Riset

The History of Dayak (9) - Dijajah Hindia Belanda dan Inggris: Di Mana Bedanya?

Kamis, 28 Januari 2021, 00:09 WIB
Dibaca 1.032
The History of Dayak (9) - Dijajah Hindia Belanda dan Inggris: Di Mana Bedanya?
model: aktor Dayak asal Kalbar, Piet Pagau.

Mentalitet.

Jawabannya di muka saja. Penjelasannya kemudian. Teknik menulis seperti ini, cocok bagi Pembaca yang sibuk, seperti Anda.

Dijajah Inggris dan dijajah VOC yang Belanda itu memang: beda!
Saya merasa "iri", sekaligus bangga pada Negeri Sarawak. Dalam banyak hal, lebih maju dan beradab. Tertib, bersih, teratur, infrastrukturnya jauh lebih baik dibanding negara sebelah.

Di jalan raya di Kuching, kita tidak pernah mendengar bunyi klakson. Amat sangat jarang kendaraan memotong, menyalib kendaraan lain. Pejalan kaki amat dihargai. Rumah dan gubuk kumuh tak tampak di tengah kota.

Hal itu menggelitik. Sekaligus menimbulkan pertanyaan: Adakah cumulative imact dijajah Inggris dan dijajah VOC yang Belanda, meski de facto penjajahan-berlapis-lapis melalui kaki-tangan kolonial.

Menteri orang Dayak di Malaysia sungguh suatu prestasi. Sekaligus inspirasi untuk melecut saudara-saudaranya di Indonesia. Bahwa kursi di arena politik dan pejabat publik bukan diberi secara percuma, melainkan direbut.

Kita cermati suasana kota Kuching saat ini, dengan 25 indikator. Selain itu, terdapat beberapa indikator lainnya yang menunjukkan tingkat kemajuan di bidang politik di aras Negara, di mana Dayak Malaysia menempatkan 3 Menteri (Indonesia 1 Wakil Menteri sepanjang sejarah). Selain itu, terdapat banyak taipan (konglomerat) Dayak di Malaysia. Mencatatkan sejarah di dunia militer dengan pangkat tertinggi Letnan Jenderal (orang Iban), sedangkan di Indonesia kepangkatan militer tertinggi Mayor Jenderal dan di Kepolisian Inspektur Jenderal.

Kuching/ Sarawak:
1. Kota: bersih, teratur, rumah-rumah jauh dari jalan raya.
2. Infrastruktur: lengkap, modern, baik, melampaui kebutuhan warga.
3. Tertib lalu lintas.
4. Pendidikan lebih baik, modern, dan maju.
5. IPM lebih tinggi.
6. Income per kapita menyamai NICs.
7. Kendaraan relatif kecil dan lebih sedikit.
8. Fasilitas Umum: terpelihara dengan baik.
9. Toilet di terminal dan bandara bersih dan terjaga.
10. Federasi Malaysia

11. Dayak Iban, Bidayuh, dan Lun Bawang/Lun Dayeh menonjol di berbagai sektor.
12. Literasinya maju.
13. Jalan dari perbatasan (Tebedu) sampai Kuching dua jalur, lebar, mulus, rapi, teratur, jauh dari perumahan penduduk.
14. Taat pada hukum dan warganya cukup fair mengakui kesalahan.
15. Polisnya relatif bersih dan jujur.
16. Pelayanan medis --kesehatan jauh lebih baik dan lengkap. Dokter/ rumah sakit tidak komersial, tidak menganjurkan operasi jika tidak perlu.
17. Museum Sarawak relatif lengkap sebagai bukti artefak untuk studi Dayak lebih dalam. Sejarah Dayak dalam sekilas bisa ditelusuri dari museum ini. Ketika saya riset dan studi perbandingan di Kuching, saya bertemu dan berdiksusi cukup intens dengan Kepala Museumnya. Ia seorang Lun Bawang (Lun Dayeh), kini bergelar Ph.D., yakni Saudaraku Ipoi Datan.

18. Banyak kedai/ cafe yang menandai ekonomi kreatif tumbuh dan berkembang.
19. Banyak galeri toko buku berbahasa Iban, Bidayuh, dan Lundayeh, apalagi bahasa Inggris tentang etnis dan budaya setempat.
20. Banyak Ph.D. lulusan Inggris.
21. Ada patung/monunen KUCING di tengah-tengah kota dan ada museum Kucing.
22. Ada cafe dan resto James Brooke. Orang Sarawak tidak merasa benci dan dendam pada "penjajah" karena berjasa mendidik dan mengantar mereka seperti saat ini. Sementara kita tidak demikian. Tidak ada secara khusus monumen, atau museum, atau peninggalan VOC dan Hindia Belanda yang kita hargai dan kita rawat.
23. Dipelihara dengan baik peninggalan Ingris, salah satunya: Istana di tepi sungai Sarawak.

24. Pebisnis dan pemilik Hotel Telaang Usaan bintang 3 orang Dayak.

25. Perguruan tinggi berkelas internasional, banyak menjalin kerja sama dengan luar negeri. Inggris: Kurikulum berbasis kompetensi, menggali potensi, mengarahkan siswa sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Siswa: subjek.

Belanda: hafalan, konten, menjejal siswa; menganggapnya tabung kosong yang harus diisi. Siswa: objek.

26. Saat ini, Menteri Dayak di Malaysia ada 3.

Menteri orang Dayak di Malaysia sungguh suatu prestasi. Sekaligus inspirasi untuk melecut saudara-saudaranya di Indonesia. Bahwa kursi di arena politik dan pejabat publik bukan diberi secara percuma, melainkan direbut.

Menjadi satu dari 31,7 juta penduduk duduk di kursi kabinet, tentu suatu pencapaian luar biasa. Apalagi, yang satu itu orang Dayak. 

1. Baru Bian. Ia adalah seorang Lun Bawang (Lundayeh di Malaysia) bernama Baru Bian pembuat sejarah itu. Lelaki Lun Bawang ini dilahirkan pada 9 September 1958. Ia bergiat di politik melalui partai Parti Keadilan Rakyat (PKR) Sarawak. Masuk jajaran Kabinet Mahathir Mohamad jilid VII dan menjabat sebagai Menteri Kerja Raya (Menteri Tenaga Kerja) Malaysia pada 2 Juli 2018.

2. Menteri Perdagangan Antarabangsa dan Industri, Ignatius Dorell Leiking, seorang Kadazan Dusun. Ia dipilih Pemerintahan Perdana Menteri Mahathir Mohamad dalam senarai 26 Nama Menteri Kabinet Federal Malaysia. Sumpah sebagai Menteri diucapkan di muka Yang dipertuan Agong, Sultan Muhammad V, di Istana negara, 2 Juli 2018. Leiking dilahirkan pada 23 Agustus 1971. Ia putra mantan anggota majelis Inanam, Marcel Leiking. Seorang pengacara terkemuka di Kinabalu dari Lincoln’s Inn, London dan meraih gelar Sarjana Hukum di Universitas Hertfordshire. Profesi sebagai pengacara dilakoninya sejak tahun 1994.

Kariernya di bidang politik ketika anak muda ini pertama kali bertanding dalam pilihan raya pada 2010 dan menang kursi itu sehingga mendapat tiket PKR. Ia “menewaskan” mantan ahli Parlimen dan Presiden UPKO Tan Sri Bernard Giluk Dompok, yang tiga kali duduk di kursi itu pada 1986, 1990, dan 2008.

Pada 2016, putra terbaik dari Penampang itu kemudian meletakkan jawatan dalam PKR untuk menyertai Warisan karena memilih landasan politik negeri yang memungkinkannya meneruskan perjuangan dalam politik, termasuk usaha menumbangkan Barisan Nasional (BN). Ketika aktif di PKR, beliau memegang jawatan sebagai Timbalan Setiausaha Agung dan Ketua Cabang Partai Keadilan Rakyat (PKR) Penampang.Seperti diketahui, PKR adalah salah sebuah partai oposisi di Malaysia yang merupakan hasil gabungan Partai Keadilan Nasional (KeADILan) dan Partai Rakyat Malaysia (PRM).

Setelah mantap memilih bersama mantan pemimpin Umno Datuk Seri Mohd Shafie Apdal untuk memimpin Warisan, beliau yang juga Timbalan Presiden partai itu, berhasil menumbangkan BN Sabah. Kejayaan ini mengantarnya duduk di kursi parlemen Malaysia. Di Parlemen Malaysia, ia mengayuh perahu Partai Warisan, tempat duduk A-11, Kawasan Penampang, Negeri Sabah.

Apa yang membuat Dayak Malaysia lekas naik puncak di dunia politik? Saya mengamati, salah satunya adalah karena di negeri jiran orang Dayak punya Partai Politik. Sejak zaman Tun Jungah orang Dayak sadar-politik di Malaysia. Sedemikian rupa, sehingga pergerakan dan perjuangannya diperhitungkan. Mereka tidak pecah di dalam memberikan dukungan suara. Dengan adanya kendaraan politik, perjuangan menjadi lempang. Bargaining menjadi mudah dengan pemerintah dan penguasa.

Mengapa demikian?

Jawabannya seperti sepatah kata di muka: mentalitas.

***

Pada saatnya kini kita kilas balik. Menapak dan menelesuri jejak-sejarah yang ditinggalkan James Brooke di ranah Sarawak, Malaysia.

Brooke pernah mencoba berdagang di Timur Jauh, namun tidak berhasil. Pada 1835, ketika ayahnya meninggal, ia mendapat warisan sebesar £30.000, 00. Uang ini yang dipakainya sebagai modal membeli kapal the Royalist.

Setelah mempersiapkan pelayaran ke Borneo pada 1838, ia tiba di Kuching pada bulan Agustus di tahun yang sama untuk mencari solusi atas pemberontakan Dayak Bidayuh melawan Sultan Brunei. Menawari bantuan pada Sultan, ia dan krunya membantu mengadakan penyelesaian perdamaian dan, sebagai ganjarannya, ia dianugerahi gelar Rajah Sarawak oleh Sultan yang merasa sangat berutang budi (walau deklarasi resmi tak dibuat sampai 18 Agustus 1842).

Brooke mulai mendirikan dan mempererat kekuasaannya atas Sarawak; memperbaiki sistem administrasi, mengkodifikasi hukum dan melawan perompakan, yang ternyata menjadi persoalan terus-menerus sepanjang pemerintahannya.

Brooke kembali secara temporer ke Inggris pada 1847, di mana ia diberi kebebasan dari kota London, mengangkat gubernur dan panglima tertinggi Labuan, KonJen Inggris di Borneo. Rajah of Sarawak ini berkuasa dari 18 Augustus 1842 hingga wafat pada 11 Juni 1868.

Nah, hampir bersamaan waktunya dengan kedatangan Brooke ke Sarawak, terjadi migrasi Ibanik yang ketiga. Rombongan sebagian ke Lubuk Antu, namun satu dua orang tetap memilih tinggal di Batang Lupar. Sudah barang tentu, manusia pun masih sedikit ketika itu. Sehingga “pencaplokan” paksa oleh orang Iban atas tanah dan wilayah orang Taman, sebagaimana ditulis dalam buku-buku, perlu ditinjau kembali.

(bersambung ke The History of Dayak 10)

Tags : riset