Riset

Mitos & Folklor Manusia Bumi Krayan

Minggu, 30 Agustus 2020, 10:34 WIB
Dibaca 560
Mitos & Folklor Manusia Bumi Krayan
Mitos mendahului ilmu pengetauan. Text ilustrasi tulisan ini menjelaskannya.

Saya termasuk orang  beruntung. Punya kesempatan riset ke dataran tinggi Borneo, Krayan Tengah, Kaltara. Rumah kita yang amat sangat kaya bukan hanya sumber daya, juga legenda dan mitosnya.
Jika bukan difasilitasi Yansen TP, tak pernah saya mafhum mitos dan Folklor penduduk setempat yang narasinya dahsyat. Masih belum digali dan dituliskan, apalagi dibukukan.

Belum terlambat. Kesempatan itu terbuka. Dalam waktu dekat, saya dan Yansen akan mempublikasikannya.

Legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah, namun ia bukanlah sejarah itu sendiri. Sementara mitos adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa tersebut serta mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib.

Pada zaman dahulu kala, nenek moyang kita belum maju ilmu pengetahuannya. Mereka belum sanggup untuk menjelaskan semua fenomena yang terjadi di sekitarnya, termasuk alam, hewan, tumbuhan, manusia, dan Tuhan. Maka satu-satunya jalan adalah melalui legenda yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Ilustrasi manusia Krayan menemukan garam.

Suatu hari, pergilah berburu ke hutan dua warga kampung. Yang membawa sumpit bernama Siuk. Ia seorang periang, kerap berdendang, senang bersiul pula. Dalam bahasa setempat, siuk berarti: bersiul. Sedangkan yang seorang lagi membawa tombak. Bulin Apui namanya. Artinya: bulan api.

Kedua pemburu lalu mencari bambu betung yang ruasnya panjang dan batangnya besar di sekitar. Dengan potongan bambu itu, mereka membawa sumber air garam dari Fe’ Kuyul pulang untuk keperluan sehari-hari. Bukan main sukacitanya warga kampung atas temuan itu.

Itu sekilas keluhuran budi pekerti serta cipta karsa suatu bangsa dapat ditelusuri lewat legenda. Demikianlah manusia Sungai Krayan, punya sejumlah legenda yang apabila dikaji dengan saksama ada hubungannya dengan peristiwa sejarah pada zaman sekarang. Seperti 10 kisahan yang disajikan berikut ini sebagai pelengkap sekaligus menyingkap lembaran sejarah yang telah berlangsung ratusan tahun silam.

David McClelland, seorang pakar sekaligus psikolog sosial menyatakan bahwa narasi suatu klan/kaum atau suku bangsa dapat ditelusuri dari Folklor atau cerita rakyatnya. Seperti apakah bangun Folklor suatu bangsa, seperti itu pulalah gambaran mengenai identitasnya. Dengan kata lain, Folklor adalah cerminan jatidiri suatu bangsa.

Membaca dengan saksama, serta mencermati Folklor yang hidup di kalangan manusia Krayan, 5 catatan kecil yang berikut ini dapat dibuatkan.

          1) Legenda tentang batu. Banyaknya beredar kisahan dengan topik “batu”, dapat disimpulkan bahwa peradaban batu di bumi Krayan adalah asli penghuni wilayah tersebut.

          2) Nilai positif. Di dalam tiap-tiap cerita, senantiasa ada kandungan pesan/ nilai positif.

          3) Sarana pendidikan. Folklor zaman dahulu kala merupakan sarana pendidikan kepada kaum muda. Kerap dikisahkan sebagai pengantar tidur atau nina bobok.

          4) Keturunan atau bibit dari orang hebat. Kisahan yang dinarasikan turun-temurun hendak menunjukkan bahwa manusia Krayan berasal dari keturunan orang hebat, misalnya dari Khayangan atau dari makhluk hebat (Derayeh). Manakala hendak pergi ngayau, pada zaman dahulu kala, untuk membangkitkan keberanian sekaligus rasa percaya diri, disebutlah bahwa mereka keturunan Derayeh, orang hebat.

          5) Benge’ng. Dapat disebut sebagai wiracerita/ epik yang dinyanyikan. Tujuannya untuk membangkitkan harga diri atau membangun rasa bangga dalam diri pendengarnya.

Demikianlah, kita membaca dengan saksama bagaimana nilai-nilai yang luar biasa itu terjalinan dalam narasi yang sekaligus juga menghibur. Boleh dikatakan, cerita-cerita yang digali dan ditulis-kembali dengan bahasa yang sederhana berikut ini adalah jejak peradaban juga.

Ada 10 Folkor manusia bumi Krayan yang legendaris. Tetua adat setempat mengisahkannya. Kami merekamnya, dan menulisnya ulang. Tanpa mengubah inti kisah.

Saya dan Yansen TP telah menggali dan menulis kembali 10 Folklor manusia bumi Krayan sbb:

1. Legenda Asal Mula Sungai-sungai di Krayan
2. Bileng Lemdin
3. Asal Mula Garam Krayan
4. Legenda Batu Puel
5. Legenda Batu Belad
6. Dayang Pelawal dan Legenda Batu Sicien
7. Hantu Bui
8. Legenda Batu Melan
9. Air Bah
10. Legenda Asal Muasal Nama Gunung-gunung di Krayan

Seperti apa narasi kisahnya. Tunggu hari H rilis bukunya. Edisi e-book dalam bentuk PDF akan disematkan dalam rubrik PUSTAKA Web ini.

***

Sebenarnya, tiada ada yang namanya "auto-plagiarism". Mengutip karya sendiri. Sebab, logikanya: isin ke siapa? Saya sendiri telah mengizinkan diri saya untuk menggunakannya.

Hanya saja, sejauh yang saya pelajari, hal itu agar kita --sebagai penulis-- jujur pada pembaca saja. Jangan sampai pembaca merasa "dirugikan", meski tidak juga rugi benaran, karena telah baca karya itu sebelumnya, namun diulang lagi dalam karya ini.

Lazimnya, autoplagiat untuk Pembaca yang segmennya berbeda.

Khusus untuk karya ilmiah, dianjurkan tidak lebih 3 kali mengutip karya sendiri. Kadar ilmiahnya dianggap "kurang" bobotnya, manakala terlalu banyak mengutip diri sendiri. Tidak ada saringan.

Jadi, self-plagiarism itu antara ada dan tiada! Bergantung kita, sebagai penulis, menyiasatinya.

Tags : riset