Cerpen | Menjadi Pemain Badminton Juara
Bel pulang berbunyi. Aku kembali bersemangat setelah menahan rasa kantuk sepanjang jam pelajaran terakhir yang kebetulan adalah mata pelajaran yang tidak aku suka. Guru yang sedang mengajar langsung mengakhiri pelajaran dan meminta kami untuk membaca doa sebelum pulang. Sementara kami membaca doa, guruku membereskan buku pelajaran yang dibawanya tadi dan bersiap keluar dari ruangan kelas.
Sekolahku menyediakan banyak pilihan ekskul. Mulai dari ekskul populer seperti basket, ekskul seni, sampai ekskul memasak. Dari banyaknya pilihan, aku memilih ekskul badminton. Ekskul ini bisa dibilang cukup populer dengan lebih dari 15 anggota. Aku memilih ekskul ini karena sejak kecil aku suka sekali bermain badminton. Dan hari ini setelah pulang sekolah, ekskul badminton akan mengadakan pertandingan dua lawan dua. Biasanya setiap beberapa minggu sekali ekskul badminton akan mengadakan pertandingan sekaligus untuk mengukur kemampuan anggota. Orang yang memenangkan pertandingan nanti, biasanya akan dibelikan beberapa jajanan dari kantin oleh pelatih.
Setelah berdoa, aku memasukan buku-buku yang berserakan di meja ke dalam tas ransel yang aku bawa. Lalu aku memakai tasku dan berjalan ke bagian belakang kelas untuk mengambil perlengkapan ekskul yang aku bawa dari rumah. Aku mengangkat tas raket bertuliskan Afif yang merupakan namaku. Setelah itu aku berjalan ke lapangan yang terlihat sudah ramai. Sampai di lapangan, aku melepas tasku agar bisa melepas seragam sekolah untuk mengganti dengan kaus polos yang memang sudah aku pakai dari rumah. Setelah membuka seragam dan memasukannya ke tas, aku meletakan tas di pinggir lapangan agar tidak mengganggu. Sebelum pertandingan dimulai, aku melakukan pemanasan.
Sambil menunggu, aku memperhatikan teman-temanku yang juga melakukan pemanasan. Tidak lupa juga aku menyapa pelatih yang terlihat sedang santai.
“Halo Coach, apa kabar?”
“Eh Afif, Coach baik. Ngomong-ngomong minggu lalu kamu ikut lomba badminton kan? Menang ga?” Coach menjawab sapaan ku lalu bertanya.
“Enggak Coach, saya kalah di semi-final,” jawabku.
“Ya udah, yang penting jangan sampe patah semangat terus ga mau ikut lomba lagi ya. Pokonya semangat terus!” aku mengangguk.
Setelah obrolan berakhir, Coach langsung memulai pertandingan. Coach memastikan semua sudah melakukan pemanasan lalu memberi kami waktu lima menit untuk mencari pasangan. Pasanganku adalah Dzaki, teman dari kelas sebelah. Tidak sulit bagiku untuk mencari pasangan karena aku memiliki banyak teman dari kelas lain. Beruntungnya juga aku bisa dibilang cukup dekat dengan Dzaki jadi aku yakin kami bisa bekerja sama dengan baik.
Setelah lima menit habis, kami kembali ke tengah lapangan bersama pasangan masing-masing dan sudah membawa raket. Kami melakukan pengundian urutan pertandingan. Aku mendapatkan urutan ketiga.
Pertandingan pertama berlangsung cukup lama. Pemain di pertandingan pertama yang kebetulan semuanya adalah adik kelasku, sangat pandai dalam mengayunkan raket yang mereka genggam. Lalu pertandingan kedua juga tidak kalah seru. Semua terlihat sangat bersemangat dan antusias dengan pertandingan yang sedang berlangsung. Beberapa siswa lain yang belum pulang juga ikut menonton di sekitar lapangan. Mereka bahkan bersorak saat salah satu pemain mencetak skor.
Setelah dua pertandingan yang sengit, giliranku tiba. Aku dan Dzaki mengambil posisi dan bersiap. Lawan kami adalah teman yang masih satu Angkatan dengan kami. Menurutku pertandingan ini akan cukup sulit, tapi aku tetap percaya diri bisa memenangkan pertandingan ini.
Seperti dugaanku, kami bisa menang walaupun perbedaan skor dengan lawan tidak terlalu jauh. Setelah menyelesaikan pertandingan itu, kami langsung kembali ke pinggir lapangan agar pertandingan selanjutnya bisa dimulai. Aku beristirahat agar di pertandingan selanjutnya staminaku sudah pulih.
Semua pertandingan terlihat sangat sengit, aku sangat menikmati menontonnya. Penonton yang berkumupul sebelumnya sudah mulai berkurang karena hari semakin sore. Walaupun begitu, di sekitar lapangan masih terdengar ramai karena ada ekskul-ekskul lain yang juga sedang berkegiatan.
Pertandingan terus berjalan. Aku dan Dzaki berhasil lolos sampai ke babak final. Karena semua kelelahan, kami diberi waktu beberapa menit untuk istirahat sebelum babak final dimulai. Aku memakan camilan yang aku simpan di dalam tas untuk menambah energi. Aku juga membaginya dengan Dzaki dan beberapa teman lain. Setelah waktu istirahat habis, aku langsung ke tengah lapangan.
Babak final dimulai. Pertandingan kali ini lebih sulit daripada pertandingan-pertandingan sebelumnnya. Orang-orang yang menonton dengan antusias memperkirakan siapa yang akan memenangkan pertandingan ini. Setelah pertandingan sengit yang melelahkan, aku memenangkan pertandingan ini. aku berbaring di tengah lapangan karena kelelahan. Tidak jauh dariku Dzaki juga berbaring dengan suara napas yang bisa aku dengar dengan jelas.
Begitu aku berhasil mengatur kembali napasku, Coach memanggil semua anggota ekskul badminton untuk melakukan pendinginan. Setelah pendinginan selesai, aku membereskan raket dan bersia pulang. Hadiah dari pertandingan hari ini akan diberikan di pertemuan ekskul badminton selanjutnya dua hari lagi. Jadi aku langsung pulang tanpa menunggu apa-apa lagi setelah berpamitan dengan Coach.
Dua hari kemudian, aku sudah selesai melakukan pemanasan. Hari ini ekskul badminton hanya akan melakukan latihan biasa. Sebelumnnya hadiah dari pertandingan dua hari lalu sudah diberikan oleh Coach. Sekarang aku sedang membantu salah satu teman ekskulku memperbaiki posturnya. Biasanya saat sesi latihan biasa seperti sekarang ini anggota ekskul berlatih melawan temannya atau saling membantu seperti yang aku lakukan sekarang.
Aku sangat menyukai badminton. Kedepannya aku ingin lebih serius mendalami bidang ini. Aku akan mencari lebih banyak pengalaman lomba dan terus berlatih. Aku harap aku bisa menjadi seorang atlet profesional di masa depan nanti.
***