Sosok

Yessy Melania: Perempuan Dayak Seberuang di Senayan

Jumat, 29 Januari 2021, 08:07 WIB
Dibaca 1.227
Yessy Melania: Perempuan Dayak Seberuang di Senayan
Yessy Melania: Dayak Seberuang.

Perempuan, begitu rumus umumnya seperti kata orang. Jika cantik, maka tidak pintar. Jika pintar, maka tidak cantik. Jika kaya, maka ia tidak cantik dan tidak pintar.

Yessy mengidolakan Bunda Teresa. Melayani, dengan sungguh. Mencinta, hingga terluka.

Agaknya, rumus itu tidak berlaku bagi perempuan Dayak Seberuang dari Nanga Pinoh, Melawi, Kalimantan Barat ini. Yessy Melania punya ketiga-tiganya: cantik, pintar, dan tajir. Lengkap!

Menjadi narasumber Ibanic Summit di Sintang, Maret 2019, sudah tampak bintangnya akan bersinar. Yessy Melania, yang asli menitis Dayak Seberuang, 1 dari 23 subkelompok Ibanic, tampil memukau. Membawakan masa depan ekonomi lokal potensial, tak syak, aula samping katedral Sintang, siang itu seperti panggung miliknya.

Maklumlah. Selain cantik dan menarik, perempuan energik ini pintar. Mahir pula berorasi. Ia memang menyasar kelompok milenial.

Pas dengan usianya yang juga muda.  Menarik, lagi cantik.

Maka kini, jarang terdengar lagi --seperti dahulu-- asalkan melihat anak gadis cantik ada pepatah. "Cantik bagai gadis Cina". Demikian pepatah petitih yang santer, dan sangat mashyur setidaknya di kalangan Dayak Kalbar—sampai era ujung milenium ke-2.

Tamsil dan metafora mengenai gadis Cina cantik itu, ada dalam larik lagu “Kidoh Kopa Tilamp Kolamu”, sebuah lagu etnik daerah Sanggau, yang dilantunkan Siman.

Kini peribahasa itu kuno, wajib diralat. Lihatlah perempuan-perempuan Dayak! Orisinal. Tanpa banyak bedak. Tapi cantik alami, melebihi siapa pun. Tak salah, Dayak termasuk satu di antara penghasil wanita cantik dunia –menurut sebuah riset.

Yessy Melania, satu dari ribuan perempuan Dayak milenial. Yang, dari namanya, tak bisa langsung diterka ia Dayak asli.

Yessy masuk SMA Cor Iesu, Malang, di bawah asuhan para suster Ursulin. Kemudian menempuh studi di Universitas Sanata Darma, Jogjakarta, di bawah asuhan padri-padri Ordo Jesuit, membentuk nalarnya bisa mengontrol emosi. Di bawah asuhan para suster dan romo, hidup rohani dan emosinya diasah halus. Ia mudah berbelarasa.

Pengalaman semasa kuliah, yang lintas etnis dan tempat, membuatnya open-minded, dan berwawasan luas.Wanita energik ini pernah meniti karier sebagai bankir di Bank Kalbar. Dara jelita ini kerap tampil sebagai singer di berbagai fora, entah untuk kaum muda, entah untuk kalangan dewasa. Di mana saja, wanita yang tinggal di Nanga Pinoh, namun bisa ke mana saja ini tetap mencuat sebagai Dayak.

Toh putri bupati Melawi, Panji ini tidak mau asal ada di bawah bayang-bayang sang ayah. Ia ingin mandiri. Menjadi diri sendiri –hal yang selalu ia tekankan ketika menjadi narasumber dan memberi motivasi di mana-mana.

Dalam kontestasi merebut kursi ke Senayan, 2019, ia mencoba peruntungan. Lewat sebuah partai koalisi, ia mengayuh perahu menyusur sungai-sungai Melawi, Kapuas, dan Pinoh untuk sosialisasi dan bekerja keras meraih suara sebanyak-banyaknya demi mengejar cita-cita.

Di Universitas Sanata Darma, Jogjakarta, pondasi emosi dan rohani Yessy dibentuk. Di bawah asuhan para suster dan padri-padri Ordo Jesuit, diasah bukan saja intelektual, melainkan keseimbangan emosional dan spiritualnya. Pendidikan yang diterima, membuatnya mudah berbelarasa.

Di Melawi, Sintang, Sekadau, dan Sanggau; ia dekat dengan anak-anak muda. Ketika ada pelatihan kader angkatan muda, biasanya ia narasumbernya. Yessi khas merepresentasikan anak milenial zamannya. Namun, ke atas, ke angkatan yang lebih tua, ia juga bisa berkomunikasi.

Jadilah ia salah satu anak milenial melenggang lempang ke Senayan. Yessy dari Dapil II Kalimantan Barat. Basisnya kabupaten Melawi, Sintang, dan Sanggau. Waktu dikontak, ia sedang berkegiatan di Sanggau, lebur di antara kaum milenial, dengan bahasa dan karyanya.


.
Yessy depan monumen patung Bunda Teresa: Melayani dengan sungguh, mencintai hingga terluka.

Mottonya: “Hadir untuk menambah daya yang sudah ada.” Ia ingin hadir di mana saja lebih dari sekadar pelita.*

Ya, Yessy tak hendak menyimpan pelitanya di bawah gantang. Ia berjanji, terus memberi terang. Tak peduli kepada siapa. Yang penting senantiasa: menyala.

***