Budaya

Selamat Ulang Tahun Gereja Kemah Injili Indonesia di Tanah Kalimantan

Rabu, 23 Juni 2021, 12:45 WIB
Dibaca 839
Selamat Ulang Tahun Gereja Kemah Injili Indonesia di Tanah Kalimantan
Karya Kristus di Indonesia

Judul: Karya Kristus di Indonesia

Penulis: Rodger Lewis

Tahun Terbit: 2017 (Cetakan keempat)

Penerbit: Yayasan Kalam Hidup

Tebal: 503

ISBN:  978-602-7855-43-9
Saya tertarik membaca buku ini karena saya ingin tahu sejarah kekristenan di Tanah Dayak di Kalimantan. Sebab saat ini saya bekerja dengan orang-orang Dayak di Kalimantan Utara. Jadi pengetahuan tentang kekristenan di Tanah Dayak ini sangatlah penting untuk saya ketahui. Ternyata buku ini memberiku bonus karena bukan saja sejarah gereja di Kalimantan yang diulas, tetapi juga meliputi wilayah lain di Indonesia seperti  Bali dan Lombok, Sumbawa, NTT, Jawa dan Sumatra, Sulawesi dan Irian Jaya.

Setelah mengisahkan secara singkat sejarah Gereja Kemah Injili di Amerika yang dimulai oleh Pendeta Albert Benjamin Simpson pada tahun 1879, berdirinya The Christian Missionary and Alliance (CM&A) dan tentang J. A Jaffray sang suksesor, Lewis segera masuk ke bagian masuknya GKII ke Indonesia. Dengan berdirinya CM&A yang mempunyai visi menyebarkan Injil ke seluruh dunia dan memilih Hindia Belanda sebagai tempat berkarya, maka dikirimlah Pdt. Jaffray ke Surabaya dan kemudian menetap di Makassar.

Penginjilan CM&A mula-mula menggunakan sarana media cetak. Mereka membuat tulisan-tulisan, buku-buku yang didistribusikan secara langsung gratis, melalui pos maupun dijual. Bahkan CM&A akhirnya mempunyai penerbitan dan toko buku Kalam Hidup. Selain dari penginjilan melalui media cetak, Pdt. Jaffray juga mendirikan sekolah alkitab, yaitu Sekolah Alkitab Makassar (SAM). Sekolah Alkitab ini awalnya dilakukan di ruang tamu Pdt. Jaffray sampai akhirnya mempunyau gedung sendiri. Jaffray ditemani oleh dua penginjil dari Tiongkok, yaitu Yason S. Linn dan Paul R Lenn, baru kemudian menyusul penginjil dari Kanada bernama C. David Clench.

Penginjilan ke pedalaman Kalimantan (Timur) dilakukan mula-mula di hulu Sungai Mahakam dan kemudian Sungai Kayan. Mereka menjangkau suku-suku di pedalaman Kalimantan Timur, termasuk suku Punan yang sangat pemalu dan tinggal di dalam hutan yang lebat. Clenchlah yang mula-mula merintis penginjilan ke pedalaman. Upaya Clench dilanjutkan oleh Presswood dan Deibler. Para penginjil kulit putih memprakarsai penginjilan langsung kepada suku-suku di pedalaman. Baru kemudian penginjil-penginjil dari orang Indonesia melakukan penginjilan selanjutnya.

Berbeda dengan penginjilan yang diprakarsai oleh orang-orang Eropa, penginjilan CM&A dilakukan secara pribadi per pribadi. CM&A mengutamakan pertobatan pribadi daripada pertobatan masal. Penginjilan ini menonjolkan kuasa Allah (mujizat) yang tetap ada. Misalnya kisah dimana para penginjil diminta untuk minum racun (hal. 88). Karena ternyata para penginjil ini tidak mati, maka orang-orang pedalaman menjadi percaya kepada Yesus. Demikianpun para penginjil ini dihadapkan kepada orang yang kerasukan setan dimana orang kampung tak mampu menghadapinya lagi. Ternyata para penginjil ini mampu menyembuhkan orang yang kerasukan setan tadi, sehingga orang-orang menjadi percaya. Pertobatan pribadi lebih bermakna bagi pertumbuhan gereja daripada pertobatan masal yang biasanya tidak mendalam.

Selain dari memenangkan jiwa-jiwa untuk Yesus Kristus, penginjilan Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) juga membawa sistem transportasi modern. Penggunaan motor tempel untuk perahu-perahu kecil dikenalkan oleh para penginjil ke pedalam. Pada tahun 1930 Fisk dan David Clench menggunakan motor tempel kecil ke hulu Sungai Kayan, saat penduduk lokal masih menggunakan dayung. Selain dari mengenalkan penggunaan motor tempel, GKII juga membuka banyak lapangan terbang perintis. Mula-mula Fisklah yang merintis penginjilan dengan menggunakan pesawat kecil. Penerbangan penginjilan ini kemudian dijalankan oleh Mission Aviation Fellowship (MAF). MAF secara resmi beroperasi di Indonesia (Kalimantan) pada tahun 1969. Dengan bantuan MAF, pembukaan landasan-landasan pesawat di pedalaman semakin banyak jumlahnya. Terkoneksinya wilayah pedalaman dengan pesawat ini membuat pelayanan pendidikan dan kesehatan juga semakin baik.

Penginjilan di pedalaman Kalimantan tidak mulus. Selain dari tantangan alam dan mundurnya beberapa pengerja yang tidak kuat mengalami kesulitan di lapangan, GKII juga menghadapi situasi yang sangat sulit ketika jaman Jepang. Para lulusan sekolah alkitab yang dikirim ke gereja-gereja di pedalaman tidak semuanya bertahan. Ada di antara mereka yang kemudian memilih untuk mencari harta dunia, misalnya mencari emas dan gaharu.

Sebagai organisasi yang berasal dari Amerika, GKII dicurigai sebagai mata-mata Amerika. Itulah sebabnya banyak penginjil kulit putih yang ditangkap dan bahkan dibunuh oleh Jepang. John Wilfinger dibunuh oleh Jepang di Tarakan pada tahun 1942 karena secara suka rela menyerahkan diri kepada Jepang di Malinau. Penyerahan diri ini dilakukan untuk melindungi warga gereja yang diancam Jepang untuk dianiaya (hal. 172).

Buku ini juga memuat penginjilan di Kalimantan Barat, Bali, Lombok, Sumbawa, NTT, Jawa, Sumatra dan tentu saja Papua (Irian Jaya). Pola penginjilan GKII di berbagai wilayah Indonesia ini pun memakai cara yang sama, yaitu pertobatan pribadi. Selain itu buku ini juga menggambarkan secara rinci perjalanan sejarah GKII di Indonesia sampai dengan akhir 80-an.

Buku ini memuat banyak sekali detail dari kejadian-kejadian sepanjang karya GKII di Indonesia, khususnya Kalimantan Timur. Detail-detail ini tentu sangat penting untuk didokumentasikan dan disajikan. Namun sayang sekali penyusunannya agak rumit. Sebagai orang yang tidak terlalu paham dengan geografi Kalimantan Timur, penyebutan nama-nama lokasi dan kejadian-kejadian yang sangat banyak membuat saya kurang bisa melihat garis besarnya.

Tags : budaya