Dayak Agabag: Menilik dan Mengenal Lebih Dekat Proses Perkawinan
Indonesia salah satu negara yang kaya dengan beragam budaya dan ragam adat istiadatnya, serta pesebaran suku yang banyak.
Kalau aku ditanya, sejauh mana aku bangga akan budayaku? Aku akan menjawab sangat bangga. Ya, suatu kebanggaan jadi anak bangsa yang memiliki ragam budaya dan istiadatnya. Aku berharap kamu juga begitu.
Salah satunya, sukuk ku Dayak Agabag. Nenek moyangku telah lama mendiami dan menjaga Pulau Kalimantan, tepatnya Kalimantan Utara. Salah satu suku yang masih kental dengan budayanya. Sejatinya, walaupun digempur moderenisasi, kemajuan dan perubahan hingga saat ini, sebagai manusia Dayak Agabag masih mengikuti dan merawat budaya nenek moyangnya. Kecintaan suku ini mencintai budayanya sangatlah kental.
Dayak Agabag merupakan suku yang mayoritasnya mendiami Kecamatan Sembakung, Kecamatan Sembakung Atulai, Kecamatan Sebuku, Kecamatan Tulin Onsoi, Kecamatan Lumbis, Kecamatan Lumbis Ogong dan Kecamatan Lumbis Pansiangan wilayah kabupaten Nunukan. Provinsi Kalimantan Utara.
Bicara soal adat, nah salah satu adat Dayak Agabag yang masih terawat saat ini yaitu prosesi perkawinan adat. Berikut tiga hal yang perlu kita ketahu tentang proses menuju perkawinan adat manusia Dayak Agabag:
Pertama, Dalam prosesi perkawinan, satu bulan sebelum acara pernikahan, pihak perempuan akan memberikan selembar kertas berisi tulisan pada pihak laki-laki. Diserahkan kepada adat, melalui pengurus adat Desa; isi kertas tersebut yaitu permintaan mahar, di dalamnya di minta tempayan-tempayan, gong, produk fisik, uang dan lain-lain.
Kedua, Tergantung permintaan pihak perempuan. Bila pihak laki-laki keberatan dengan permintaan tersebut, pihak laki-laki melalui pengurus adat Desa di persilakan untuk bernegosiasi dengan orang tua mempelai perempuan-apa saja barang yang di sanggupi. Biasanya, tawaran hanya turun sedikit.
Ketiga, Tepat pada hari pernikahan, mempelai laki-laki wajib membawa semua yang diminta oleh mempelai perempuan, sesuai dengan kesepakatan negosiasi sebelumnya.
Ketiga proses ini akan berlangsung dalam persiapan proses menuju perkawinan adat manusia Dayak Agabag.
Nah, secara umum, tempayan sebagai mahar; biasanya, tempayan besar sebanyak 70 buah, tempayan kecil 100 buah (harga tempayan besar jika di uangkan 1 buah tempayan mencapai Rp 1.000.000-.
Tidak hanya tempayan berukuran besar, ada juga tempayan kecil seharga Rp 100.000). Selain itu, mempelai laki-laki juga membawa tempayan yang harganya sangatlah tinggi di Manusia Dayak Agabag. Meskipun begitu, bagi manusia Dayak Agabag itu hal yang biasa.
Ada juga tempayan lama, zaman dulu. Manusia Dayak Agabag menyebutnya tempayan sampa, tempayan sanigon dalaa, tempayan alagang, tempayan manila, gong besi, dll.
Karena tergolong unik dan bernilai berharga. Maka harganyapun mengikuti, semakin lama tempayan tersebut, semakin mahal harganya. Tempayan yang paling mahal dari antara banyaknya tempayan yaitu: tempayan sampa, jika di nilaikan menjadi uang rupyah seharga Rp 17.000.000 untuk satu buah, tempayan ini paling mahal dari tempayan lainnya karena sangatlah susah di temukan di kalangan masyarakat Dayak Agabag.
Sedangkan tempayan lainnya satu buah seharga Rp 1.000.000 hingga Rp 8.000.000. Selain tempayan, gong, dan produk fisik (seperti sepeda motor, mesin padi, ketinting, senso sthil,satu ekor sapi dll). Proses menuju perkawinan adat manusia Dayak Agabag tidak sampai disitu, ada juga yang namanya uong angus (uang dapur). Konon, uang angus ini hanya baru saja di zaman modern saat ini, lantaran susahnya tempat berburu.
Sehingga, uang dapur di bebankan pada mempelai laki-laki. Uang angus adalah mahar juga, yang di berikan kepada pihak perempuan untuk uang dapur. Jumlahnya kisaran Rp 35.000.000-Rp 50.000.000 (tergantung dari permintaan pihak perempuan). Jadi bukan hanya tempayan, gong dan produk fisik sebagai mahar, tapi juga di tamba dengan uang.
Prosesi pernikahan adat, di laksanakan selama tiga hari sampai dua malam. Mempelai laki-laki dan keluarga berhak mendapatkan pelayan prima (pelayanan terbaik), dari tempat tinggal hingga sajian makanan. Pokoknya, seperti raja selama tiga hari. Luar Biasa bukan!
Proses perkawinan pada adat manusia Dayak Agabag selesai dilakasanakan. Akan ada lagi beberapa prosesi yang akan dilakukan.
Ketika acara pernikahan selesai dan mempelai perempuan akan ikut pada laki-laki di rumahnya atau ke desanya pihak laki-laki, berangkat bersama dengan kepulangan rombongan keluarga mempelai laki-laki.
Mempelai perempuan, akan di bekali oleh orang tua nya dengan makanan dan perabot dapur dalam jumlah yang banyak. Secara umum, makanan yang di bekali: 40 sak beras, 35 pek gula, dan ubi hinggal 70 karung beras yang ukuran 25 kg, dsb. Untuk parabot dapur biasanya sudah komplit, dari kompor, tabung gas, piring, gelas, rak, lemari, dll. Bahkan kasur busah.
Akhirnya, meski gadis-gadis di Dayak Agabag ini maharnya banyak. Mereka akan di bekali perabotan dapur dan makanan stok dua bulan.
Selain itu juga, sebelum menikah, mereka sudah di ajari oleh ibunya, bagaimana, menjadi ibu rumah tangga yang baik dan pekerja keras. Bahkan di ajari mencari sayur sendiri di kebun. Sehingga, setelah menikah mereka sudah paham mengurus rumah tangga. Nah, buat kamu yang ingin menikahi gadis Dayak Agabag, ada baiknya jauh sebelumnya sediakan uang paling sedikit 100 juta ya. Hehehe…
Mari kita bersama jaga dan lestarikan budaya dan nilai-nilai leluhur kita.
***