Jelajah Kaltara [12] Sayap Madu Bulungan
Jika kebetulan sedang berada di Tanjung Selor, di tepian Sungai Kayan, sempatkanlah nangkring di sana sambil menikmati Sayap Madu Bulungan.
Wow, kudapan macam apa gerangan?
Tidak lain dari ayam bakar biasa. Bukan ayam kampung pula. Lalu apa istimewanya?
Tidak harus selalu istimewa, coba nikmati saja keunikannya yang mungkin tidak ditemukan di tempat lain.
Salah satu keunikannya, di sini Anda jangan berharap mendapat paha atau dada ayam yang biasa dipesan. Tidak akan ada!
Lha kok bisa jualan ayam bakar tanpa paha dan dada. Ya bisa, adanya ya di tepian Sungai Kayan di Kabupaten Bulungan, Kaltara, ini.
Di sini memang hanya dijual sayap ayam bakar saja. Diberilah embel-embel "Sayap Madu Bulungan" untuk menarik perhatian. Kata "ayam"-nya itu sendiri tidak tertera, padahal jelas-jelas jualan ayam.
Tapi kan tidak mungkin jualan sayap kambing atau sayap sapi. Pun sayap bebek, misalnya. Yang umum ya sayap ayam, bukan? Apalagi kalau melihat tumpukan sayap yang terpajang sebelum kena panggang, jelaslah yang dimaksud adalah sayap ayam.
Kata "madu" menunjukkan cara sayap ayam itu dibakar, yang memang dilumuri madu sebelum dibakar. Hasilnya pasti manis, kecuali kalau dilumuri kopi robusta hahaha...
Di suatu petang saat mentari tergelincir di seberang sungai, saya sengaja menikmati sayap madu bulungan ini sendirian, sebab mantan pacar sedang menjalankan puasa syawal alias sedang "nyawalan".
Oiya sebelum lupa, sayap madu bulungan ini baru buka pukul 17.30 WITA.
Sayap ayam bakar tanpa nasi? Benar, memang tidak disertai nasi. Tetapi sebagai gantinya, saya bisa pesan dua gogos, ketan bakar yang dibentuk seperti tabung kacil, lalu dihangatkan di atas pembakaran.
Sedalam apa saya harus merogoh kocek? Tidak terlalu dalamlah, bahkan boleh dibilang cukup permukaannya saja. Harga satu potong sayap, misalnya, "hanya" Rp8.000. Dua gogos Rp5.000 dan satu tusuk hati ayam bakar Rp3.000.
Parutan kelapa yang berwarna kuning terang itu gratis, sebab pasangannya gogos. Cita rasanya seperti penganan India, sebagaimana yang saya rasakan saat berkunjung ke New Delhi beberapa tahun lalu.Maka, dengan berbekal rupiah senilai enam belas ribu saja, dijamin makan malam tidak perlu lagi dilakukan. Kenyang sudah.
***