Menyingkap Kecakapan Pemimpin Bangsa
Pemimpin tidak dilahirkan, mereka dibuat (Vincen Lombardi)
Pemimpin itu ternyata tidak ada urusannya dengan genetik atau pewarisan. Bukankah kita menemukan banyak sekali pemimpin di muka bumi ini yang tidak berasal dari ayah atau ibu yang juga merupakan seorang pemimpin?
Sebaliknya, ketika ayah dan ibunya merupakan seorang pemimpin, tidak serta merta anak mereka kelak menjadi seorang pemimpin.
Pemimpin itu, sejatinya dibentuk melalui proses waktu tertentu. Tidak terbentuk dalam waktu semalam. Bahkan adakalanya dibutuhkan waktu yang sangat panjang.
Dalam waktu tersebut, kepemimpinan seseorang akan terbentuk berdasarkan pengalaman hidup yang sangat beragam. Baik itu dari pengalaman keberhasilan, kegagalan, pengalaman dalam memutuskan sesuatu yang sulit, menyelesaikan konflik, pengalaman membangun relasi dengan sesama, pengalaman berkontribusi dalam masyarakat, menunjukkan kepedulian pada orang lain, dan lain sebagainya.
Semua pengalaman tersebut, tentu akan menyatu dan membentuk jati diri atau identitas seseorang menjadi pemimpin yang visioner, tangguh, berkualitas, dan bijaksana.
Sekali lagi, kepemimpinan seseorang tidak dibentuk dengan cara instan. Apalagi hanya diperoleh dengan cara mengikuti berbagai pelatihan kepemimpinan.
Dalam hal ini, saya tidak alergi dengan pelatihan kepemimpinan. Adakalanya pelatihan kepemimpinan itu memang bermanfaat meramu pengalaman seseorang menjadi sebuah kekuatan. Melatih diri seseorang untuk merancang strategi dan berbagai ketrampilan yang berkaitan dengan konteks kepemimpinan.
Tetapi, tanpa pengalaman hidup yang sudah dipaparkan di atas, maka kepemimpinan dalam diri seseorang tersebut tidak akan kuat dan matang.
Pentingnya kepemimpinan yang kuat dalam diri seorang pemimpin, memang harga yang tidak bisa ditawar, sebab seorang pemimpin harus mampu memikul tanggung jawab yang besar, memiliki pengetahuan dan berbagai kecakapan, serta memiliki sikap mengayomi, rendah hati dan pantang menyerah.
Pemimpin yang baik, bukan saja menggerakkan pengikutnya dengan otoritas yang dimiliki, tetapi harus mampu menggerakkan mereka dengan hati dan keteladanan.
Dengan hati tersebut, seorang pemimpin akan mampu menggerakkan pengikut untuk dapat bekerja secara optimal dengan kerja sama untuk mewujudkan visi dan cita-cita bersama.
Dengan hati, seorang pemimpin akan mampu mengembangkan potensi diri para pengikutnya, sehingga semakin berdaya, bukan merasa diperdaya.
Potensi diri yang dimiliki pengikut tersebut, tentunya kelak diharapkan menjadi sebuah kekuatan regenerasi kepemimpinan. Sebab pemimpin yang berhasil sesungguhnya adalah pemimpin yang mampu melahirkan pemimpin baru demi keberlanjutan organisasi.
Sementara dengan keteladanan seorang pemimpin, akan mampu membangun rasa kepercayaan para pengikutnya, membangun hubungan interpersonal antara pemimpin dan pengikutnya, serta menumbuhkan loyalitas yang tinggi.
Demikian seharusnya dengan kepemimpinan bangsa kita.
Mengingat bangsa kita adalah bangsa yang besar, tentu sangat membutuhkan sosok pemimpin yang demikian. Pemimpin yang kaya pengalaman hidup, memiliki kecakapan serta sikap yang mendukung kepemimpinan tersebut.
Tanpa hal itu semua, mustahil sosok tersebut akan mampu memimpin sekitar 270 juta penduduk, memimpin bangsa yang sangat beragam. Baik itu keragaman suku bangsa (etnis), agama, ras, dan lain sebagainya. Serta berbagai permasalahan yang kompleks di negeri ini.
Kalau menurut hemat saya, kekuatan kepemimpinan yang harus dimiliki bangsa ini adalah kekuatan yang mampu mewujudkan cita-cita bangsa kita yang sudah ditetapkan sejak semula oleh pendiri bangsa, seperti yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 aline kedua itu.
Bagaimana kecakapan pemimpin itu mewujudkan cita-cita bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Pemimpin juga harus mampu mewujudkan tujuan dari Negara Kesatuan Republik ini yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat, yakni melindungi segenap warga negara Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta dalam perdamaian dunia.
Nah, dari karakteristik bangsa kita, cita-cita dan tujuannya, sesungguhnya kecakapan dan kemampuan seorang pemimpin yang dibutuhkan itu sudah sangat jelas.
Bahwa pemimpin negeri ini harus memiliki semangat toleransi untuk bisa menjaga keragaman yang ada di negeri kita. Seorang yang visioner untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan bangsa.
Selain itu, harus memiliki integritas agar tetap dipercaya, ketegasan dalam memberantas korupsi untuk mampu mewujudkan cita-cita bangsa yang adil dan makmur, kepedulian sosial untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, serta memiliki kemampuan menghadapi tantangan global tentu dengan mewujudkan bangsa yang cerdas dan memiliki kompetensi global.
Doa dan harapan kita ke depan, semoga bangsa ini selalu hadir pemimpin-pemimpin muda yang mampu membawa bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan diperhitungkan dunia, serta mewujudkan rakyat yang adil, makmur, dan sejahtera.