saja.

Panitia mulai dengan konsep baru, tidak sesuai dengan mandat awal di Krayan. Acara budaya dalam bentuk rekaman dan sedikit live dari DPC masing-masing. Webinar dengan beberapa pembicara. Sudah mantap, lanjut semua seksi bergerak. Surat menyurat tentang teknis acara, pembicara, dll, clear. Semua siap. Begitu juga ibu-ibu PW PDL Nunukan mulai latihan. Siap tampil dan rekaman.

Lagi-lagi alam tidak bersahabat, kasus konfirmasi positif di Indonesia, juga Kalimantan Utara (KALTARA) terus naik pada awal bulan Juni. Panitia sempat was-was. PPKM Mikro diberlakukan. Larangan kumpul diberlakukan. Rapat zoom lagi dgn DPP, DPW DPC. Ketum dalam arahan mengatakan, Aco Lundayeh ke-2 tetap jalan. Kita tidak tahu kapan Pandemi berakhir. Jangan tunda. Lakukan via zoom maksimal. Sentuhan budaya yang potensi mengundang kerumunan ditiadakan. Maksimalkan diskusi saja. Keputusannya: tetap jalan dengan virtual penuh. Webinar atau gayam rang gawa.

Selesai zoom, Panitia rapat dan diskusi sebentar: Panitia sepakati kosep baru acara, tanggal dll. Mulai malam ini, masing-masing susun ulang. Malam besok lusa, panitia rapat kembali untuk finalkan, demikian kesimpulan.

Terhitung malam itu, sisa waktu tiga minggu efektif. Panitia putar otak. Waktu hanya satu hari penuh. Item acara banyak. Sulit akomodir semua. Begitu juga soal gayam mural. Topik apa yang menarik supaya tidak jenuh satu hari duduk depan komputer atau hp.

**

Keesokannya, saya bisik-bisik via WA dengan pak Helmi: webinar tidak ada pembicara, diskusi bebas (gayam mural) supaya semua orang menunggu kesempatan untuk bicara. Tujuannya: kumpulkan pendapat, bukan cari pendapat siapa yang benar. Tidak ada sanggah pendapat. Menarik, kata pak Helmi singkat. Dan dalam rapat malam berikutnya, finalisasi konsep baru, semua sepakat soal model baru diakusi. Konsep baru acara, dll. Clear, tok!

Keraguan muncul: sorotan masyarakat luas bagaimana? Kita tidak taat edaran prokes. Kami putuskan maksimal yang hadir fisik 25 org diluar Tim IT. Semua yang hadir dan Tim IT wajib swap antigen di loby sebelum masuk ruangan. Clear. Tok!

Bagaimana soal IT? Banyak yang belum familiar dengan teknologi internet. Teman-teman sie acara, Fredy, Dior, Beny, Tim IT Pemda Nnk, dll bekerja keras siang dan malam. Satu demi satu persoalan terpecahkan. Clear, siap operasional, kata teman2 meyakinkan.

Semuapun sepakat soal solusi perubahan dan keraguan. Semua mulai bergerak, bongkar sini dan sina, jadwal, acara, konten, dll untuk menyesuaikan durasi waktu yang ada.

Tanggal 16 sore dan malam, saat 2 kali gladi kotor, masalah teknis muncul. Rasa cemas mulai mengganggu. Tapi saya menguatkan hati. Ah, biasa itu. Memang begitulah keadaan dunia ini. Tidak ada kesempurnaan mutlak, kesempurnaan hanya milik yg punya alam, pikir saya.

Pagi itu saya bangun jam 6 karena pulang gladi bersih jam 1 lewat. Sampai di rumah, masih putar otak mikir pertanyaan yg tepat diajukan agar gayam mural hidup dan tidak monoton. Saya tidur jam 3 pagi.

Saya dan istri berangkat jam 7 ke kantor Bupati, pusat acara virtual. Saya langsung naik ke lantai 5. Teman-teman Sie Acara dan IT, sdh standbye. Istri masih di loby bersama ibu-bu lain, swap antigen, dll. Sekitar 20 menit saya di atas, pak Helmi datang. Hasil test istri kk, reaktif. Blank! Saya langsung turun. Tanya perawat, benar. Saya minta dilakukan 2 kali. Hasil sama. Kemudian, saya minta mereka swap saya ulang, sekalipun sudah malamnya. Hasilnya non reaktif.

Saya menenangkan istri. "Mungkin karena kurang tidur tadi, bangun jam 5 masak nasi luba laya. Mama, sebaiknya mama pulang untuk istirahat. Ini pilihan terbaik utk semua. Istri, ngangguk-ngangguk".  Istri saya berkata, "Papa lanjut saja, mama baik-baik saja", istri saya menimpali. Dengan perasaan was-was, saya melangkah menuju lantai 5 dengan fokus mulai terganggu.

Saya berusaha tenang untuk melanjutkan acara. Tepat pukul 9.20 menit, dari harusnya 9.00, acara baru mulai. Kendala teknis masih mengganggu. Ahh.. pikir saya. Begitulah hasil maksimal. Canggih-canggihnya teknologi, ada saja kendalanya. Lumrah, pikir saya.

Satu demi satu acara berjalan. Sukses. Sesi gayam mural mulai jalan. Saya tetap tidak tenang. Sesi I, saya belum move on. Saya pikir di rumah. Masuk Sesi II, saya mulai panas, tapi tetap tidak maksimal. Tidak lepas.

Sesi I dan II sukses, tapi tidak maksimal. Banyak yang mau bicara, tapi waktu terbatas. Hanya 1 jam utk satu sesi gayam mural. Waktu 3 menit utk 1 org, nampaknya tidak cukup. Tidak mudah jadi moderator virtual karena emosi tidak ketemu antara moderator dan yg bicara. Tidak konek. Jadi susah batasi setiap pembicara hanya 3 menit.

Semua cenderung bicara bebas, tidak taat waktu. Saya dan pak Helmi gagal soal kendalikan waktu. Habis sesi I, kami diskusi singkat, kita harus berani potong (mute speaker) kalau pembicara tidak taat waktu. Akan banyak yang kecewa karena tdk dapat giliran, pikir kami saat itu.

Kami sudah prediksi bhw kondisi tersebut akan terjadi sejak awal. Benar adanya. Banyak yang protest tdk dapat kesempatan. Dan pada akhir Sesi II, atas saran Ketum dan juga pak Dody, kami umumkan agar pikiran disampaikan tertulis bagi yg tdk sempat bicara. Ada Tim yg mencatat. Karena tujuan kita mengumpulkan pendapat, bukan cari kebeneran pendapat siapa yang paling benar. Tok!

Masuk sesi III, saya putuskan pulang. Anak saya yang paling kecil di rumah berontak karena mamanya isolasi di kamar sebelah. Dia mau bergabung mamanya. Masih terlalu kecil untuk dikasih pengertian.

Prokes ketat yang diterapkan oleh Panitia, membantu kami sekeluarga dari tidak tahu menjadi tahu. Juga membantu kami tingkatkan disiplin keluarga menaati asas kesehatan Covid dengan minum vitamin, olah raga, dll utk tingkatkan imun tubuh. Puji Tuhan, kami sekeluarga baik-baik saja dan sampai hari ini belum ada gejala khusus sesuatu. Mohon doa agar demikian seterusnya.

Sekalipun demikian, tidak ada gejala apa-apa, kami sekeluarga putuskan isolasi mandiri sampai kemudian dinyatakan negatif oleh medis. Isolasi mandiri bukan semata2 untuk menaati aturan pemerintah, tetapi yg paling esensial adalah agar diri sendiri tetap sehat, keluarga tetap sehat dan lingkungan wrsekitar tetap sehat. Dengan demikian, negara dan daerah kita bisa secepatnya terbebas dan kita semua terbebas dari ancaman Pandemi Covid 19 sehingga kita semua bebas beraktifitas dengan normal dengan norma baru tentunya.

Demikianlah serba-serbi Aco Lundayeh ke-2 berproses sejak pembentukan Panitia tahun 2019, berproses  dari waktu ke waktu sampai terlaksana. Ada banyak dinamika ide datang dan pergi. Ide pelaksanaan di Long Bawan, tunda pelaksanaan, ide zoom dengan titik setiap DPC atau Ranting, ide zoom full dgn penyerderhanaan konsep acara, dll

Singkat cerita, Aco Lundayeh II berangkat dari ide besar, turun menjadi sedang dan turun menjadi kecil. Tapi secara umum dan dalam batas-batas tertentu, Aco Lundayeh II sukses. Wajar kalau ada kekurangan, apalagi sebagai pemula dalam hal mengorganisir sebuah kegiatan besar menggunakan IT penuh.

Memang dari sisi ceremonial budaya, acara tidaklah merah secara fisik seperti Pulau Sapi, tapi hemat saya, "idenya tetap besar terutama ide agar AL II melahirkan buku sebagai warisan dan "cara melaksanakannya juga besar", menggunakan teknologi informasasi-virtual".

Ada kata bijak, ketika kita tidak mampu melakukan hal besar, lakukan hal kecil dengan cara yang besar (if you can not do great things, do small things in a great way. Napoleon Hill: Thinking Humanity).

Sekalipun selesai dan sukses, tapi masih ada utang sedikit kepada generasi yang belum terbayarkan. Butuh cacatan tambahan tertulis lebih lanjut untuk sempurnakan ide dan luaskan wawasan untuk melahirkan sebuah karya besar: buku yang isinya lahir dari buah pikiran warga Lundayeh, namun rangkaian kata dan kalimat membentuk makna, lahir dari coretan pak Masri, pak Pepih dan Pak Dody.

Oleh karena itu, Aco Lundayeh II "memanggil" semua warga Lundayeh dimanapun, agar menyisihkan sedikit waktu di tengah kesibukan masing-masing menuangkan buah pikiran atas secarik kertas tentang 3 topik gayam mural.

Sebab potret Lundayeh 50-100 tahun yang akan datang adalah karya kita semua hari ini dan itulah ide besar AL II "dipaksakan" dilaksanakan secara virtual: menghasilkan karya besar: buku tentang Lundayeh dari persepektif budaya, SDM, Politik ekonomi sebagai warisan generasi Lundayeh hari ini kepada generasi Lundayeh yang akan datang. Juga warisan kepada Propinsi Kaltara dan juga Indonesia.

Sebuah langkah psimisme dan keragu-raguanan akan pandemi Covid melahirkan karya besar tak ternilai bagi generasi.

Akhir cerita dan kesan. Aco Lundayeh ke-2 telah selesai dan sukses. Salut  kepada teman-teman Panitia, maaf yang tidak saya sebutkan satu persatu. Teman-teman telah menjawab banyak keraguan: waktu yg mepet, teknis, gangguan Covid, dll. Dengan kerja sama dan motivasi yg luar biasa selama 3 minggu terakhir, bongkar-pasang program, acara, dll., tidaklah sia.

 

Demikianlah upaya merangkai kata untuk memaknai suatu peristiwa dari Sudut Mata GK🌱

 ***

#SalamSehat!

#TaatProkesCovid19

#UtkIndonesiaBangkit

#SM-GK/18/7/21🌱