Wisata

Jelajah Kaltara [6] Wisata Sungai Kalimantan

Rabu, 21 April 2021, 07:06 WIB
Dibaca 685
Jelajah Kaltara [6] Wisata Sungai Kalimantan
Kakltara 1, kapal dinas Pemprov Kaltara (Foto: Dok. Pribadi)

Pepih Nugraha

Penulis senior

Kalimantan lekat dengan hutan rimba dan sungai besarnya. Dua sumber daya alam ini telah banyak diambil manfaatnya untuk kepentingan dan kemakmuran bersama secara ekonomis. Namun secara wisata, belum tergarap maksimal.

Ketika berkesempatan berkunjung ke Tanjung Selor untuk kegiatan literasi, dua ikon “alam” yang merupakan kekayaan Kalimantan ini menggoda pikiran saya, terlebih lagi ketika dalam perjalanan Tanjung Selor menuju Desa Long Pari, saya menggunakan kapal dinas “Kaltara 2” yang tak ubahnya kapal pesiar.

Saya membayangkan sebuah kapal pesiar betulan, karena kualifikasi kapal milik Pemprov Kaltara itu memang sudah memenuhi. Bedanya kapal pesiar yang tidak membelah ombak lautan, melainkan sebuah kapal pesiar yang menyibak ombak halus Sungai Kayan. 

Saat kapal mulai menyibak air sungai, saya melihat potensi besar di sana jika kemudian dikemas menjadi destinasi wisata baru. 

Di kiri-kanan sungai di sepanjang perjalanan, tampak pepohonan hijau yang seolah-olah muncul dari permukaan air, saking lebatnya daun. Di atas burung-burung melayang mencari makanan, menyajikan keindahan yang bukan buatan, melainkan seutuhnya hasil orkestrasi alam.

Dalam bayangan saya, orang yang bermukim di kota-kota besar Pulau Jawa atau wisatawan mancanegara akan terpesona menempuh perjalanan Tanjung Selor sekadar singgah di desa Long Pari, padahal perjalanan bisa terus tembus Apo Kayan, lebih ke hulu di mana bisa ditemukan air sungai yang jernih.

Gubernur Kaltara Zainal Palliwang saat memberi arahan kepada warga desa Long Pari di acara Pesta Panen memberi gambaran mengenai potensi wisata yang bisa dikembangkan di Kaltara sebagai provinsi baru hasil pemekaran Kalimantan Timur. 

“Saya di luar sana menikmati alur Sungai Kayan, yang di kedua sisinya bisa dijadikan obyek wisata,” kata Zainal saat menghadiri syukuran Akhir Panen bersama wakil gubernur Kaltara Yansen Tipa Padan. 

Bahkan kalau ada panen, kata Zainal lagi, ia bersedia ikut memanen padi di Long Pari ini, bukan sekadar di acara Pesta Panen. 

Menanggapi kepala desa Long Pari, Dungau, yang mengungkap kekuarangan fasilitas, Palliwang tidak menampik bahwa desa memang banyak kekurangan. Namun ia menganalogikan wilayah Krayan sebagai tanah surga, di mana apa yang ditanam pasti tumbuh. 

Demikian juga di Long Pari, sehingga ia berpesan kepada warga desa untuk tidak pesimistis. 

Zainal kemudian berjanji mendatangkan Japfa sebagai perusahaan besar yang akan datang ke Kaltara. Ia menyilakan warga menambah luas lahan, beberapa bibit tanaman akan segera didatangkan dengan penjualan atau distribusi yang sudah jelas.

Demikian pula budi daya ikan air tawar yang akan bekerja sama dengan perusahaan raksasa di bidang pakan tersebut. “Tidak ada batasan, sebanyak-banyaknya silakan saja. Ikan nila berapa ribu ton pun akan dibeli perusahaan,” janjinya. 

Zainal menambahkan, ada perbaikan dermaga Long Pari agar layak disandari speedboat. Potensi sungai sangat besar untuk wisatawan seperti di Mesir. “Sungai adalah potensi wisata unggulan Bulungan ke depan,” katanya.

Ia mencontohkan, wisata sungai di Mesir dikembangkan sedemikian rupa sehingga wisatawan setidaknya harus merogoh kocek sebesar USD 100 (Rp1,4 juta) sekali berperahu yang berhenti di beberapa spot berupa dermaga. 

Masing-masing spot menampilkan potret kebudayaan Mesir masa lalu, jelas Palliwang, mulai dari mengenal proses membuat mumi, cara membuat kerajinan logam atau tembikar, sampai pengenalan makanan Mesir. “Kita bisa membuat Sungai Kayan juga seperti itu,” katanya.  

Seusai acara dan harus kembali menggunakan “yacht” Kaltara 2, saya berkesempatan duduk bersama Berly, pejabat di Dinas Pariwisata Pemrov Kaltara. 

Berly mengatakan, apa yang dikatakan Gubernur Zainal dapat direalisasikan dengan catatan setelah dilakukan survei kelayakan dan penggalian potensi sisi bisnisnya, mengingat sungai dan hutan yang berlimpah di Kalimantan sangat potensial untuk dijadikan objek wisata baru yang kelak menjadi ikon Kalimantan.

Semoga harapan segera terwujud menjadi kenyataan.

(Bersambung)

***