Wisata

Jangan Mati Sebelum Pergi Ke Surga

Kamis, 25 Juli 2024, 19:39 WIB
Dibaca 625
Jangan Mati Sebelum Pergi Ke Surga

JANGAN MATI SEBELUM PERGI KE SURGA

Ya, benar, anda tidak sedang salah baca. Judul tulisan ini JANGAN MATI SEBELUM KE SURGA. Anda mungkin terbiasa mendengar bahwa surga itu merupakan semesta keindahan pasca kematian. Di Indonesia, Surga merupakan bagian kehidupan sehari-hari, dan salah satu surga yang harus anda kunjungi di Indonesia sebelum mati adalah RAJA AMPAT.

Raja Ampat merupakan gugusan pulau yang berserakan secara menakjubkan dibagian timur Indonesia, Papua (yang saat ini menjadi bagian provinsi Papua Barat Daya). Di atas permukaan air kita akan melihat gugusan pulau-pulau kecil dan karst yang ditumbuhi beragam vegetasi hijau diatasnya, air jernih, dan pasir putih yang lembut. Di bawah permukaan air, kita akan dimanjakan dengan beragam keindahan terumbu karang yang berwarna warni, meliuk-liuk mengikuti arus deburan ombak.

Gugusan hamparan terumbu karang Raja Ampat merupakan bagian dari coral triangle atau segitiga karang dunia yang membentang (garis imajiner segitiga) dari mulai Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timur Leste. Kawasan coral triangle ini merupakan rumah bagi 76% spesies terumbu karang dunia dan sebagian besarnya ada di Raja Ampat. Tempat ini juga menjadi surga bagi beragam spesies ikan karang, dipekirakan 37% spesies ikan karang dunia hidup di Raja Ampat.

Raja Ampat juga menjadi surga bagi keragaman mangrove. Sepanjang mata memandang,pulau-pulau di gugusan Raja Ampat ini pandangan mata kita akan melihat bagaimana gugusan pulau2 ini dilindungi oleh sabuk mangrove yang sangat beragam. Diperkirkan Raja Ampat telah menjadi rumah bagi 75% spesies mangrove di dunia, dan Lingkungan yang masih bersih ini juga menjadi rumah bagi 45% spesies rumput laut di dunia.

Sayang sekali saya belum sempat berkesempatan untuk bercengkrama dengan keindahan terumbu karang Raja Ampat beberapa waktu lalu. Cuaca merupakan salah satu musuh bagi penikmat perjalanan pendek di Raja Ampat. Ombak yang meninggi dan arus yang menguat bisa menjadi ancaman yang serius dalam perjalanan pulang dan pergi atau dari satu pulau ke pulau lainnya di Raja Ampat. Bahkan jika cuaca sedang bersahabat sekalipun, satu hari bukanlah waktu yang memadai untuk bisa melihat setiap sudut etalase keindahan yang ada di sana. Satu hari bukanlah waktu yang cukup untuk bisa bercengkrama dengan beragam penghuni surga biodiversity yang telah memukau dunia tersebut. 

Sekalipun begitu, Raja Ampat bukanlah tempat yang akan membuatmu kecewa, gugusan pulau yang bisa dinikmati dari ketinggian atas pulau seperti Piaynemo atau dari atas Telaga Bintang akan membuatmu tetap berdecak kagum. Keindahan gugusan pulau yang berdiri manis nan megah, pasir putih yang menghampar, dedaunan hijau yang kokoh hidup diatas karst, terumbu karang yang bisa anda lihat secara sekilas dari ketinggian, dan kicau burung akan  membuat kita iri karena merdekanya hidup mereka.

Bagi penggemar lukisan dan karya seni seperti saya, Raja Ampat tak ubahnya seperti galeri seni. kita seperti melihat sebuah pameran lukisan beraliran surealisme.

Gaya lukisan ini digagas oleh Andre Breton di awal abad 20-an. Aliran seni lukis ini merupakan penumpahan ide dan mimpi yang muncul dari alam bawah sadar manusia yang diekspresikan melalui karya seni, konsep surealisme ini sendiri mengambil dari konsep alam bawah sadar Mbahnya teori alam bawah sadar psikoanalisa Sigmund Freud yang juga dikenal sebagai Bapak Psikologi dunia. Raja Ampat, sungguh seperti merupakan citra/imaji alam bawah sadar dan bahkan mungkin merupakan kesadaran kita tentang apa yang disebut surga. Sebuah tempat yang hanya memperbolehkan keindahan, ketenteraman, dan ketenangan jiwa dan raga hadir di sana.

Dalam Perspektif Surealisme, Raja Ampat, fit to the concept of heaven

Jadi jangan mati sebelum anda pergi ke surga. Karena surga bisa anda temui di Raja Ampat.

Sebagai “tourist” atau pengunjung, saya memaknai gugusan Raja Ampat, sebagai ceceran surga yang jatuh ke bumi. Kita akan dibuat terpaku dan larut yang mendalam saat menikmati pesona alam yang menakjubkan. Tapi raja Ampat bukanlah hanya rumah bagi kekayaan biodiversitas indonesia dan dunia, dia juga rumah bagi penduduk aseli di sana. Bagi mereka, bisa saja hidup menjadi sangat berat, tantangan alam dan dengan ombak yang mendekati samudera pasifik menjadi salah satu tantantagan utama mereka dalam melakukan kegiatan hidup sehari-hari.

Minimnya infrastruktur juga menjadi salah satu tantangan yang cukup berat, termasuk ketersediaan listrik bagi penduduk yang berada di pulau-pulau kecil di sana, sarana Kesehatan dan penyediaan air bersih menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Raja Ampat bisa jadi surga di mata kita, tapi bisa saja jadi menjadi penjara bagi warga pulau yang hidup dalam beragam keterbatasan. Pun demikian keterbatasan itu tidak menjadikan mereka menjadi orang yang tidak bersahabat, jika anda menyempatkan mengobrol dengan mereka, maka anda akan menemukan kehangatan dan keramahan dari mereka. Mereka memiliki kebaikan hati malaikat seperti layaknya penghuni surga.

Keterbatasan infrastruktur ini, bahkan dialami oleh pulau-pulau yang masih dekat dengan sorong sebuah kota terbesar di bagian kepala burung Papua. Ambil contoh misalnya seperti Pulau Soop yang berjarak kurang 5 km dari Sorong tersebut. Pulau yang berpeduduk 1000 jiwa lebih ini misalnya, listrik hanya bisa beroperasi 12 jam, dari jam 6 sore sampai jam 6 pagi. Bisa kita bayangkan, bagaimana dengan pulau-pulau kecil yang jauh dari peradaban yang jauh dari Kota Sorong atau Ibukota Kabupaten Raja Ampat, yang jarak tempuhnya bisa berjam-jam dan dengan populasi yang relatif sedikit. Maka dalam perjalananmu menikmati surga, sisakan lah sedikit ruang di hati kita untuk memiliki rasa empathy terhadap saudara-saudara kita di sana.

Dalam perjalananmu di sana, pastikan kunjungan kita bukanlah bagian dari kunjungan yang dapat merusak Lingkungan (Environment), lakukan secara bertanggungjawab terhadap sampah yang kita bawa, dan tidak merusak vegetasi flora dan fauna. While you in Heaven, cobalah bersosialisasi dengan warga sekitar, rasakan denyut nadi hidup mereka, agar kita bisa menjadi bagian komunitas Social yang lebih besar, dan membantu menjadikan "rumah" mereka menjadi surga bagi mereka, dan tentu saja while you were there, please be Generous. Mudahkan mereka dalam berusaha dengan cara membeli produk-produk lokal yang bisa memaksimalkan potensi ekonomi mereka untuk tumbuh dan berkembang.

So remember this. JANGAN MATI SEBELUM PERGI KE SURGA, dan ingat kembali ESG, Environmental friendly, be Social and be Generous, to keep The Heaven still there. !!

Tabik,
Raja Ampat 11.07.24
HP

Tags : wisata