Riset

Republik Pertama di Nusantara Ada di Kalimantan Barat?

Sabtu, 13 Februari 2021, 05:49 WIB
Dibaca 1.377
Republik Pertama di Nusantara Ada di Kalimantan Barat?
gambar ilustrasi tentang penghuni lanfang keturunan tionghoa yang menggunakan pakaian kerajaan lokal

Alkisah ada sebuah negeri demokratis yang pertama terbentuk di negeri kita tercinta ini. Namanya bukan Republik Indonesia, tapi Republik Lan Fang  (Lánfāng Gònghéguó).

Lan Fang lokasinya ada di Pontianak, Kalimantan Barat.  Komunitas Lan Fang berdiri sekitar tahun 1777 dan menggunakan system yang sifatnya demokratis. Saat itu bangsa Roma, Yunani atau Cina sekalipun masih memakai sistem Kerajaan atau Monarki, tapi Lan Fang sudah menggunakan system yang relatif demokratis.

Sebenarnya tak ada tulisan yang menyebutkan negeri Lan Fang itu berbentuk republik secara resmi. Tata pemerintahan yang demokratis dibandingkan negeri lain saat itu lah yang membuat Lan Fang mendapat julukan republik. Sebenarnya Lan Fang adalah sebuah negara yang terbentuk dari sebuah kongsi dagang. Lan Fang pun masih mengakui kedaulatan kesultanan Mempawah pada awal berdirinya, dengan membayar upeti sebagai bukti tunduk.

Negeri kongsi Lan Fang sempat diketuai 10 orang pemimpin (Jendral) yang dipilih secara demokratis lewat pemilihan umum. Selain memiliki pemerintahan resmi, penduduk dan wilayah yang sah, Lan Fang juga memiliki sistem perekonomian, perbankan, dan Hukum sendiri. Penduduknya memiliki kedudukan yang sama dalam hokum, bahkan termasuk para pemimpinnya. Republik ini mampu bertahan hidup selama 107 tahun. Memang tidak pernah ada pengakuan internasional kepada negara yang awalnya dipimpin Lo Fang Pak tersebut, tapi cukup banyak literatur yang mencatat keberadaannya.

Mari kembali ke awal terbentuknya negeri kecil yang unik itu.

Sekitar tahun 1770an, Kalimantan barat dibanjiri pendatang dari China daratan yang mengadu untung menjadi pedagang dan penambang. Saat itu puluhan ribu orang Tionghoa  berburu emas sampai ke Kalimantan Barat. Para pendatang ini kemudian membentuk kongsi-kongsi dagang resmi yang menjamin keuntungan mereka. Biasanya sesuai dengan wilayah dan etnis asal mereka.

Lan Fang berawal dari sebuah perkumpulan atau kongsi pertambangan dari etnis Hakka yang datang dari Cina daratan. Dengan uang yang diperoleh dari iuran para penambang dan pedagang di wilayah tersebut, kongsi itu lalu berhasil memperoleh wilayah otonomi (menyewa) yang disetujui oleh Kesultanan Sambas dan Mempawah di Kalimantan Barat. Kongsi ini harus membayar upeti tertentu kepada kedua kerajaan itu, tapi mereka bisa mengurus wilayah tersebut secara otonom. Semacam menyewa wilayah dan membuat peraturan sendiri.

Saat wilayah itu semakin berkembang, kongsi itupun merasa membutuhkan sebuah institusi pengatur dan pemerintahan. Berdirilah negeri Lan Fang pada tahun 1977 sebagai sebuah wilayah berdaulat. Sistem pemerintahannya relatif demokratis. Pemimpin Lan Fang pun dipilih secara demokratis melalui pemilihan umum.  Pilihan itu yang dianggap paling sesuai, karena secara historis mereka masih terikat pada budaya China, dan mengakui pimpinan tertinggi adalah sang Kaisar titisan dewa yang ada di China.

Di negeri Lan Fang, kedudukan mereka seimbang. Semua penduduk adalah perantau dari China. Maka pemilihan pemimpin pun dilakukan dengan kesepakatan atau pemungutan suara.

Jangan disangka negeri Lan Fang itu hanya terdiri dari orang China. Pada awal kedatangan di Kalimantan Barat, hanya kaum pria yang diijinkan tinggal dan menambang emas disana. Akibatnya dalam waktu singkat terjadi perkawinan campur dengan wanita asli Kalimantan barat, maupun pendatang dari daerah lain. Penghuni negeri Lan Fang saat itu, benar-benar bhineka tunggal ika.

Baca Juga: Jejak Majapahit di Sanggau Kalimantan Barat

Bendera Republik Lan Fang berbentuk persegi panjang berwarna kuning dengan tulisan “Lan Fang Ta Tong Chi”. Presiden disebut sebagai “Chuao” (Jenderal). Pejabat tingginya berpakaian ala Tiongkok kuno, sedangkan yang berpangkat lebih rendah mengenakan pakaian ala barat.

Sosok yang dianggap pendiri negeri ini adalah seorang guru yang bernama Lo Fang Pak (atau dalam ejaan yang berbeda menjadi Lo FanBo). Ia menjadi pencetus sekaligus Jendral pertama negeri Lan Fang. Tokoh ini dianggap sangat berpengaruh dan punya visi kenegaraan luar biasa.

Lo FanBo lahir tahun 1738 di Kwangtung, pada tahun ke 3 dinasti Ching saat raja Chien Long berkuasa. Setelah lulus ujian negara, ia memutuskan untuk mengembara mengembangkan ilmunya. Saat itu hanya cendekiawan atau sastrawan terhebat yang bisa lulus dalam ujian yang diadakan pemerintah. Lo Fang Bo mulai berpetualang pada usia 30an. Sebenarnya ia pernah mempunyai anak dari perkawinannya, namun tradisi Hakka (tempat asalnya) tidak memperkenankan membawa isteri keluar negeri.

Lo Fanbo lalu merantau ke Kalimantan Barat karena banyak orang etnis Hakka mencari emas di daerah itu. Umumnya mereka datang lewat daerah Shantao,lalu masuk ke pesisir Vietnam baru akhirnya berlabuh di Kalimantan barat. Gelombang imigran Cina memang banyak yang masuk ke Kalimantan Barat pada pertengahan abad ke-18 itu. Mereka didatangkan oleh Kesultanan Mempawah dan Sambas untuk dipekerjakan di tambang-tambang emas dan timah yang banyak terdapat di kawasan tersebut.

Pada tahun 1770 orang-orang Tionghoa di Kalimantan Barat telah mencapai 20.000 orang. Mereka berdatangan didasarkan pertalian saudaraatau sesama clan. Lan Fan Bo pun ikut masuk ke dalam kongsi etnis Hakka, dan karena kecerdasannya, ia segera menjadi ketua.

Lo Fang Bo kemudian mendirikan Lan Fang Kongsi, menyatukan semua etnis Hakka di daerah yang dinamakan San Shin Cing Fu (danau gunung berhati emas) yang kemudian menjadi wilayah negeri Lan Fang. Pusat kotanya sekaligus markas besar kongsi ini disebut kota Mem-Tau-Er. Negeri Lan Fang pun lahir tahun 1777.

Negeri Lan Fang memiliki kitab undang-undang hukum, sistem pemerintahan sederhana yang berbasis pemungutan suara, sistem pendidikan, pertanian dan pertambangan. Mereka juga memiliki sistem ekonomi yang berlandaskan iuran wajib sesuai pekerjaan, sangat mirip dengan pajak. Bahkan ada juga sistem simpan pinjam perbankan.

Kongsi Lan Fong sendiri, setiap tahun selain membayar upeti pada penguasa setempat di Kalimantan Barat, juga mengirimkan upeti pada Dinasti Qing di China Daratan. Dalam Dokumen tarikh di Dinasti Qing mencatat bahwa ada sebuah tempat dimana orang Ka Yin bekerja sebagai penambang, membangun jalan, mendirikan negaranya sendiri dan setiap tahun kapalnya mendarat di daerah Zhou dan Tauciu untuk berdagang. Catatan tersebut dianggap bukti keberadaan negeri kongsi Lan Fang.

Kisah mengenai Lan Fang juga ada di dalam tulisan Yap Siong Yoen, anak tiri pemimpin kongsi Lan Fang terakhir. Akibat tulisan J.J. Groot, seorang sejarawan Belanda mengenai Kongsi Lan Fang yang dianggap sangat demokratis, kemudian muncul sebutan Republik Lan Fang.  Sebutan ini baru muncul saat Belanda datang ke Kalimantan Barat.  Hakikatnya yang disebut  Republik Lan Fang adalah sebuah negeri yang berbasiskan kongsi dagang Lan Fang. Kenyataannya, syarat terbentuknya sebuah negara dengan sistem republik telah terpenuhi. Tak cuma punya rakyat, peraturan tertulis dan wilayah, Kongsi ini juga mengadakan pemilihan umum untuk memilih pemimpinnya.

Negeri Lan Fang sangat disegani karena kemampuannya mengusir buaya di muara Kapuas, memudahkan penambangan dilakukan di wilayah itu.  Perlahan tapi pasti, walau masih membayar upeti ke kesultanan lokal, negeri Lan Fang juga membentuk tenaga keamanan sendiri yang semakin lama semakin kuat. Bahkan saat terjadi bentrokan antara Sultan Kun Tien melawan Kesultanan Mempawah dan kelompok Dayak, negeri Lan Fang bisa memberikan bantuan berupa tentara pada Sultan Kun Tien.

Pada tahun 1789, Sultan Pontianak atau disebut Sultan Kun Tien, dengan dukungan Belanda menyerang kekuasaan Panembahan Mempawah untuk merebut wilayahnya. 

Baca Juga: Thjai Chui Mie, Politisi Tionghoa Perempuan dari Kalimantan Barat

Negeri Lan Fang kemudian juga mengirimkan pasukannya membantu pasukan Sultan Pontianak atau sultan Kun Tien. Panembahan Mempawah kalah dan mengundurkan diri ke daerah Karangan. Sultan Kun Tien atau Syarif Abdurrahman Al Qadri tetua Kampung Pontianak menjadi Sultan Pertama dari Kesultanan Pontianak Tahun 1778. Sebagai balas jasa, oleh Sultan Pontianak, kongsi Lanfang diberi otonomi khusus pada tahun 1793. Sejak itu seluruh orang Tionghoa di Kalimantan Barat mengacu pada Republik Lan Fang.

Dua tahun setelah otonomi khusus itu, Lan Fang Bo wafat.

Tanah dan pertambangan yang dikuasai kongsi ini memang sangat berharga. Tak heran Belanda tertarik memilikinya.Republik Lan Fang akhirnya ditaklukkan Belanda tahun 1884, namun karena khawatir pembalasan dari Dinasti Qing yang berkuasa di Cina, penaklukan itu baru diumumkan 27 tahun kemudian saat China juga sudah berubah menjadi republik. Selama itu, Belanda mengijinkan adanya pemimpin boneka di kongsi negeri Lan fang itu.

Namun kisah negeri ini belum berakhir begitu saja. Kisah sejarah Republik Lan Fang sudah mulai dirapikan oleh berbagai pihak. Berbagai pameran tentang Kongsi Unik yang mampu membuat negaranya bertahan selama 107 tahun ini telah masuk menjadi agenda rutin Singapore Art Fest.. Mulai dari peninggalan sejarah, uang, lukisan-lukisan dan foto zaman dahulu.  Ironis memang, semua itu dilakukan oleh warga Singapura, bukan Indonesia sebagai pemilik sejarah.

Sebenarnya ada catatan yang mengatakan bahwa saat negeri Lan Fang ditaklukkan Belanda, banyak penduduk dan pemimpin Lan Fang yang melarikan diri ke Singapura. Disana mereka membentuk masyarakat Tionghoa, mengadopsi sistem bisnis, peraturan dan tata tertib kongsi Lan Fang yang sudah teruji baik. Cukup banyak keturunan dari kongsi Lan Fang ini yang kemudian menetap dan beranak pinak di Singapura. Salah satu keturunannya kabarnya adalah mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew.

------------------------------------

Disclaimer : Bagian dari tulisan ini pernah ditayangkan sebelumnya di Blog penulis.  Sebagian besar riset dilakukan online, dan penulisan mengambil pendapat terbanyak diantara berbagai tulisan. Tentu saja ada tulisan dengan informasi berbeda dan tidak menyetujui beberapa hal dalam tulisan ini. Perbedaan yang sangat wajar mengingat negeri Lan Fang sudah tidak ada dan kebanyakan literaturnya dalam bahasa China kuno.

***

Sumber Riset.

  • http://tekateki2013.blogspot.com/2013/04/10-fakta-unik-tentang-indonesia.html#ixzz2i3KS7csA
  • http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=137889
  • Groot, J.J.M. (1885), Het Kongsiwezen van Borneo: eene verhandeling over den grondslag en den aard der chineesche politieke vereenigingen in de koloniën, The Hague: M. Nijhof.
  • http://bobgoblog.blogspot.com/2007/03/republik-lan-fang-repubublik-lan.html . disarikan kembali dari tulisan DR. Irawan dan DR. Frits Hong.
  • Heidhues, Mary Somers (2001), "Chinese Settlements in Rural Southeast Asia: Unwritten Histories", in Anthony Reid, Sojourners and Settlers: Histories of Southeast Asia and the Chinese, Honolulu: University of Hawaii Press.
  • Info at Asiawind.com
  • Flag of Lanfang Republic at FOTW
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Lanfang_Republic
  • Situs : jpnn
  • Situs: belantaraindonesia
  • http://www.apakabardunia.com/2012/08/dulu-ada-republik-lan-fang-di-indonesia.html
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Lanfang